Kecakapan Soekarno menguasai Bahasa Jerman menjadikannya salah satu siswa favorit guru Bahasa Jermannya, Prof. Hartagh, yang konon meramalkan jalan hidupnya. "Soekarno akan menjadi pempimpin besar suatu hari nanti". Ramalan itu terbukti. Soekarno memimpin bangsanya melawan imperialisme Belanda, meraih kemerdekaan.
Soekarno melanglang lintas negara. Misinya jelas: Memberitahu dunia bahwa negara bernama Indonesia telah merdeka! (1956) Selain itu, Putera Sang Fajar juga ingin belajar dari negara lain tentang bentuk sistem pemerintahan, tata cara bernegara yang paling pas dan universal bagi bangsa Indonesia.
Tak hanya berkharisma, sang proklamator adalah visioner. Mampu melihat jauh ke depan melampaui generasinya. Soekarno berdiplomasi dengan luwes, lentur dipadukan dengan nilai-nilai humanis. Hal ini membuatnya menjadi sahabat bagi pemimpin-pemimpin dunia, yang berseberangan ideologi sekalipun.
Pemilik atribut tongkat komando ini sangat terinspirasi keindahan alam Brasilia, ibu kota baru Brasil (1957). Kunjungan ini menginspirasinya untuk pemindahan ibu kota Indonesia. Menurutnya Jakarta (Batavia zaman pendudukan Belanda) identik dengan simbol-simbol kolonialisme Belanda. (Mirip dengan kondisi Rio de Janeiro, kota peninggalan pemerintah kolonial.
Kota ini semrawut karena dibangun tidak berdasarkan perencanaan jangka panjang, tanpa mempertimbangkan perubahan demografi) Soekarno ingin memutus rantai sejarah kelam kolonialisme dengan membangun ibu kota baru yang lebih mencerminkan wajah Indonesia. Palangkaraya, Kalimantan Tengah diincarnya. Enam dekake kemudian (2019), impian Soekarno mendekati kenyataan saat Presiden Jokowi yang cukup berani mengeksekusi pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur.
Mimpi besar Soekarno (dalam hal pengembangan SDA dan SDM) dipupuk saat mengunjungi kompleks pertambangan alumunium Alcan di Arvida, Kota Queebec, Kanada (1956). Berdiri sejak 1902, Alcan merupakan perusahaan tambang alumunium terbesar di dunia. Mimpinya, suatu hari kekayaan alam Indonesia harus dapat diolah sendiri oleh para pemuda dan pemudinya. (Bandingkan kondisi tambang Papua dan daerah lain di Indonesia saat ini!)
Laboratorium dan pembangkit energi nuklir Chalk River, berada di Deep River, Ohio juga dikunjunginya. Dia mulai mendaratkan visinya dengan mengirim pemuda-pemuda terbaik Indonesia untuk belajar di luar negeri, mempelajari teknologi nuklir yang saat itu hanya dikuasai beberapa negara.
Impian lain Soekarno yaitu mengembangkan teknologi penerbangan udara nasional Indonesia dengan menggandeng Polandia. Inilah prasyarat sebagai negara maju. Tahun 1950-an pemerintah Idonesia menerbitkan undang-undang No. 488 tahun 1960 tentang pendirian Badan Persiapan Industri Kedirgantaan di Bandung.
Di balik sisi humanisnya, Soekarno bertemu sahabat yang sama karakternya: keras, sulit didikte, dan tidak punya kepentingan terselubung saat berhubungan dengan tokoh-tokoh dunia. Dialah Janio Quadros (presiden ke-22 Brasil). Mereka sama-sama mengutamakan kepentingan rakyat dan bangsanya di atas segala-galanya.
Seperti Soekarno, Kwame Nkrumah (Presiden Ghana) adalah orator ulung. Ialah tokoh Afrika yang juga visioner. Dia mengusulkan dibentuk Pan-Africanism dan mendirikan Organization of African Unity demi menyatukan solidaritas bangsa-banga, yang kala itu terpecah-belah oleh kolonialisme (sekitar 1960). Atas gagasan itu, Nkrumah justru dianggap gila, dan baru terwujud (pada 2001) setelah dia meninggal dunia. Tidak semua orang bisa mencerna pikiran manusia visioner.