"Menggembalakan" 40 murid dalam satu kelas saja setengah mati, mana mungkin enam orang mengawasi 249 anak di tepi sungai. #mikir
Saya pribadi, sebagai remah dunia pendidikan, turut berduka untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Pesan moral: 1) Hidup mati memang di tangan Tuhan. Tapi celaka jika kita diberi akal budi lalu tidak bisa menjaga, menyepelekan kesehatan (nyawa) yang Tuhan berikan.
2) Benarlah, menjadi guru itu tak mudah. Tak hanya bertempur di dalam kelas, guru bertanggung jawab atas keselamatan murid-muridnya di luar kelas.
Baca juga: Jadi Guru itu Berat, Kamu tak Akan Kuat
Daripada mengeluarkan ujaran kebencian di media sosial, sambil terus berdoa dan insaf, hendaknya kita mendorong semua pihak, dari orang tua, pihak sekolah, kemendikbud sampai netizen yang tidak ada hubungannya langsung; supaya kita lebih menghargai kesehatan yang Tuhan anugerahkan. Lebih kritis atas pendidikan anak-anak kita.
Bukannya pasrah bongkok (menyerahkan seluruhnya, pasrah sama sekali) kepada sekolah. Supaya pihak kepolisian juga lebih objektif memperlakukan tersangka, dan kapolri atau pimpinan daerah mendisiplin polisi yang dianggap melecehkan martabat guru. Minimal, kepala sekolah buka mulut, dong.
Salam merdeka belajar!
__________
[1] kompas.com, 02 Maret 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H