Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kasus Reynhard, Infiltrasi Si Pendusta

18 Januari 2020   23:55 Diperbarui: 19 Januari 2020   18:23 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggemar DC Comics, tentu tak ketinggalan kisah Wonder Woman. Alurnya unik bagi saya.

Diana---si wanita super---adalah anak dewa Zeus yang dititipkan kepada Hippolyta, sang ratu kerajaan Amazon. Zeus adalah raja yang menciptakan manusia untuk dikuasai. Zeus memiliki dua anak, Diana dan Ares. Namun, Ares iri melihat ciptaan ayahnya dan berusaha merusaknya. Ares meracuni hati manusia dengan rasa dengki dan kebencian. Satu-satunya penghalang untuk mewujudkan keinginannya adalah adiknya, Diana---digambarkan memiliki hati yang tulus, benar dan adil.

Bertahun kemudian, Ares terpisah dari Diana. Dia harus menemukan adiknya, lalu membunuhnya. Barulah dia bisa menghancurkan seluruh manusia. Ares menjelma diantara manusia sebagai Tuan Pattrick, pejabat dalam pemerintahan Inggris. Akhirnya terkuak bahwa Tuan Pattrick adalah Ares. Dialah yang membisikkan segala pikiran dan tindakan jahat dalam hati manusia.

Karakter Ares adalah gambaran dari si jahat, si pendusta: iblis. Bagaimana jika iblis menyamar menjadi manusia yang nampak baik, menyusup dalam keseharian kita, bahkan di zaman modern saat ini, padahal niatnya semata-mata untuk meracuni manusia?

Kitab Kejadian, Kebejatan Sodom-Gomora, Lot dan Anaknya 

Membaca Kitab Kejadian, dosa pertama yang dilakukan manusia pertama (Adam-Hawa) adalah melanggar perintah Allah, yaitu memakan buah Pengetahuan yang Baik dan yang Jahat. Perintahnya jelas, tidak boleh memakan buah tersebut. Menginginkan pun jangan. Mengapa manusia akhirnya jatuh dalam dosa? Karena lebih menuruti godaan si jahat iblis daripada menaati Allah, Pencipta mereka.

Dosa itu menular. Hawalah yang pertama kali berdosa karena menuruti iblis: memetik lalu memakan buah terlarang. Sudah begitu ia membujuk Adam, suaminya, untuk turut memakannya.

Sebagai penerima perintah (Hawa belum dijadikan saat perintah ini diberikan), bukannya menolak, Adam malah menurut, ikut berbuat dosa. Lalu saat ditegur Allah, dia menyalahkan perempuan yang Allah tempatkan di sisinya. Lalu si perempuan menyalahkan si ular yang telah membujuknya. Dosa juga mencari-cari kesalahan orang lain.

Dosa turunan. Akibat dosa, manusia diusir dari Taman Eden. Manusia berdosa, otomatis melahirkan keturunan yang juga berdosa. Hawa melahirkan Kain dan Habel. Kain membunuh Habel, karena dengki (wujud dosa yang lain).

Dari ketidaktaatan, dengki, dosa terus bertransformasi menjadi beragam wujud, salah satunya penyimpangan seksual. Dalam pengembaraan di negeri asing, Abram dan Lot---keponakannya---harus berpisah karena harta-benda-ternak mereka yang terlalu banyak. Lot memilih Sodom-Gomora, yang rupanya penduduknya sangat jahat dan berdosa kepada Tuhan.

Allah mengutus dua malaikat untuk memusnahkan daerah itu. Saat Lot melihat para malaikat itu, mereka didesak agar menginap di rumahnya. Malam itu juga orang laki-laki Kota Sodom, dari yang muda sampai tua menggedor pintu rumah Lot untuk memakai dua tamunya! (Bayangkan anda tinggal di lingkungan yang penduduk laki-lakinya homoseksual, brutal pula) Alih-alih menegur dengan keras, setidak-tidaknya melindungi anaknya, Lot justru menawarkan anak perempuannya untuk orang-orang dursila itu! Ngeri. Betapa, dosa seksual sudah eksis sejak zaman Perjanjian Lama.

Kiprah dosa seksual berlanjut setelah akhirnya Allah memusnahkan Sodom-Gomora, saat di mana istri Lot menjadi tiang garam, lagi-lagi karena ketidaktaatan.

Lot dan dua anak perempuannya menetap di pegunungan. Di suatu gua, Lot yang sudah tua dibuat mabuk oleh dua anaknya, lalu dihampiri secara bergantian! Demi melanjutkan keturunan, katanya. Penyimpangan seksual oleh anak kepada ayahnya.

Jika dilanjutkan, ada banyak daftar tentang dosa seksual. Perzinahan Daud dengan Batsyeba, Amnon memperkosa adiknya--Tamar, hingga Rasul Paulus menegur agar jemaat tidak berkelamin dengan binatang, tidak berhubungan badan dengan sesama jenis, maupun menghampiri wanita yang bukan isterinya (istri ayahnya, anaknya perempuan atau istri orang lain).

Bisa anda bayangkan, iblis tidak lagi beraksi dalam wujud ular yang terkenal licik. Namun, daya pikatnya terus bekerja dari masa Perjanjian Lama, Perjanjian Baru hingga zaman digital. Iblis melakukan infiltrasi. Mengaburkan mata iman kita dari kebenaran.

Belajar dari kasus Reynhard

Seorang mahasiswa di Inggris memperkosa 195 orang! Wadaw, ngeri! Karena tak punya TV di rumah, saya sempat ketinggalan berita. Penasaran, saya pun mencari informasi di Google dan media sosial.

Kaget saya dibuatnya. Pertama, korban sebanyak 195 orang hanya bisa dilakukan sesosok predator. Kedua, dia melakukan tindakan seksual pada sesama jenis. Ketiga, semua korbannya digerayangi dalam kondisi tidak sadarkan diri. Berarti bukan penyimpangan yang disepakati (bukan suka sama suka---ini pun tipu daya iblis), tepat disebut pemerkosaan. Ada rencana jahat yang meluap dari hati yang jahat.

Dr. Boyke, dokter dan seksolog Indonesia, menduga bahwa perilaku Raynhard Sinaga dipengaruhi tidak hanya lingkungan, namun juga peran keluarga. Bisa jadi ada kepahitan atau salah pola asuh yang membentuk Raynhard menjadi penjahat---predator---seksual.

Diketahui bahwa Raynhard adalah dari keluarga orang kaya, sehingga dia tidak perlu bersusah payah saat menempuh studi. Pelajaran pertama, kekayaan tidak jaminan membentuk pribadi yang hidup benar di masyarakat. Kedua, tempat tinggal Raynhard hanya beberapa ratus meter dari kompleks komunitas gay. Terbukalah besar peluang untuk dia berburu. Dari keluarga yang kurang menanamkan fondasi iman, ditambah lingkungan yang mendukung untuk dosa terus berkembang.

Refleksi untuk kita. Orang tua dan guru---secara khusus, dan masyarakat---pada umumnya, perlu sekali menanamkan pendidikan seks sebagai bekal anak-anak kita. Jika kerangka berpikir kita masih pada sekat tabu, dikhawatirkan akan ada Raynhard-Raynhard lain yang akan mengancam generasi kita.

Saya ambil contoh. Saya mengajar kelas 5 di salah satu sekolah swasta di Salatiga, Jawa Tengah. Salah satu cara bercanda murid-murid saya yang laki-laki adalah menertawakan, bahkan bernada membully murid perempuan karena perubahan bentuk tubuh yang mulai menonjol. FYI: anak kelas 5 SD sudah ada yang menstruasi! Pergeseran masa produksi hormon yang tidak banyak diketahui oleh guru, bahkan orang tua.

Jika idealnya materi mens dipelajari SMP, haruskah kami, guru khususnya, menunggu sampai mereka SMP demi mengajarkan mens dan perubahan tubuh pada murid-murid? (Beberapa murid laki-laki di kelas 6 sudah nge-bas suaranya---contoh perubahan fisik, yang bisa juga dijadikan bahan bullying)

Maka, saya selaku wali kelas, berkoordinasi dengan rekan guru dan pimpinan sekolah untuk memberikan materi seputar seksualitas. Syukur, murid-murid saya mau terbuka sehingga bisa meminimalisir upaya bullying---yang bisa memicu pelanggaran seksual (pelecehan verbal, misalnya).

Sebelum kelewat jauh, kami mendidik murid-murid bahwa perubahan fisik bukanlah bahan lelucon. Anak zaman now menjadi lebay, salah satunya karena pengaruh internet dan media sosial (Banyak orang tua yang memberi akses internet hampir tak terbatas pada anaknya. Lagi, orang tua memegang peranan kunci). Kami ingin, mereka mengenal, mensyukuri dan menghargai perubahan fisik yang Tuhan anugerahkan.

Kembali pada kisah Ares. Pentingnya kita berjaga-jaga karena iblis terus melakukan infiltrasi. Menyusup, menyamar dalam segala waktu, ruang, wujud dan rupa, termasuk dalam seksualitas. Tak perlu kecewa atau menghujat kasus Reynhard, karena pengadilan Inggris telah menjatuhi hukuman terberat, yaitu hukuman seumur hidup.

Bagaimana agar anak, murid, atau orang-orang terkasih kita tidak serupa Raynhard?

Tentu saja "Dengan menjaga kelakuan sesuai dengan firman Tuhan". Mengenal kebenaran sejati dan belajar menaatinya adalah satu-satunya cara untuk mengalahkan tipu daya iblis, si pendusta.

Apakah anda---guru, orang tua, kakak, orang dewasa---mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun