Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebelum Padam Mentari

2 September 2019   18:03 Diperbarui: 3 September 2019   11:30 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pemandangan dalam perjalanan... 

Diberi pekerjaan mapan, gaji besar, ditinggal demi pelayanan. Pelayanan selesai, jobless mengeluh tak punya uang. Mendapat pekerjaan baru, gaji sedikit-kerja bejibun, ngedumel. Begitulah manusia. Tak ada puasnya, cepat lupa kata syukur.

Setiap melintasi belantara karet, aku layak bersyukur. Pernah, dulu sekali menerjang gelap malam bersama ibu. Tak ada lampu penerang, tak cukup berada memiliki sebuah sepeda bermesin. Berbeda kini. Sesekali kulihat sekawanan manusia mengais pakan ternak atau pencari kayu bakar. 

Tetes getah karet membekas, hasil sadapan subuh atau malam sebelumnya. Tak jarang, mobil mewah parkir di sekitar pohon karet. Entah foto prewed, atau sekadar ngadem. Terbukti, alam memberi limpah manfaat. Beraninya manusia memperkosa alam?

Seorang lelaki paruh baya berjalan agak pincang meski kedua kakinya normal. Badan kering menggendong ransel lusuh dengan kedua tangan menggenggam tali ransel. Mungkin tiada tangan lain yang bisa digenggamnya. Atau mungkin satu-satunya pegangan demi bertahan di tengah gempuran zaman. Di jalanan menurun hampir selalu di tempat yang sama kulihat lelaki ini. Tulang tipis ditutup kulit keriput, hanya disamarkan jaket tipis. Kerudung jaket membungkus kepala.

Barangkali kuli bangunan, pelayan toko, atau buruh lepas. Yang jelas bukan peminta-minta.

***

Rupanya tak hanya anak sekolah yang harus diatur. Terima kasih pak polisi sudah mengatur lalu lintas. Aku tak habis pikir orang yang seragamnya sama dengan anda, malah menunduk menatap HP. Mungkin melihat berapa like yang ditinggalkan di berandanya. Oh, baca berita lah.

Polisi adalah sosok yang ditakuti melebihi guru sekolah dasar. Buktinya, asal bisa mancal, manusia tak perlu pelindung batok kepala karena tak ada polisi. Padahal jika (amit-amit) kepalanya beradu dengan aspal atau tiang listrik, polisi tidak mendapat keuntungan apapun. Yang salah tetap tiang listriknya!

Tapi, ngomong-omong aku jengkel dibuat polisi. Dulu sewaktu masih kuliah tak punya surat mengemudi, selalu kena tilang. Tak hanya sekali dua, rasanya cukup mengisi surat catatan kelakuan tidak baik. Kini, sewaktu sudah punya lisensi, bahkan sampai melewati tanggal lahir, sekalipun belum pernah aku dihentikan. Apakah kini mereka yang takut padaku?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun