Aku bangga menjadi Indonesia, meskipun hanya merah dan putih
Aku bangga menjadi Indonesia, meski tidak seragam
Aku bangga pada Indonesia, walau kecilnya pulau-pulau tak terhitung
Aku bangga menjadi Indonesia, meski langkahku sebatas Watuagung dan Surabaya
Aku bangga menjadi Indonesia, meski tidak merasakan lagsung tajamnya bambu runcing; kobaran hasrat mengusir penjajah; gagahnya diri dengan ikat merah putih di kepala
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi tidak lalu berpuas rasa
Aku bangga menjadi Indonesia, namun kenapa terus membodohi diri?
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi malu jika berhenti berjuang
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi berduka jika saling serang
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi kenapa hati, tutur, dan tindakan tidak sejalan?
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi mengapa bukan darah keberanian yang tercecer, namun darah bejat!
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi kenapa guru dianggap hewan kurban?
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi kenapa kecintaanku dibatasi teritori dan sepotong paspor?
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi kenapa satu wajah berbeton, namun wajah lain bahkan tanpa listrik?
Aku bangga menjadi Indonesia yang kaya, namun kenapa harus meniru bangsa lain yang bahkan lebih miskin?
Aku bangga menjadi Indonesia, tapi kenapa merasa diri masih baik-baik padahal tidak? Kenapa memakai padahal bisa menghasilkan?
Aku bangga pada Indonesia, maka Indonesia harus bangun!
Aku bangga pada Indonesia, karena Indonesia mampu
Aku bangga pada Indonesia, maka harus satu visi, dan tetap banyak etnis, keyakinan maupun budayanya
Aku bangga pada Indonesia, maka pandai saja tidak cukup, aku harus memaknai arah kemerdekaan dan mengerjakannya sesuai amanat
Aku bangga pada Indonesia, maka aku mencintai, peduli dan berkarya
Aku bangga pada Indonesia, maka aku belajar
Aku....INDONESIA!
