Mohon tunggu...
Wans Sabang
Wans Sabang Mohon Tunggu... Administrasi - anak hilang

Jejak Literasi: Puisi-puisinya pernah dimuat di Koran Sastra Dinamika (Lampung), Radar Bekasi (Bekasi), Buletin Jejak (Majalah Sastra, Bekasi), Buletin Kanal (Majalah Sastra, Semarang) dan Linikini (Tayangan Macro Ad di Commuterline), Koran Jawa Pos dan Koran Tempo.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Take nothing but picture, Kill nothing but time, Leave nothing but footprint

16 Maret 2012   13:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:57 1130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13319057361775690650

 

Tiba-tiba saja sore ini menjadi sendu.

Kalimat“Take nothing but Picture, Kill nothing but Time, Leave nothing but Footprint” , merupakan motto bagi para perambah hutan dan alam liar, pendaki gunung, penelusur gua serta para pecinta alam lainnya.

Merenungi makna kalimat di atas, membuat penulis merenungi tentang hidup dan kehidupan. Untuk apa penulis dihadirkan didunia ini?. Lahir, menangis, merangkak, berjalan, berlari, tumbuh menjadi anak kecil, remaja, kemudian menjadi dewasa lalu menikah dan menjadi orang tua, semakin tua, menjadi kakek lalu mati. Seperti itulah proses hidup sama dengan manusia lain pada umumnya.

Take nothing but Picture. Selama proses hidup, ada kehidupan. Mata yang diciptakan Tuhan, digunakan untuk melihat, melihat sepintas, melihat biasa saja atau melihat serius penuh perhatian lalu di simpan di dalam memori yang bernama “ingatan”.Hati yang diciptakan Tuhan, digunakan untuk merasa, merasa pedih, perih dan sakit, merasa senang, gembira dan bahagia atau merasa biasa-biasa saja ketika kehidupan itu telah menjadi sesuatu hal yang biasa-biasa juga (tidak menyaklitkan atau membahagiakan). Semua perasaan tersebut disimpan juga dalam memori yang bernama “kenangan”.

Banyak sekali yang kita “lihat” dan kita “rasa” kan dalam menjalani kehidupan ini. Semua “ingatan” dan “kenangan” yang tersimpan, hanya sebuah picture dalam proses hidup kita. Picture-picture yang tersimpan rapi di dalam album. Picture yang sesekali sering kita tengok karena ada kenangan disitu, picture yang mampu membuat kita tersenyum dan bangga karena terpancar kebahagian disitu. Ada juga picture yang berusaha kita lupakan, kita buang jauh-jauh karena ada kesedihan yang begitu menyakitkan disitu. Semua picture dalam album tersebut, tidak akan kita bawa ketika kita berpisah dengan hidup.

Kill nothing but Time. Suka atau tidak, kita akan berpisah dengan hidup. Hanya soal waktu. Waktu yang selalu kita “bunuh” dalam kehidupan ini. Dalam membunuh waktu atau mengisi kehidupan, ada yang bermakna bagi dirinya sendiri dan atau orang lain, atau hanya sekedar kesia-siaan saja, just wasting time. Sebuah kehidupan tanpa makna, seperti komedi putar, hanya berputar-putar dipermainkan sang waktu.

Leave nothing but Footprint. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan...?. Penulis lebih setuju, manusia mati meninggalkan karya. Bukan hanya nama yang di ukir di batu nisan. Karya besar dan berguna bagi orang banyak yang mengharumkan nama. Atau karya yang sangat hitam sampai menimbulkan bau busuk bagi orang lain. Setelah kematian, cuma jejak kita yang bisa ditelusuri untuk dijadikan suri teladan atau simbol peringatan agar orang lain tidak meniru jejak kita yang salah.

Seperti para penelusur gua, penulis mencoba menelusuri dan memaknai hidup. Ada stalagtit dan stalagmit yang indah sekaligus mengancam, ada puncak dan lembah yang mengagumkan sekaligus mematikan yang akan kita temui. Apa bedanya siang atau malam di dalam gua?, terang dan gelap hanyalah perbedaan intensitas cahaya saja. Sebagai penuntun, ada satu pelita bagi penulis yaitu : keyakinan, There is a light at the end of cave.

Senyum tawa dan sedih hakikatnya selalu datang silih berganti. Harta materi yang berlimpah hakikatnya tak pernah kita miliki, karena semua yang kita kumpulkan tak akan pernah kita “bawa” dan akan kita tinggalkan juga.

Ah, sendu yang semakin kental mencair karena senyum. Memandang laut lepas dengan sesungging senyum, tipis tapi penuh perenungan. Keep nothing but memories, believe in nothing but yourself.

(WS @ GJL, 160312)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun