Tayangan Sinetron Stripping (Kejar Tayang), Asal Jadi ?
Mengubah sebuah script atau skenario cerita menjadi sebuah tayangan sinetron bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah dan memerlukan proses yang panjang. Ketika sebuah script telah final dari segi tema, alur dan plot cerita, script tsb oleh Produser biasanya diberikan kepada Sutradara dan Pimpinan Produksi (Manajer Produksi) untuk dipelajari dan dipersiapkan segala sesuatu nya demi kelancaran Produksi Sinetron nantinya.
Sebelum masuk Produksi disebut masa Pra Produksi, pada masa ini perlu dipersiapkan segala sesuatu nya yang berhubungan dengan SDM nya (karyawan / crew film dan artis atau aktor yang akan terlibat nantinya), Lokasi shooting dan Ketersediaan alat-alat Equipment untuk setiap departemen : Camera, Lighting Equipment, Artistik, Wardrobe atau Penata Busana dan Make Up artis atau Penata Rias. Tidak lupa juga, perlengkapan alat-alat PU (Pembantu Umum) dari mulai kompor gas, piring-piring dan gelas untuk kebutuhan konsumsi crew dan artis pada saat shooting, mobil transportasi untuk antar jemput crew dan artis serta Generator / Genset sebagai sumber energi listrik untuk camera dan lighting equipment.
Persiapan yang baik pada saat masa Pra Produksi diharapkan akan memperlancar pada saat masa Produksi nantinya. Sebuah tim produksi bisa beranggotakan 40 s/d 60 orang, dari mulai Sutradara sampai PU dan mulai dari Pimpro sampai sopir dan operator genset termasuk juga artis yang terlibat didalamnya.
Untuk sebuah sinetron tayangan stripping biasa nya dikerjakan secara keroyokan oleh 2 tim sampai 3 tim produksi karena keterbatasan waktu pengerjaan. Tayangan stripping adalah sebuah tayangan instan, karena gaya hidup modern yang menuntut segala sesuatunya serba instan, maka tayangan stripping disebut juga produksi "kejar tayang".
Karena sudah menjadi sebuah "keharusan" sesuai kontrak antara PH dengan Stasiun TV, tayangan stripping adalah tayangan sinetron yang setiap hari harus ditayangkan oleh sebuah stasiun TV, mau gak mau, PH yang telah menanda tangani kontrak tsb harus memenuhi kewajibannya untuk menyetor hasil produksi sinteronnya setiap hari kalau tidak, PH tersebut akan terkena finalty atau denda 2 x lipat dari harga tayangan tsb per episode. Misalnya : tayangan tersebut dibayar oleh stasiun TV kepada PH per episode nya Rp 150 juta s/d Rp 250 juta, maka PH tsb akan kena denda 2 x lipatnya, yaitu Rp 300 juta s/d 500 juta per episodenya.
Tidak ada PH yang mau rugi. Untuk mempertahankan stabilitas dan kontinuitas hasil produksi sinetronnya, maka PH yang diwakili oleh produser akan menekan tim produksinya agar pekerjaannya selesai sesuai target, yaitu 1 hari 1 episode. Karena adanya perbedaan setting lokasi dan artis pendukungnya maka mustahil sebuah tayangan bisa dikerjakan oleh 1 tim dalam 1 hari, oleh karena itu diperlukan beberapa tim yang akan menggarap secara keroyokan.
Perbuku atau Per episode sebuah script, misalnya memiliki 60 scene atau adegan, maka biasanya beban tersebut dibagi 3 tim, jadi masing-masing tim mengerjakan 20 scene. Terkadang pembagian beban tersebut dibagi berdasarkan perbedaan setting lokasi. Misalnya : Tim 1 : mengerjakan adegan-adegan di rumah (halaman, ruang tamu dan kamar tidur). Tim 2 : mengerjakan adegan-adegan di rumah sakit, kantor polisi dan cafe. Sedangkan Tim 3 : mengerjakan adegan-adegan exterior atau jalanan.
Hasil shooting hari ini (terkadang sampai dini hari atau subuh) dari ke 3 tim, di kumpulkan dan pagi harinya diserahkan kepada Editor untuk di edit gambarnya, di isi musik dan di atur tata suaranya. Bagian Editing ; dari mulai meng-edit kaset sampai menjadi sebuah tayangan yg siap untuk ditayangkan kemudian di antar kasetnya ke stasiun TV disebut juga masa : Paska Produksi.
Pada masa Paska Produksi ini juga termasuk masa yang rawan, apabila seorang editor tidak bisa menyelesaikan tepat waktu, maka kaset tidak bisa di antar ke stasiun TV alias tidak tayang, maka PH harus membayar denda kepada stasiun TV karena telah lalai memenuhi kewajibannya.
Dalam sebuah tayangan stripping semua dituntut serba cepat. Hasil produksi yang tepat waktu lebih di utamakan dari pada mutu sebuah tayangan sinetron. Berdasarkan urutan prioritas nya adalah :
- Pekerjaan yang cepat dan tepat waktu (walau pun sampai lupa waktu kalau sudah shooting stripping, bisa dari pagi sampai ketemu pagi lagi baru selesai, lantas kapan waktu istirahatnya bagi crew dan artisnya?).
- Pekerjaan yang murah meriah (karena Produser selalu beralasan keterbatasan budget, padahal sebenarnya Produser ingin mengeruk untung yang sebesar-besarnya, syah-syah saja nama nya juga pengusaha).
- Suasana keakraban dan keharmonisan yang harus di ciptakan di lokasi shooting antara sesama artis dan sesama karyawan, juga antara artis dan karyawannya, apabila suasana ini tidak di dapatkan maka yang ada adalah perasaan Be Te sehingga atensi dan mood mengerjakan tayangan ini tidak ada, dampaknya mutu tayangan akan lebih jelek lagi karena suasananya kaku.
- Mutu dan Kualitas tayangan (ya ... yang penting tayang deh, sudah bisa tayang tiap hari lancar saja sudah lumayan. Jangan berharap mutunya mau bagus, dikerjakannya saja dengan cara terburu-buru dan keroyokan).
- Semakin banyak iklannya berarti ratting atau tv share tayangan tersebut semakin tinggi, artinya seluruh crew dan artis nya akan senang karena proyek tersebut akan tayang lama. Dan Produser sudah barang tentu akan tersenyum "Pepsoden" karena keuntungannya akan semakin menggunung.
- Semakin panjang tayangan sinteron itu berarti fans setia nya akan semakin maniak dan bertambah banyak. Karena bagi fans setia sinetron seolah ada keterikatan emosional antara dirinya dengan tayangan stripping itu, sehari saja gak nonton, rasa menyesalnya bisa sampai berhari-hari bahkan bisa sampai sebulan.
Produser dan Stasiun TV mengeruk keuntungan dengan MENJUAL MIMPI. Masyarakat, kaum ibu-ibu, ABG dan seluruh fans setia sinetron bersedia menukar waktu dan kebebasannya untuk MEMBELI MIMPI tersebut.
Lagi-lagi itulah potret sebagian masyarakat kita, mereka butuh MIMPI. Karena dengan MIMPI, mereka bisa melupakan sejenak beban hidup yang terus menghimpitnya. Ya, cuma sejenak ... tapi nya.
Â
Gunung Jaha, Bogor, 26 September 2010
Â
Wans Sabang
Â
Â
ilustrasi gambar : http://www.showwallpaper.com/show.php?wid=023828
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H