Mohon tunggu...
Wawan Kuswandoro
Wawan Kuswandoro Mohon Tunggu... -

Pegiat Diskusi Publik "Wacana Kita", Peminat Politik Lokal, Rekayasa Politik & Human Factors

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anakmu? Karya Gibran "Yang Tak Lengkap"

7 Februari 2018   03:55 Diperbarui: 7 Februari 2018   04:24 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi

Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan coba menjadikan mereka sepertimu

Karena hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu

Engkau adalah busur tempat anakmu menjadi anak panah yang diluncurkan

Sang Pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia meregangkanmu dengan kekuatannya sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur cepat dan jauh

Jadikanlah tarikan tangan Sang Pemanah itu sebagai kegembiraan

Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur yang telah diluncurkannya dengan sepenuh kekuatan.

Sebuah renungan..

Anakmu bukan anakmu? Apakah ini paham liberal yang membiarkan anak berkembang semaunya tanpa intervensi orangtua karena dapat dianggap "melanggar hak asasi anak" dan "mengkhianati nilai demokrasi"? Karena 'anakmu bukanlah anakmu'? 

Saya kira tidaklah demikian. "Anakmu bukanlah anakmu" mengandung makna pengingat bahwa anak-anak kita memiliki jiwanya sendiri: setelah terbentuk menjadi pribadi otonom. Peluang ortu adalah pada proses pembentukan itu, 'proses menjadi'-nya si anak. Setelah 'menjadi', maka ia akan menjadi pribadi otonom yang memiliki dirinya sendiri. Nah, di titik inilah kerawanan sering terjadi dan mengapa terjadi "pertentangan" antara ortu dan anak, karena adanya dua pribadi otonom yang bertemu. 

Nah, pribadi otonom inilah yang harus meluncur deras melesat dari busurnya.... untuk menyongsong jamannya... suatu jaman yang bukan jaman kita, orangtua.....

Lantas bagaimana kita melakukan proses pembentukan dan proses menjadi-nya si anak untuk pemersiapan anak-anak kita agar mereka siap meluncur ke depan bak anak panah lepas dari busur...?  Dan siap mengarungi jamannya kelak... ? Jaman yang kita sendiri tidak mengerti tentangnya...

Gibran juga tidak membicarakan "bagaimana menyiapkan dan meraut anak panah" agar siap meluncur-melesat tanpa patah. Nah, sebagai "proyek peluncuran-pelesatan anak panah", karya Gibran cukup relevan.
Namun, bagaimanakah agar anak panah itu mampu meluncur-melesat tanpa patah? Atau, setidaknya cukup kuat dan tangguh untuk mampu meluncur-melesat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun