Perguruan tinggi di indonesia sangat beragram untuk prospek ke depan bagi para pemuda pemilik cita-cita tinggi, namun yang menjadi permasalahan saat ini jati diri Universitas di setiap perguruan tinggi indonesia mulai melemah hasil dari analisis pengamatan secara umum bahwa sebagian para mahasiswa berada di Universitas hanya untuk mengasah kemampuannya untuk menempuh jalan pekerjaan yang di sukai, bahkan beberapa mahasiswa menyatakan untuk apa kuliah tinggi ujung-ujungnya akan kerja juga, sebuah pernyataan yang menjadi tanda tanya besar apakah yang seharusnya di hasilkan oleh para intelektual mahasiswa, sudah cukupkah mahasiswa yang hanya mendengar dan mengerjakan tugas dari dosen sehingga ia sudah bisa dianggapmahasiswa teladan di kampus, apakah seperti itu?
Kita lihat lebih dekat lagi tentang peran mahasiswa untuk mengembalikan jati diri Universita, dan realita membuktikan bahwa sangat minim mahasisiwa yang berkeinginan keras untuk menjadi intelektual sebagaimana jati diri Universitas untuk menciptakan para intelektual, namun hal ini sudah menjadi pembahasan yang tidak berlaku di dunia modern, karena dengan semakin melesatnya peran globalisasi maka semakin melemahnya pemikiran, hakikatnya kita hanya menikmati hasil tanpa menciptakan hasil karena semuanya serba mudah dan serba instan. Seperti inikah dunia perguruan tinggi dan adakah harapan besar yang akan mengangkat namanya oleh para intelektual mahasiswa kita, dan jawabannya ada pada diri kita yang saat ini berada di bangku perkuliahan, karena kitalah para calon intelektual yang akan mengadakan perubahan di dunia globalisasi ini dan akan membuktikan bahwa universitas akan tetap dikatakan penghasil intelektual tinggi untuk kemajuan pendidikan.
Pemikiran calon intelektual akan setara dengan perannya di dunia Universitas dan seberapa kontribusibnnya dalam mengangkat nama Universitas tersebut dan itulah yang seharusnya menjadi tugas pokok mahasiswa di manapun berada. Pengkoreksian dunia pendidikan saat ini bukan hanya pada peserta didik namun bagi para pendidik pun harus dalam pengawasan apakah masih dalam jati dirinya sebagai pembuat perubahan atau tidak karena sejatinya yang di butuhkan mahasisiwa adalah keluwesan ilmu para dosen dalam mengarahkan mahasiswa menjadi pemikir-pemikir kritis yang mampu menerobos pengetahuan di dunia keilmuan modern saat ini.
Untuk menjadi mahasiswa jadilah manusia yang luar biasa jangan jadi yang biasa-biasa saja karena itulah yang mrendahkan martabat kemahasisiswaan karena jati diri mahasisiswa adalah sebagai berjiwa intelektual yang handal karena sudah banyak mengalami pemikiran di dunia keilmuan. Apa jadinya ketika para calon akademika yang bergelar sarjana namun pemikirananya belum matang, yang ada hanya keadaan yang semakin terpuruk di dunia pendidikan karena memandang pendidikan tidak terbukti untuk kesuksesan masa depannya yang kembali pada mahasiswa itu sendiri dalam memainkan perannya untuk berkualitas atau tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H