Mohon tunggu...
Rmr Wangsa
Rmr Wangsa Mohon Tunggu... Karyawan -

Ia sekata

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Gaya Hidup Pithecantropus Erectus, Jadi Mimpi Pengusaha Muda

30 Oktober 2016   10:35 Diperbarui: 30 Oktober 2016   23:23 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ilustrasi Alat Penumbuk Jaman Batu"][/caption]

Siapa yang tidak butuh uang? Apa ada di antara para pembaca yang tidak membutuhkan uang? Saya membutuhkan uang. Saya suka dengan uang. Menurut saya, segala kehidupan manusia itu memerlukan uang sebagai alat transaksi. Saya mendapatkan makanan, minuman, komunikasi dan transportasi menggunakan uang. Saya bukan masyarakat dari ekonomi yang mapan. Sampai saat ini, saya hanya memiliki satu rekening bank.

Saya punya seorang sahabat bernama Apoy. Ia pengusaha muda sukses, memiliki beberapa restoran, beberapa toko ponsel dan toko-toko baju. Toko dan restoran milik Apoy tersebar di Indonesia, ada yang di kota Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang dan Bali. Ia memiliki banyak kartu ATM, banyak kartu kredit dan deposito di berbagai bank. Menurut saya, dengan segala sarana dan fasilitas yang ada, kehidupan Apoy sudah sangat nyaman, praktis dan terjamin hingga masa tuanya.

Ada satu hal yang membuat saya menuliskan kisah hidup Apoy. Ia memiliki kepribadian yang berbeda dengan saya dan mungkin juga dengan para pembaca. Ia memiliki angan-angan di luar nalar manusia jaman sekarang. Apoy ingin hidup layaknya jaman manusia batu yaitu jaman Pithecantropus Erectus. Jaman yang dipercaya para ilmuwan sebagai jaman manusia purba yang hidup berpindah-pindah, berburu dan bertani. Inspirasi itu ia dapat dari buku yang berjudul "The Moneyless Manifesto". Ia ingin hidup seperti gaya hidup Mark Boyle, pengarang buku itu. Ia tidak ingin ada teknologi di sekitarnya. Ia ingin hidup tanpa uang. Ia ingin segala transaksi dilakukan dengan sistem barter.

Apoy sering mampir di kediaman saya. Ia juga sering menceritakan tentang kehidupan manusia purba yang baru dipelajarinya. Ia sangat suka berdiskusi mengenai hidup ala manusia purba yang ia coba lakukan. Jaman manusia belum mengenal alat pembayaran berupa uang. Jaman manusia masih mengandalkan alam untuk bertahan hidup. Jaman manusia belum membutuhkan teknologi untuk komunikasi dan jaman populasi manusia masih belum membludak.

Apoy juga menceritakan bahwa ia membeli sebidang lahan pertanian untuk digarap sebagai lahan perkebunan dan pondoknya nanti. Ia memulai hidup ala Pithecantropus Erectus di lahan itu,  akan tetapi kenyataan berbeda dengan apa yang ia harapkan. Ia membeli lahan menggunakan uang tunai dan sebagian pembayaran dilakukan dari salah satu ATM-nya. Untuk menggarap lahan, ia mempekerjakan beberapa orang untuk berkebun dan memanen. Upah pekerja pun dibayar dengan uang tunai.

Saya sempat tertawa ketika mendengar ceritanya. Saya pun sempat bertanya kepadanya, "Bagaimana menyalakan api jika tidak mempunyai korek? Bagaimana memasak nasi jika tidak mempunyai dandang? Bagaimana mendapatkan ikan jika tidak ada yang dapat ditukar dengan tomat? Bagaimana mendapatkan baju jika tidak ada yang dapat ditukar dengan ubi dan singkong? Bagaimana istri melahirkan jika tidak ada bidan yang bisa dibayar dengan pisang? Bagaimana nasib keluarga disaat gagal panen?".

Kami mendapatkan pelajaran  yang sangat berharga mengenai gaya hidup manusia purba jaman batu yang Apoy lakukan. Menurut kami, jaman manusia purba adalah jaman yang masih alami, jaman yang bersahabat dengan alam dan jaman yang ramah lingkungan. Makanan manusia dihasilkan dari alam, minuman dari sumber air yang jernih, udara yang sejuk tanpa polutan, pohon-pohon yang rindang untuk peristirahatan, hewan-hewan berkeliaran dan manusia berbadan kekar untuk berburu.

Dari hasil diskusi berdua, kami dapat kesimpulan bahwa hidup manusia ala Pithecantropus Erectus tidak realistis. Jaman sekarang membutuhkan teknologi untuk komunikasi, transportasi, industri, pertanian bahkan perkebunan. Jaman yang para pekerja hanya ingin dibayar dengan uang, jaman manusia membeli barang dengan nominal uang dan jaman alamnya sering bergonta-ganti cuaca.

Kenyataan yang sulit dipungkiri oleh Apoy bahwa ia berhasil meraih mimpinya, meski bukan dari gaya hidup manusia jaman batu. Tidak jarang dalam kesehariannya, ia melakukan pembayaran tanpa menggunakan uang. Dimana, ia melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan membeli barang tanpa harus keluar dari kediamannya.

Back: Sakuku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun