Mohon tunggu...
Erfen Gustiawan Suwangto
Erfen Gustiawan Suwangto Mohon Tunggu... -

Tenaga medis, staf pengajar hukum kedokteran, aktivis medis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Yesus Seorang Yogi?

22 Juni 2010   10:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:22 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada juga anggapan bahwa Yesus tidak menderita saat disalibkan karena telah belajar Yoga. Ini kesalahan yang sangatlah besar! Ia sudah menderita sebelum disalibkan, dalam hidup sehari-harinya Ia pernah marah, menangis, dsb karena ulah manusia. Inilah prinsip dasar kekristenan bahwa Tuhan itu berkepribadian, tidak seperti ketuhanan dalam prinsip kepercayaan Timur di mana kesempurnaan itu digambarkan sebagai kelepasan dari semua hal-hal yang sifatnya emosional. Di Taman Getsemani, Yesus sampai berkeringat darah, yang dalam dunia medis hal ini bisa terjadi akibat ketakutan yang luar biasa. Ia juga jatuh berkali-kali sepanjang perjalanan dalam membawa salib-Nya ke Bukit Golgota. Akhirnya, Ia berteriak menjelang kematian-Nya yang menunjukkan betapa menderita-Nya Ia. Ini dasar kekristenan yang menjadikan umat Kristen memegang teguh iman-Nya walau diintimidasi sekalipun karena tidak pernah ada tuhan lain, nabi, atau avatar yang berkorban sedemikian besar bagi manusia. Kita yang harusnya disalibkan, tetapi Tuhan yang Suci malah yang berkorban. Ada anggapan juga bahwa umat Kristen ‘memaksa’ dalam menginjili padahal itu justru menunjukkan ketidakegoisan karena ingin agar rekan-rekan yang lain juga mengetahui Kabar Baik ini. Namun, apabila memang ada pengikut Kristus yang menjadi batu sandungan, itu tentu perihal lain yang terlepas dari kebenaran injil itu sendiri.

Apakah pengabaran injil berlatarbelakang politik? Mengabarkan Tuhan yang disalibkan dan mengajarkan kasih tanpa syarat, adalah suatu hal yang tidak menguntungkan secara politik! Salah-salah malah menambah musuh dan diintimidasi. Namun, hal ini tidak menjadi halangan apabila itu memang suatu kebenaran. Apakah injil diubah? Walau ada pengikut Kristus yang menjadi batu sandungan seperti para pejuang perang salib, tetapi tidak ada yang berani mengubah bahwa Yesus mengajarkan KASIH, bukan perang. Tentu ini pemeliharaan Tuhan terhadap injilnya. Jika umat Kristen ingin mengubah injil, tentu yang paling pertama diubah adalah penyangkalan bahwa Yesus disalib. Mengapa? Karena mengabarkan injil tentang Tuhan Yang Disalibkan tentu adalah kekonyolan bagi orang lain. Namun, kenyataannya hal-hal tersebut tidak diubah karena memang itu kenyataannya! Bahkan banyak aib para nabi pun ditulis, termasuk kisah Nabi Daud yang berselingkuh! Skandal yang lain juga banyak tertulis. Itu semua menunjukkan objektivitas injil supaya bisa menjadi pelajaran bagi manusia. Hanya Yesus yang sempurna di dalam injil, sedangkan nabi yang lain juga ditulis memiliki banyak kekurangan. Begitu juga fitnah terhadap Rasul Paulus memalsukan injil, sangatlah tidak berdasar. Oleh karena sebelum menjadi penginjil, Paulus adalah perwira Romawi yang membunuh orang-orang Kristen. Ketika ia bertobat, ia malah balik menjadi penginjil, bahkan dihukum mati karena penginjilannya. Apabila ia mau, maka ia bisa saja terus naik pangkat dengan membunuh lebih banyak orang Kristen. Lantas mengapa ia menjadi penginjil yang tidak ada keuntungan dari segi politik maupun ekonomi? Karena ia mengetahui kebenaran dari injil itu sendiri sehingga membelanya sampai mati walau tanpa dengan kekerasan tentunya.

Banyak juga anggapan yang keliru, terutama perihal ajaran Kristen juga digabungkan dengan kepercayaan lain. Kekristenan menghargai budaya lokal asalkan budaya tersebut tidak dijadikan wahana penyembahan terhadap leluhur, dsb. Banyak gereja yang seperti ini, misalnya Gereja Kristen Jawa, HKBP, dll. Mungkin inilah yang menyebabkan ajaran Kristen ’seolah-olah’ juga hasil percampuran ajaran kepercayaan lain. Termasuk juga tradisi pohon Natal, dsb yang merupakan ‘penghargaan’ terhadap budaya lokal Eropa. Karena itu banyak aliran Kristen karena Yesus memang tidak mengajar ritual, tidak mengajar berapa kali harus berdoa, tidak mengajar berapa kali harus ke gereja, tidak mengatur masalah bentuk fisik gedung gereja atau masalah musik. Patokan suatu gereja dinamakan gedung gereja hanyalah ajarannya yang tetap mengajar bahwa Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dan Juruselamat yang telah mati menebus dosa manusia, serta akan kembali di akhir zaman untuk menghakimi alam semesta. Selebihnya dapat dilihat kekristenan tidak pernah mensakralkan tempat karena yakin Tuhan bersemayam di hati manusia, dan justru manusia adalah gereja sejati. Gedung gereja hanyalah sarana perkumpulan umat seiman untuk saling menguatkan dan bersilaturahmi. Jadi jangan heran ada kebaktian di mall, auditorium, hotel, bahkan lapangan sepak bola! Simbol salib dll juga hanyalah lambang belaka. Malah gereja yang di mall/hotel tidak ada lambang salibnya.

Anggapan bahwa Yesus mengajarkan reinkarnasi dan karma juga keliru. Banyak ayat yang disalahtafsirkan termasuk ketika Yesus mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis adalah Nabi Elia yang datang kembali. Ayat itu hanya kiasan karena ketika orang banyak menanyakan kepada Yohanes Pembaptis secara langsung, dengan tegas Yohanes Pembaptis berkata, “Bukan.” Lagipula Nabi Elia tidaklah mati sebelumnya, ia diangkat langsung ke surga dan akan turun lagi ke dunia sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali. Padahal reinkarnasi mengandung pengertian manusia itu mati kemudian akan lahir menjadi manusia lagi di masa datang. Kekristenan hanya mengenal inkarnasi, yaitu ketika Allah menjelma menjadi Yesus Kristus, dan itu pun hanya terjadi satu kali saja. Ayat ketika Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah Satu.” juga sering disalahtafsirkan padahal artinya adalah Yesus adalah Allah itu sendiri.

Mujizat yang dilakukan Yesus juga bukan hasil dari pertapaan-Nya di padang gurun selama 40 hari atau selama ‘masa hilangnya’. Pengikut Kristus juga bisa melakukan mujizat itu sampai sekarang tanpa meditasi/ yoga! Banyak kesaksian para mantan pemimpin spiritual Timur yang sekarang menjadi Kristen dalam bentuk DVD / youtube, antara lain Pdt. Daud Toni dan Pdt. Theodores Tabaraka. Pdt. Daud Toni bahkan bisa berpindah tempat dalam waktu sekejap tatkala dia belum bertobat dan masih menjadi ahli kebatinan, seperti yang dilakukan Satya Sai Baba (spiritualis yang dipuja di India sekarang).

BAGAIMANA PANDANGAN KRISTEN TENTANG KEPERCAYAAN LAIN?
Orang zaman dahulu yang mencari jalan spiritualitas di jalan lain selain Yesus, tidaklah bersalah karena belum pernah mendengar injil. Penghargaan tetaplah tinggi karena bagaimana pun mereka juga berkehendak baik mencari jalan keselamatan, bahkan juga berdasarkan keyakinan itu juga merumuskan ajaran-ajaran moral demi kebaikan alam semesta. Namun, setelah injil tersebar ke seantero dunia maka keselamatan di dalam Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan tetapi disebarkan dengan tidak memaksa oleh karena manusia diciptakan dengan kehendak bebas. Apabila tetap berbeda keyakinan di zaman sekarang, maka semua harus kembali ke ajaran umum semua keyakinan, yaitu kasih. Kasih berdasarkan pada altruisme dan volunterisme yang menjadi ‘The Golden Ethic of Human Being’, serta harus dipegang oleh seorang atheis sekalipun. Tentunya kasih yang juga diterapkan dalam kerjasama nyata di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, dsb.

Yang sangat disayangkan adalah apabila ada orang Kristen yang memiliki paham pluralisme radikal ini. Oleh karena berarti ia telah meremehkan kematian Tuhan yang diyakini umat Kristen sebagai Penebus. Tidaklah mungkin kematian Tuhan itu sia-sia dan tidak mungkin Ia sengaja datang ke dunia untuk bertamasya! Biarlah orang lain menganut pluralisme radikal karena memang beberapa keyakinan mengajarkan paham itu, tetapi apabila orang Kristen juga menganut paham ini, jelas ia tidak layak lagi sebagai pengikut Kristus. Seperti Yesus pernah bersabda, “Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.” (Matius 10:32-33)

Dari semua pembahasan di atas, jelas Kristen bukanlah agama tetapi spiritualitas juga. Bahkan ‘pencapaian kesadaran’ dan ‘pembebasan terhadap agama’ yang dirindukan oleh kaum spiritualis Timur justru ada dalam Yesus Kristus. Apabila menganggap kekristenan sebagai kemunduran justru salah. Secara fakta saja kekristenan muncul di abad yang lebih baru, belum lagi ajaran tentang Allah yang disalibkan untuk menebus dosa manusia. Justru apakah kaum spiritualis Timur berani ‘keluar dari zona nyamannya’ untuk menerima semua masukan ini. Mengikut Yesus sangatlah sederhana. Sebagai contoh tatkala penjahat yang disalibkan di samping Yesus mengaku Yesus sebagai Juruselamatnya, maka Yesus berkata kepada orang itu, “Hari ini juga engkau bersama dengan Aku di dalam Firdaus. ” Sesederhana itu! Jadi, menganggap Yesus sebagai penganut kepercayaan mistisisme Timur bukanlah kemajuan, tetapi kemunduran karena mistisisme Timur mengajarkan ritual, dsb. Sedangkan penjahat yang di samping Yesus itu masuk surga bersama Yesus di saat detik terakhir kehidupannya tanpa sempat ia berdoa, dibaptis, berbuat amal, memperbaiki karmanya, meditasi, dll. Ini juga yang menjadi bantahan bahwa yang disalibkan itu Yudas oleh karena tidak tertulis dalam catatan manapun bahwa Orang Yang Disalibkan itu berteriak dirinya adalah Yudas, tetapi malah mengampuni orang yang menyalibkannya. Bahkan orang Romawi yang tadinya membunuh orang-orang Kristen malah sekarang menjadi negara dengan penganut Kristen terbesar. Padahal Roma memiliki banyak filsuf yang logis dan mengerti sejarah yang benar. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun