Pertama kali menginjakkan kaki di kota Jakarta menjadi kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Apa yang saya mimpikan sejak lama, menjadi kenyataan yang benar-benar terwujud, rasanya hampir tidak bisa mempercayainya hingga sekarang. Tapi inilah rencana Allah yang telah diperlihatkan kepada saya. Kami pergi berombongan dalam rangka “belajar lapangan”, yang terdiri dari guru TK, guru SD, dan beberapa karyawan yayasan Islamic Center Siak. Sekitar pukul 19.00 kami tiba di kota Jakarta. Setiba disana kami langsung disambut oleh bus pemandu wisata yang akan menemani kami pergi ke setiap tempat. Bus mengantar kami ke sebuah Padepokan pencak silat yang berada cukup jauh dari bandara. Di dalam bus yang kapasitasnya cukup untuk 50 orang, memberikan kenyamanan yang cukup kepada kami. Sesampainya di padepokan kami beristirahat untuk mengendorkan kembali otot-otot yang telah menegang selama perjalanan.
1. Diskusi di Gedung DPR
Esok harinya kami memulai aktivitas di pagi hari sekitar pukul 08.00. bus melaju dengan kecepatan rendah, mengimbangi kemacetan kota Jakarta, hal ini justru menjadi kebaikan tersendiri bagi saya, saya jadi lebih puas melihat tempat-tempat, lokasi-lokasi yang ada di kota metropolitan itu. Tempat yang pertama kali kami kunjungi adalah gedung DPR. Di gedung ini kami disambut dengan penuh keramahan. Di hari jum’at itu mereka masih memberikan kesempatan bagi kami untuk berkunjung ke tempat itu, sesuatu yang berjalan di luar kebiasaan mereka yang biasanya hanya menerima tamu pada hari senin-kamis saja.
“ini karena rombongan dari Siak sangat spesial”, tukas Bapak yang bertindak sebagai nara sumbernya sembari tersenyum manis dihadapan kami. Forum dibuka oleh seorang moderator cantik, beliau membuat saya sedikit terpukau dengan tutur dan gaya bahasanya yang persis seperti presenter di stasiun televisi, kemudian dilanjutkan pemaparan secara jelas dari Bapak nara sumber yang sangat detail mengemukakan persoalan, fenomena dan citra DPR yang selama ini sangat melekat dikalangan masyarakat.
DPR sebagai refleksi dari rakyat ternyata selama ini telah bekerja sangat keras demi kepentingan rakyat, sementara media hanya menyorot pada kekurangannya saja, mungkin persepsi ini perlu sedikit kita benahi. Ketika moderator mempersilahkan kami untuk bertanya, tiga orang melemparkan pertanyaan yang mungkin mewakili isi kepala kami yang memiliki persepsi yang sama dengan mereka. Persoalan yang ditanyakan diantaranya adalah bagaimana mekanisme yang jelas dari distribusi anggaran yang dikucurkan untuk masyarakat selama ini, akhlak generasi muda saat ini yang perlu dibenahi agar terbentuk citra yang baik terutama yang akan menjadi calon anggota DPR pada periode-periode selanjutnya. Setelah diskusi selesai kami disambut dengan sarapan nasi uduk istimewa yang disediakan 0leh mereka, bersyukur sekali rasanya mereka begitu memuliakan tamu yang berkunjung ke tempatnya, menjadi kesan tersendiri bagi kami.
Disana kami juga diperlihatkan sebuah ruangan yang memiliki kenangan-kenangan sejarah, para pahlawan yang banyak berjasa pada bangsa ini. Yang paling mengejutkan adalah ketika kami dibawa memasuki ruang sidang paripurna yang biasanya hanya dilihat dari televisi, kami memanfaatkan kesempatan emas ini untuk foto-foto di ruang tersebut, merasakan empuknya singgasana anggota dewan yang selama ini dimanfaatkan untuk sidang paripurna, wow…begitu menakjubkan.
2. Nikmatnya fantasi Ancol
Dari gedung DPR, perjalanan kami lanjutkan ke Taman Mini Jaya Ancol, sebuah arena fantasi yang menyimpan begitu banyak mimpi. Mimpi jutaan anak Indonesia yang disuguhkan dengan sangat mempesona melalui musical story, atraksi-atraksi memukau hewan-hewan yang sudah terlatih di depan para penonton, begitu lucu dan menggemaskan tingkah si anjing laut, lumba-lumba, burung unik, kuda nil dengan bobot luar biasa 2 ton dan tingkah lucu dari 2 berang-berang, begitu menakjubkan…menyaksikan ciptaan Allah yang luar biasa memiliki kemampuan seperti halnya manusia, mengingat angka, huruf, warna, berhitung, subhanallah…ternyata dunia Sains yang selama ini ada di dalam pikiran sempit ini menjadi terbuka lebar, betapa dahsyatnya kemampuan yang dimiliki seekor hewan ketika ia diberi latihan secara intensif sehingga mampu melahirkan sesuatu yang diluar kebiasaan hewan normal lainnya.
Itulah salah satu rahasia Allah yang diperlihatkan kepada saya sebagai seorang yang diamanahi untuk membagi pengetahuan tentang sains di sekolah, selama ini mungkin hanya melihat dari televisi saja, biasanya di acara sulap yang penuh dengan manipulasi, akhirnya saya menyadari betapa sempurnanya ciptaan Allah terhadap hewan sekalipun yang juga diberikan talenta seperti manusia. Disusul dengan musical story yang penuh fantasi, yang diperankan oleh ‘manusia duyung’ beserta para penyelam yang sudah terlatih, luar biasa…seakan semuanya begitu riil, story ini membisikkan pesan tersirat agar kami senantiasa menjaga dan melestarikan lautan beserta kekayaan di dalamnya, begitu menarik, disajikan dengan kekuatan audio visual yang penuh sehingga sedikit membangkitkan otak kanan kami yang mungkin selama ini masih ‘tidur’, padahal keaktifan otak kanan sangat menentukan hidup tidaknya suasana kelas, terutama di kelas rendah SD, sehingga penanaman konsep pada anak menjadi lebih mudah. Ada lagi atraksi bajak laut yang disuguhkan dengan penuh percaya diri oleh para pemerannya yang juga memukau kami, Masya Allah…begitu menegangkan.
3. Menggapai puncak monas
Esoknya kami mengawali agenda kami menuju sebuah tempat yang banyak menyimpan kenangan sejarah, monumen nasional yang sering disingkat dengan monas. “ayo kita langsung ke puncak monas” tukas kami dengan penuh semangat setibanya bus pemandu di pekarangan monas. Eitt, tunggu dulu,… ada sesuatu yang harus dilalui sebelum sampai ke puncak monas. Ups, ternyata ada ratusan orang yang sudah mengantri untuk naik ke puncak monas, sambil menikmati antrian ini, kami sempat bergurau, berkenalan dengan pengantri dan sepasang bule suami istri yang berada di dekat kami, kemudian berfoto-foto dengan bule tersebut.
Sambil nyelam minum air, mungkin begitu kata-kata yang tepat untuk mendeskripsikannya. Alhamdulillah..akhirnya kami sampai ke puncak monas, dengan penuh takjub saya memandang ke bawah, betapa kecilnya kami…begitu mungil…apabila dilihat dari atas, begitu maha besarnya Allah…merancang alam semesta ini dengan penuh kesempurnaan, tapi terkadang kita yang sangat kecil ini tidak menyadari dan malah merasa arrogant untuk menyadarinya. Lagi-lagi saya mendapatkan penerangan yang sangat berharga.
4. Menyusuri Tanah Abang
Setelah sholat dzuhur di mesjid termegah di Jakarta, yakni Istiqlal, kami melanjutkan perjalanan ke pasar yang konon dilabeli dengan pasar kain termurah di Jakarta. Para ibu guru yang sudah ‘haus belanja’ akan membelikan oleh-oleh pakaian, begitu bersemangat ketika memasuki pasar ini. Dengan bajai, kami menuju tempat ini. Begitu keluar dari pasar, wow, semuanya membawa bungkusan-bungkusan besar. Tapi begitulah Ibu, kebanyakan dari mereka hanya membelikan oleh-oleh untuk keluarga atau saudara saja, tidak untuk pribadi sendiri.
5. Menikmati hijaunya “SMPN 56 Jakarta”
Hari minggu kami mengawali kunjungan ke SMPN 56 Jakarta. Sekolah yang sangat kaya. Kekayaan yang saya maksudkan disini adalah keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki sekolah ini yang jarang dimiliki oleh sekolah lain. Tataan tanaman hijau yang begitu rapi yang memperlihatkan tangan-tangan terampil yang mengolahnya,kondisi fasilitas air bersih yang cukup memadai, lengkapnya peralatan lab Sains, perpustakaan yang tertata rapi, lab computer yang cukup besar dan masih banyak lagi keistimewaan lainnya yang saya jumpai disini. Tapi ada satu yang paling menggelitik pikiran saya, yakni adanya rumah kompos yang selama ini biasanya hanya saya temui di universitas, sekolah ini juga memilikinya. Benar-benar Green School…
6. Begitu kaya, Taman Mini kebanggaan bangsa Indonesia
Kami melanjutkan perjalanan ke taman mini Indonesia indah, sebuah tempat yang begitu kaya dengan ilmu. Di tempat ini kami temui beragam benda yang sarat akan iptek. Begitu banyak yang terkuak, apa yang tidak diketahui atau hanya sekedar meraba-raba selama ini, sekarang semuanya menjadi begitu jelas, betapa dahsyatnya ciptaan Allah melalui teknologi yang dititipkan ke otak manusia sehingga mampu melahirkan benda-benda hebat yang mampu memberikan sumbangsih terbesar bagi masyarakat dunia.
Kemudian kami lanjutkan ke Taman Al-Qur’an yang masih berada di kawasan taman mini, subhanallah…begitu indah kaligrafi yang terukir oleh tangan-tangan dingin, tulisan ayat-ayat Al-Qur’an yang membuat kami terpukau, dan Al-Qur’an terbesar yang selama ini membuat kami begitu penasaran, akhirnya kami temukan juga di tempat itu.
Hari berikutnya kami harus pulang ke Siak. Saya tidak mampu melukiskan dengan kata-kata betapa perjalanan ini memberikan arti tersendiri bagi saya. Bagi kami para guru memberikan manfaat yang begitu besar, menguak tabir pengetahuan dan teknologi yang selama ini tersimpan sangat rapi di tempat yang hanya bisa dijangkau dengan biaya yang tidak sedikit, tentu saja meningkatkan wawasan kami, saya sangat berharap apabila guru-guru, tidak hanya di siak, tapi juga di daerah kecil/terpencil lainnya juga bisa merasakan hal yang sama dengan yang kami alami sehingga semua anak-anak Indonesia betul-betul ditangani oleh guru-guru yang memiliki kecakapan pengetahuan dan teknologi. Semoga Allah senantiasa meridhai semua langkah kita untuk memajukan bangsa. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H