Beberapa tahun terakhir ini,
ada satu kebiasaan baru yang
bikin cowok di Indonesia jadi
LEMAH BANGET!
Yang lebih bahaya, kalau kebiasaan
baru ini berkembang...
bangsa kita bakal susah maju.
Bakal selalu ketinggalan
di belakang.
Nama kebiasannya ini bro,
"Susah kalau orang lain seneng.
Seneng kalau orang lain susah."
Gue ulangi lagi ya,
"Susah kalau orang lain seneng.
Seneng kalau orang lain susah."
Kita happy kalau liat orang
lain kena musibah.
Marah kalau liat orang lain
dapat kebahagiaan.
Hidup penuh kebencian, rasa iri,
dan dengki.
Kebiasaan ini mulai keliatan
banget waktu pilpres 2020 kemarin
bro.
Coba liat komen-komen para pendukung.
Kalau ada artikel yang bahas
prestasi salah satu capres,
sepi!
Kalau ada artikel yang bahas kejelekan capres,
rame banget!
Sampai sekarang keliatan banget...
Kalau masalah menghujat,
masalah kasih komentar negatif,
netizen Indonesia jago banget.
Cepet kalau disuruh membenci bareng-bareng.
Kalau ini terjadi di hidup kita
bro,
kita bakal hidup sebagai cowok
yang penuh kemarahan.
Kita jadi terbiasa berpikir,
untuk membuat kita jadi bagus,
caranya bukan dengan memperbaiki
diri sendiri.
Tapi dengan menjatuhkan orang lain.
Nggak perlu naik level.
Yang penting kita turunin level
orang lain.
Serem kan bro?
Ok bro, ini bukan berarti kita
nggak boleh mengkritik.
Kritik, boleh dan wajib banget
kalau disampaikan dengan
cerdas dan tepat.
Yang harus lo hindari adalah
kebencian, kemarahan, dan
kedengkian;
yang lo sebarkan secara masif,
atas nama kritik.
Nggak ada isinya,
selain rasa benci.
Yuk, sekarang tiap kali kita
mau berekspresi negatif,
review dulu bentar bro;
apakah ini ada tujuan
untuk bikin situasi lebih baik,
atau cuma sekedar menyebar
kebencian dan kemarahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H