Mohon tunggu...
Wandi Barboy Silaban
Wandi Barboy Silaban Mohon Tunggu... jurnalis -

Seorang yang tak bisa melepaskan diri dari dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekilas Psikologi Sondang Hutagalung

11 Desember 2011   14:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:30 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sondang Hutagalung barangkali hanya seorang biasa yang dikenal dalam panggung kehidupan negeri ini. Dia boleh jadi hanya mahasiswa yang aktif berorganisasi sebagaimana aktivis kampus pada umumnya. Dia memilih organisasi ekstra kampusnya yang terkategori sebagai sahabat Munir. Boleh jadi Sondang jengah melihat tingkah polah seluruh pejabat negeri yang tak juga mau berubah demi kemajuan negeri ini. Aksi "gila"nya ini seharusnya merupakan tamparan keras bagi semua pihak yang memegang tampuk kekuasaan di negeri ini. Tapi, aksi tinggallah sekadar aksi. Tak lebih. Pemegang kekuasaan tetap hidup dalam polah tingkah yang justru 'dikutuki' oleh seorang Sondang Hutagalung. Para pemegang tampuk kekuasaan senantiasa hidup dengan harta berlimpah-limpah yang entah darimana dihasilkannya. Semua hidup nyaman dan tenang dengan keadaannya masing-masing. Sondang Oh Sondang... horasma

[caption id="attachment_155334" align="alignnone" width="300" caption="RIP Sondang Hutagalung(sumber:http://www.poskota.co.id/berita-terkini/2011/12/11/pria-bakar-diri-di-depan-istana-dimakamkan)"][/caption] Engkau barangkali jengah dengan semua ini. Namun, engkau sudah memberikan sedikit makna bagi setiap penggiat kebenaran dan keadilan serta kemanusiaan di negeri ini. Kau ingin membuktikan bahwa masih ada segelintir anak negeri yang peduli dan cinta dengan caranya sendiri. Ketika cara-cara awam dan konvensional tak lagi mempan jiwamu memberontak tak henti-henti. Bakar diri yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada masa revolusi itu pun harus kau lakukan. Jiwamu adalah jiwa murni yang berani menyuarakan keadilan dan kemanusiaan serta kebenaran yang terselubung menyelimuti negeri. Selamat jalan untukmu, kawan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan kesabaran dalam menjalani kehidupan ini. Sekali lagi horasma Bro. Horas untukmu yang meninggalkan kami dan Horas untuk kami yang ditinggalkan. RIP untuk Sondang Hutagalung 10 Desember 2011.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun