Mohon tunggu...
Rismawandi
Rismawandi Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Analis kesehatan

Teknologi Laboratorium Medis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Uji Vitamin C pada Buah Naga dan Buah Nanas

10 Juli 2021   08:30 Diperbarui: 10 Juli 2021   08:32 1400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Rismawandi, Fitri Rahmawati, Fidelia Shabrina Anissyah Putri, Musdalifa Pangandro, Amelia Putri (Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi Sarjana Terapan Teknologi Laboratorium Medis Universitas Aisyiyah Yogyakarta).

             Apasih itu vitamin C.? Vitamin C merupakan antioksidan dimana antioksidan adalah zat yang dapat menangkal radikal bebas. Vitamin C tidak dapat dibentuk dalam tubuh manusia sehingga diperlukan asupan Vitamin C dari luar. Menurut Car dan Frei (1999) manusia tidak dapat mensintesis Vitamin C dalam tubuhnya karena tidak memiliki enzim Lgulonolakton oksidase. Manusia mutlak memerlukan vitamin C dari luar tubuh untuk memenuhi kebutuhannya.

             Vitamin C mempunyai peran penting bagi tubuh manusia yaitu dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan sebagai antioksidan yang menetralkan radikal bebas didalam darah maupun cairan. Apabila tubuh manusia kekurangan vitamin C maka akan timbul gejala penyakit seperti sariawan, nyeri otot, berat badan berkurang, lesu, dan sebagainya. Didalam tubuh vitamin C menjalankan fungsinya seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol, dan menjadi asam empedu. Pada dasarnya vitamin C didalam tubuh mampu berfungsi melindungi beberapa sel atau molekul dalam tubuh seperti, protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat selain itu vitamin C dapat menjaga kehamilan dan mencegah dari diabetes. (Helmi, 2007)

            Dalam analisis kadar vitamin C pada sampel buah nanas segar dan buah nanas kaleng dimana yang digunakan untuk penentuan kadar vitamin C adalah daging buah nanas. Buah nanas segar dan buah nanas kaleng dipotong kecil-kecil kemudian dihaluskan. Daging buah nanas segar dan buah nanas kaleng disaring dan filtratnya ditimbang sebanyak 5 gram, kemudian dilarutkan dengan akuades sebanyak 100 mL. filtrate diencerkan dengan memipet masing-masing sebanyak 10 mL dan dilarutkan dengan akuades sebanyak 100 mL. Kadar vitamin C pada buah nanas segar dan buah nanas kaleng diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektofotometri UV-Vis. Larutan blanko yang digunakan adalah akuades, sedangkan larutan standar berupa asam askorbat. Didapatkan absorbansi maksimal yaitu 270 nm selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan spektofotometer dengan lima kali pengukuran di dapatkan rata-rata yaitu 0,2326 kemudian dikonversi dalam bentuk konsentrasi (ppm) melalui persamaan garis lurus y = 0,062x + 0,020 dengan nilai R2 = 0,978 pada penelitian ini melakukan pengujian menggunakan dua sampel yaitu sampel buah nanas segar dan sampel buah nanas kaleng.

            Penelitian pada jurnal wiyata analisis kadar vitamin C pada buah nanas segar (2015) sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa buah yang sudah diproses kadar vitamin C akan berkurang seperti buah nanas kaleng karena adanya pemanasan pada proses pengolahan dan bergantung pula pada lama penyimpanan nanas kaleng tersebut.

             Penentuan kadar vitamin C pada sampel buah naga yaitu dengan cara menghaluskan 2,5 g buah naga lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Lalu ditambahkan aquabides sampai tanda batas lalu dihomogenkan dan disaring dengan kertas saring. Dipipet sebanyak 35 mL filtrate, kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL setelah itu ditambahkan aquabides hingga tanda batas. Selanjutnya diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum sebanyak 3 kali pengulangan. Panjang gelombang serapan maksimum yang digunakan adalah 264 nm. Pada penelitian ini digunakan pelarut aquabides yang steril dengan tujuan untuk mengurangi resiko keberadaan zat pengotor dan bebas dari pirogen. Larutan standar asam askorbat dibuat dengan konsentrasi 100 ppm, kemudian diencerkan menjadi 10 ppm untuk mengukur panjang gelombang maksimum.

             Sampel buah naga yang diuji diambil dari daerah yang berbeda yaitu daerah dataran rendah dan dataran tinggi dengan perlakuan tiap sampel sama. Daging buah naga merah dihaluskan kemudian timbang 2,5 gram dan masukkan kedalam labu ukur 50 mL. selanjutnya tambahkan aquabides sebagai pelarut hingga tanda batas dan saring menggunakan kertas saring Wathman no. 1. Kemudian encerkan dengan memipet larutan sampel sebanyak 35 mL dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan tambahkan pelarut hingga tanda batas dan serapan diukur pada panjang gelombang 264 nm.

             Menurut Afdhil dkk (2017) pertumbuhan dan perkembangan buah naga tumbuh baik pada dataran rendah 0-100 Mdpl. Jika buah naga tumbuh baik pada dataran rendah, maka mutu buah naga pada dataran rendah lebih baik dari pada dataran tinggi. Tetapi pada penelitian ini sampel 1 dan 3 kadar vitamin C tidak sesuai dengan perhitungan kadar vitmin C pada sampel menurut ketinggian sampel. Hal ini bisa terjadi karena faktor lain seperti faktor lingkungan (lahan, iklim, cuaca, hama, dan lain-lain), cara penanaman, jenis bibit, cara pemanenan dan faktor-faktor lain. Jika satu buah naga dengan berat 400 gram maka kadar Vitamin C buah naga sampel 1 120,12 mg dan Sampel 2 128,83 mg dan sampel 3 adalah 106,96 mg. Menurut literature kandungan Vitamin C pada buah naga yaitu 8-9 mg dalam 100 gram buah naga, artinya kadar Vitamin C pada sampel yang dilakukan penelitian ini 3,5 kali lebih besar dari literature. Hal ini mungkin terjadi karena metode yang digunakan dalam penelitian penetapan kadar

            Vitamin C pada buah naga merah ini tidak dilakukan pemisahan atau pemurnian vitamin C terlebih dahulu. Metode analisis dalam penetapan kadar asam askorbat dengan spektofotometri Uv-Vis merupakan metode yang baik digunakan, relative murah dan mudah yang dapat menghasilkan ketelitian dan ketepatan yang tinggi. Penentuan kadar vitamin C menggunakan spektofotometri sangat sensitive dengan deviasi relative sebesar 0,81 %.

            Selain menggunakan metode spektofotometri dapat juga menggunakan Titrasi Asam Basa merupakan contoh analisis volumetri, yaitu, suatu cara atau metode , yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Bila larutan yang diuji bersifat basa maka titran harus bersifat asam dan sebaliknya. Untuk menghitungnya kadar vitamin C dari metode ini adalah dengan mol NaOH = mol asam Askorbat (Sastrohamidjojo, 2005).Langkah awal yang dilakukan adalah dengan memasukkan sampel ke dalam tabung erlenmeyer sebanyak 100 mL. Selepas itu, ambil 5mL larutan vitamin C sebagai titran. Kemudian, teteskan indicator sebanyak 0.15mL. Akhirnya, NaOH sehingga tampak perubahan warna. Amati perubahan warna dan catatkan volume NaOH. Uji positif timbul warna kuning ( Pauling, 1970 )

           Selanjutnya metode Metode Titrasi Iodium Titrasi lain yang dapat dilakukan adalah titrasi Iodium. Metode ini juga paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai Iodium sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya. (Wijanarko, 2002). Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia (Bassett, 1994). Prosedur penetapan kadar vitamin C secara iodimetri: Sekitar 400mg asam askorbat yang ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas 100mL air bebas oksigen dan 25mL asam sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium 0.1N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru. Larutanstandar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat tidak stabil untuk waktu yang lama (Day & Underwood, 1981) Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day & Underwood, 1981).

            Metode iodometrik menggunakan dua jenis indikator, yaitu kanji dan Iodin yang dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intensitas untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin--kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodine. Dalam beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksida yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksida yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titrannya.Titrasi Iodium juga adalah salah satu metode analisis yang dapat digunakan dalam menghitung kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh Iodium, sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera terdeteksi oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda. Kadar vitamin C dapat diketahui dengan perhitungan 1ml 0,01 N larutan Iodium = 0,88 mg asam askorbat. Kekurangan dari metode ini yaitu ketidak akuratan nilai yang diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi oleh zat lain (Wijanarko, 2002).

            Terdapat juga metode DPPH untuk mengidentifikasi vitamin C. Metode DPPH merupakan metode in vitro yang memberikan informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. DPPH memberikan serapan kuat pada panjang gelombang 517nm dengan warna violet gelap. Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil (Sunarni, dkk.,2007). Metode ini sering dipilih sebagai metode pengujian aktivitas antioksidan karena sederhana, mudah, cepat, peka dan memerlukan sedikit sampel. Metode ini hanya membutuhkan senyawa DPPH yang bersifat stabil dan senyawa pembandingan seperti vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Selain itu, metode ini tidak memerlukan substrat karena radikal bebas sudah tersedia secara langsung untuk menggati substrat (Packer, 2002). Hasil dapat diamati dengan perubahan larutan dari ungu menjadi kuning. Perubahan warna menunjukkan bahwa DPPH telah tereduksi oleh proses donasi hydrogen atau electron dari senyawa antioksidan sehingga warnanya berubah dari violet ke kuning dan DPPH tidak memberikan serapan pada panjang gelombang 517 nm ( Yamaguchi, 1998).

            Metode kualitatif, Prosedurnya yaitu Alat yang digunakan dalam pengujian vitamin C ini adalah: Tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, gelas ukur, pipet tetes, kaki tiga, kasa, bunsen, gelas air mineral, thermometer sedangkan bahan yang digunakan dalam pengujian vitamin C ini adalah: air, Tablet Vitamin C 50mg, sari buah jeruk nipis, sari buah mentimun, sari buah wortel, sari buah bengkuang, sari buah tomat, betadine dan spiritus . Sebelum dilakukan uji vitamin C, bahan yang akan di uji dihaluskan terlebih dahulu dengan cara di parut lalu disaring untuk mendapatkan sarinya. Setelah itu disiapkan tabung reaksi yang diisi dengan larutan betadine sebanyak 1 ml. Dibuat juga larutan vitamin C 0,1g dengan cara melarutkan 20 butir tablet vitamin C 50mg ke dalam 10 ml air. Larutan tersebut digunakan sebagai kontrol pada pengujian ini. Setelah semua larutan disiapkan, diteteskan air dari bahan yang diuji pada masing-masing tabung reaksi yang berisi 1ml larutan betadine. Dihitung berapa tetesan larutan untuk menjernihkan larutan betadine. Pengujian yang kedua dilakukan dengan memanaskan larutan uji terlebih dahulu pada air 100oC selama 10 menit. Setelah dipanaskan, dilakukan pengujian kembali dengan cara yang sama dengan pengujian sebelumnya. Untuk metode kualitatif ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya yaitu pengerjaannya sederhana, mudah dilakukan tetapi kurang sensitif.

DAFTAR PUSTAKA

Arel, Afdhil, Martinus , B. A., dan Ningrum, S. A. 2017. Penetapan Kadar Vitamin C Pada Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis (F.A.C. Weber) Britton & Rose) dengan Metode Spektofotometri UV-Visibel. Jurnal Scientia Vol 7. No. 1 hal 3

Carr A. C., and Frei B.1999. Toward a New Recommemded Dietary Allowance for Vitamin C Based on Antioxidant and Healt Effect in Humans Am. J. Clim. Nutr. 69. 1086-1107

Citraningtyas, G., & Karinda, M. (2013). Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis Dan Iodometri. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi -- UNSRAT, 2(01), 2302--2493.

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Karinda, M. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol dengan Menggunakan Metode Spektofotometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal Ilmiah Farmasi 2(1)

Packer, L, Traber, MG, Kraemer, K, Frei, B. 2002. The antioxidant vitamins C and E: vitamins C and E for health. J Am Oil Chem Soc.

Pauling,L. 1970. General Chemistry Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru Sastrohamidjojo., Hardjono. 2005.v Kimia Dasar. Yogyakarta : UNY Press

Putri, M. P., & Setiawati, Y. H. 2015. Analisis Kadar Vitamin C Pada Buah Nanas Segar (Ananas comosus (L.) Merr) dan Buah Nanas Kaleng dengan Metode Spektofotometri UV-VIS. Vol. 2 No 1 hal. 37

Sunarni, T., Pramono, S., Asmah, R. 2007. Flavonoid Antioksidan Penangkap Radikal dari Daun Kepel ( Stelechocarpus burahol (BI.) Hook f. & Th.), M.F.I., 18 (3) : 111 -- 116

Tayebrezvani, H, P. Moradi, dan F. Soltani. 2013. The Effect of Nitrogen Fixation and Phosphorus Solvent Bacteria on Growth Physiology and Vitamin C Content of Capsicum annum L. Iranian Journal of Plant Physiology 3(2)

Taylor, A. 1993. Relationships Between Nutrition and Oxidation. J. Am. Coll. Nutr. 12, 138-146

Wijanarko., Simon Bambang. 2002. Analisis Hasil Pertanian. Malang : Universitas Brawijaya

Yamaguchi, T., Takamura, H., Matoba, T., Terao, J., 1998. HPLC Method for Evaluation of the Free Radical-scavenging Activity of Food by Using 1,1 Diphenyl-2-picrylhydrazyl. Biosci. Biotechnol. Biochem., 62 (6), 1201- 1204.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun