Mohon tunggu...
wanda melani
wanda melani Mohon Tunggu... -

Ilmu Politik UI 2014

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peduli Lingkungan: Haruskah Kita Berhenti Mengkonsumsi Kelapa Sawit?

24 Oktober 2015   15:27 Diperbarui: 30 Oktober 2015   06:16 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Aliansi #MelawanAsap"][/caption]

Apa yang kalian pikirkan ketika mendengar kelapa sawit?. Saya sendiri mungkin hanya terlintas kelapa sawit sebagai bahan minyak goreng. Dan ternyata lebih dari itu teman-teman, mulai dari bahan makanan ,keperluan mandi, obat-obatan,biodiesel,pelumas, komestik, bahkan industri ringan dan berat juga menggunakan kelapa sawit. Berarti banyak sekali bukan konsumsi kelapa sawit kita?. Sebenarnya apa yang membuat kelapa sawit ini bisa begitu banyak digunakan? Jadi kelapa sawit sendiri dapat mengeluarkan minyak, dan minyak tersebut berasal dari dua macam, pertama dari daging buah yang dikeluarkan melalui perebusan dan pemerasan dan dikenal sebagai minyak kasar atau crude oil. Yang kedua berasal dari inti sawit atau palm kernel oil (PKO). Pabrik pengolahannya dinamakan refineri dan akstraksi, dari sini akan dikeluarkan kembali beberapa jenis minyak yang siap pakai atau masih perlu diolah.

Karna kelapa sawit banyak dibutuhkan, tentunya kelapa sawit dinilai menjadi lahan bisnis yang menguntungkan, dan akibatnya semakin banyak pula perusahaan yang berdiri untuk memanfaatkan hasil kelapa sawit. Termasuk Indonesia, produsen kelapa sawit terbesar mengalahkan Malaysia.seperti yang dilansir pada situs narrada-sigma.com, produksi kelapa sawit Indonesia pada tahun 2006 sebanyak 20,9 juta ton dan jumlah tersebut terus meningkat dengan persentase peningkatan rata-rata sebesar 11,09% per tahun. . Lalu, sebanyak apa lahan kelapa sawit yang dimiliki Indonesia? .Data terakhir pada tahun 2014 luas lahan kelapa sawit di Indonesia sebesar 18.956.231 juta hektar dan tak menutup kemungkinan jumlah tersebut terus bertambah. Dan hal tersebut pula yang membuat perusahaan berlomba-lomba membuka lahan ,tapi ternyata cara pembukaan lahanya merusak alam. Seperti yang kini terjadi , kabut asap merupakan salah satu dampak dari pembukaan lahan kelapa sawit dengan pembakaran. Dampak lain dari pembukaan lahan bukan hanya kabut asap, dapat terjadi pula banjir, longsor, hilangnya ekosistem seperti hewan dan tumbuhan di dalamnya yang mungkin ekosistem langka, dan masyarakat adat pada daerah tersebut.

Kalau dampak dari pembukaan lahan untuk kelapa sawit besar, kita sebagai konsumen kelapa sawit merasa memiliki andil pada dampak tersebut atau tidak yah?

Haruskah kita berhenti mengkonsumsi kelapa sawit?

Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah dengan #BeliYangBaik. Bukan berarti kita berhenti mengkonsumsi kelapa sawit , melainkan kita membeli barang atau bahan dari kelapa sawit yang sudah memiliki sertifikasi dari RSPO yaitu sertifikasi bahwa perusahaan tersebut menggunakan minyak sawit lestari yang tidak merusak lingkungan. Dengan #BeliYangBaik kita juga dapat menjadi agen untuk bersama-sama menggerakan perusahaan atau memberi tahu kepada perusahaan, bahwa kini konsumen bukan hanya melihat sesuatu barang bedasarkan harga barang saja tapi dampak dari produksi tersebut apakah merusak lingungan atau tidak. Karena nyatanya kini, masyarakat Indonesia mulai beranjak menyadari bahwa banyak sekali dampak dari produksi kelapa sawit yang illegal dan yang paling miris adalah bencana kabut asap yang kini masih terjadi, bahkan sudah 18 tahun, namun belum ada solusi permanen dari bencana tersebut.

Pada dasarnya bukan pembukaan lahan kelapa sawit saja yang menyebabkan segala dampak lingkungan terjadi. Mulai dari penangkapan ikan illegal,penebangan hutan, penggunaan listrik yang boros, semua hal tersebut dampak member dampak negative bagi bumi kita di masa mendatang. Oleh karena itu, mengapa kita harus #BeliYangBaik karena, eksploitasi laut secara berlebihan harus dihentikan, agar kita punya cadangan air yang lebih, pemanasan global bisa melambat,agar generasi selanjutnya tetap bisa menikmati hasil bumi yang alami, serta meningkatkan kesejaheraan nelayan dan petani.

Saya sendiri masih belajar untuk menuju menjadi konsumen yang baik, dan lebih peduli terhadap lingkungan kini. Pragmatisnya, kita tentu kini lihat bahwa hujan belum turun hingga bulan Oktober, kondisi siang hari yang semakin panas, pepohonan tidaklah hijau lagi, kekringan air. Apakah kita ingin merasakan hal tersebut hingga tahun mendatang dan seterusnya? Tentu tidak bukan? . oleh karena itu salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan untuk diri kita untuk lingkungan kita dalah dengan #BeliYangBaik. Seperti membeli barang-baranag yang sudah berlabel RSPO. Kini, saya sendiri belajar sebelum membeli barang di warung atau supermarket melihat kemasannya terlebih dahlu sudah disertifikasi RSPO atau belum.contohnya, kini saya lebih memilih minuum Teh Kotak dan sabun mandi berlabel RSPO untuk keperluan sehari-hari. Memang belum sepenuhnya saya lakukan untuk seluruh keperluan sehari-hari saya, tapi untuk menuju langkah besar , saya akan memulai nya dari langkah terkecilvdan dilakukan secara perlahan dan konsisten!.

Jadi , masih mikir dua kali untuk #BeliYangBaik?

 

www.beliyangbaik.com

www.rspo.org

 

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun