Mohon tunggu...
Wanda Levia
Wanda Levia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Informatika

UIN Maulana Malik Ibrahim

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Struktur Hak Keputusan dalam Tata Kelola TI Perusahaan: Dominasi Oligarki atau Demokrasi Digital?

15 April 2024   06:21 Diperbarui: 15 April 2024   06:30 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Ronald Carreo from Pixabay 

Di dunia yang semakin terkoneksi secara digital, tata kelola teknologi informasi (TI) dalam perusahaan menjadi semakin penting. Salah satu aspek krusial dari tata kelola TI adalah struktur hak keputusan. Namun, seperti halnya dalam politik tradisional, pertanyaan muncul: apakah struktur pengambilan keputusan dalam tata kelola TI lebih condong pada dominasi oligarki ataukah demokrasi digital?

Dalam artikel ini, kita akan mencari tahu apakah struktur ini lebih memihak pada segelintir elit (oligarki) yang mengendalikan semua keputusan ataukah lebih merangkul partisipasi demokratis digital yang melibatkan banyak pemangku kepentingan.

Menjelajahi Struktur Hak Keputusan

Sebelum kita membahas apakah struktur pengambilan keputusan dalam tata kelola TI perusahaan lebih condong ke arah oligarki atau demokrasi digital, mari kita terlebih dahulu memahami apa yang dimaksud dengan struktur hak keputusan ini. 

Secara sederhana, struktur ini mencakup bagaimana keputusan-keputusan penting terkait dengan TI diambil dalam sebuah organisasi. Hal ini mencakup siapa yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan, bagaimana keputusan tersebut dibuat, dan bagaimana keputusan tersebut memengaruhi berbagai aspek operasional perusahaan.

Dominasi Oligarki: Kekuasaan Terpusat dalam Tangan Sedikit

Pertama-tama, mari kita tinjau sisi gelap dari struktur pengambilan keputusan dalam tata kelola TI perusahaan, yaitu dominasi oligarki. Dalam skenario ini, kekuasaan terpusat dalam tangan sedikit individu atau kelompok dalam perusahaan. Biasanya, ini terdiri dari para eksekutif senior atau pemilik perusahaan yang memiliki kendali penuh atas keputusan strategis terkait dengan TI. 

Oligarki seringkali mengarah pada ketidaksetaraan dan ketidakadilan, di mana keputusan dibuat tanpa memperhatikan pendapat atau kebutuhan dari berbagai pihak yang terlibat.

Hal ini bisa terjadi karena faktor-faktor seperti hierarki organisasi yang kuat, budaya perusahaan yang tertutup, atau bahkan dominasi satu individu atau kelompok kecil.

Demokrasi Digital: Kolaborasi dan Keterlibatan Semua Pihak

Di sisi lain, terdapat model struktur pengambilan keputusan yang lebih inklusif, yaitu demokrasi digital. Dalam model ini, keputusan terkait dengan TI diambil melalui kolaborasi dan keterlibatan semua pihak yang terlibat, mulai dari eksekutif hingga karyawan tingkat bawah.

Pendekatan ini menekankan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas, sehingga memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan kebutuhan dan aspirasi seluruh organisasi.

Tantangan dan Kontroversi

Tentu saja, baik dominasi oligarki maupun demokrasi digital memiliki tantangan dan kontroversi masing-masing.
Dalam dominasi oligarki, risiko terbesar adalah kurangnya representasi dan kemungkinan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh segelintir individu.

Sebaliknya, demokrasi digital mungkin menghadapi tantangan dalam hal efektivitas pengambilan keputusan dan koordinasi antar berbagai pihak yang terlibat.

Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa tidak ada satu model struktur pengambilan keputusan yang sempurna dan bahwa setiap organisasi perlu menyesuaikan modelnya dengan kebutuhan dan konteksnya sendiri.

Menggagas Solusi Terbaik

Meskipun tantangan dan kontroversi ada, bukan berarti kita tidak bisa mencari solusi yang terbaik. Dalam upaya menciptakan struktur pengambilan keputusan yang ideal, penting untuk mengadopsi pendekatan yang seimbang, menggabungkan elemen-elemen dari kedua model yang telah kita bahas sebelumnya.

Ini dapat dilakukan dengan membangun sistem yang mendorong partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat sambil tetap mempertahankan kejelasan dalam hierarki pengambilan keputusan.

Dalam mengakhiri pembahasan ini, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu model tata kelola TI yang cocok untuk semua perusahaan. Setiap organisasi memiliki kebutuhan, budaya, dan tantangan unik yang harus dipertimbangkan dalam menentukan struktur pengambilan keputusan yang paling sesuai.

Namun demikian, dengan pertimbangan akan pentingnya transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam mengelola teknologi informasi, semakin banyak perusahaan yang menuju ke arah demokrasi digital.

Meskipun demikian, perlu juga diakui bahwa peralihan menuju struktur yang lebih inklusif dan demokratis tidaklah mudah dan mungkin memerlukan waktu dan upaya yang signifikan.

Oleh karena itu, langkah-langkah menuju pengambilan keputusan yang lebih terbuka dan berbasis pada data harus dipertimbangkan dengan hati-hati, dengan memperhatikan kebutuhan dan konteks masing-masing organisasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun