Mohon tunggu...
Wanda Evelyn Lomanjaya
Wanda Evelyn Lomanjaya Mohon Tunggu... Desainer - Interior Design'17 Petra Christian University

Blessed

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gerakan Seribu Tangan, Menyulap Sebuah Desa

11 Oktober 2019   12:48 Diperbarui: 11 Oktober 2019   19:30 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rektor Universitas Kristen Petra mengunjungi desa nawangan untuk melihat perubahan desa yang terjadi oleh peserta COP 2019 (Dokpri)

Oleh : Wanda Evelyn Lomanjaya (Program Studi Desain Interior 2017 Universitas Kristen Petra Surabaya)

(18/7/19) Universitas Kristen Petra Surabaya setiap tahunnya mengadakan kegiatan internasional berupa kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan yang bertemakan Keep Blessing The Nations selanjutnya disebut Community Outreach Program (COP). Kegiatan COP bekerjasama dengan 7 negara (Indonesia, China, Taiwan, Jepang, Korea, Hongkong dan Belanda) yang diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang dilakukan di Mojokerto, Jawa Timur hingga berakhir pada 8 Agustus 2019.

Kegiatan COP tersebut terbagi ke beberapa desa di Mojokerto dengan salah satunya yaitu Desa Nawangan. Lelah dan capek tidak menghambat kegiatan seribu tangan dalam projek besar di desa tersebut. Projek tersebut terbagi dalam kegiatan fisik dan non fisik. Dimana fisik berarti membangun projek nyata sehingga memungkinkan untuk membutuhkan tenaga tukang. Sedangkan kegiatan non fisik yaitu kegiatan tanpa ada projek nyata.

Projek fisik yang pertama berupa pembangunan warung kopi dengan request dari desa tersebut. Tujuan pembangunan warung kopi yaitu mempermudah warga desa mencari penghasilan dalam warung kopi tersebut. Tidak hanya membangun tampak luarnya saja. Kami juga harus menyelesaikan perabot bagian dalam warung tersebut. Seluruh peserta baik laki -- laki maupun perempuan bekerja sama dalam membuat perabot itu, mulai dari menggambar rencana perabot, membeli kayu, mengukur ukuran kayu, menggergaji kayu, hingga merangkai kayu menjadi meja penjual dan meja pembeli.

Projek kedua berupa pembangunan toilet dari permintaan warga. Dikarenakan toilet di desa tersebut sangatlah kurang dan beberapa harus di perbaiki sehingga akan lebih layak pakai. Pembangun toilet tersebut membutuhkan tenaga tukang yang ahli dibidangnya. Kami sebagai peserta tentunya diajari cara mengukur lokasi, merangkai tumpukan batu bata menjadi sedemikian rupa, menyemen lantai hingga dinding serta menggali septic tank dengan kedalaman 3 meter. Dengan kedalaman tersebut, kami berharap agar toilet tersebut bisa awet hingga lebih dari 10 tahun.

Projek ketiga yaitu meletakkan banner dengan tulisan "Welcome in Nawangan Village" di atas tepat pintu gerbang masuk Desa Nawangan. Dengan adanya banner tersebut, masyarakat dapat berkunjung untuk melihat keadaan Desa Nawangan yang telah disulap keadaannya menjadi Desa wisata yang menakjubkan oleh peserta COP 2019. Projek keempat yaitu kegiatan mural untuk dinding toilet baru dan renovasi. Tidak hanya toilet yang dicat, melainkan ada beberapa rumah warga juga turut dengan senang hati ikut disulap dengan digambar dan di cat oleh kami.

Selain projek fisik, tentunya projek non fisik pun tidak kalah menarik. Projek yang pertama adalah kegiatan ajar mengajar untuk anak -- anak SD yang ada di Desa Nawangan. Pengajaran ini meliputi Bahasa Inggris dan Bahasa Korea (yang dilakukan oleh peserta Korea sendiri). Pengajaran ini sangatlah membuat para anak kecil sangat bersuka cita. Diiringi oleh canda tawa, bemain santai, hingga membuat suatu projek kegiatan tangan yang sangat berguna untuk mengasah keterampilan soft skill dari setiap anak -- anak. Kedua kelas bahasa tersebut diadakan 2x dalam seminggu masing -- masingnya.

Tidak hanya bahasa, keterampilan dalam kerajinan tangan juga sangat dubutuhkan oleh anak remaja dan khususnya ibu -- ibu untuk dapat bekerja menghasilkan suatu uang demi memenuhi kebutuhan keluarga. Kami mengadakan kelas pembuatan boneka, gantungan kunci, dompet, case HP, dan lain -- lain yang berbahan dasar kain flanel. Kami juga belajar bersama -- sama dalam menjahit. Kami sangat berharap kegiatan ini sangat berguna untuk masyarakat semua.

Di dalam sebuah Desa tidak sedikit terpampar di benak mengenai anak -- anak kecil yang suka bermain di luar rumah dan kemudian langsung makan tanpa cuci tangan. Kurangnya perhatian akan kesehatan tubuh, membuat kami rindu untuk mengadakan seminar penyuluhan cuci tangan bagi anak -- anak kecil tersebut. Kegiatan ini pun dikemeas dengan sangat menarik. Mereka di bagian sebuah sabun cuci cair dimana di dalam sabu tersebut telah ada mainan berupa dinosaurus mini. Dinosaurus tersebut akan bisa diambil jika sabun cair tersebut telah habis. Hal ini bertujuan agar anak kecil tidak malas untuk cuci tangan dan selalu menjaga kesehatan. Karena kesehatan adalah segala -- galanya yang penting dari yang paling penting. Di Dalam Desa tersebut, ternyata banyak sekali masyarakat yang kurang bisa menggunakan media sosial.

Bagi mereka, media sosial tidak lah penting karena keseharian mereka jarang yang berhubungan dengan media sosial. Dari sinilah timbul kegiatan baru berupa seminar media sosial yang terbuka bagi seluruh warga. Warga desa akan diajarkan cara membuat e-mail, upload video di youtube, membuat instagram, facebook, dan warga bebas bertanya apapun mengenai media sosial baik dampak negatif maupun dampak positif. Hal ini bertujuan agar masyarakat Desa Nawangan pun tidak ketinggalan berita up to date dan dapat membuat bisnis online mungkin dengan berjualan makanan khas Desa Nawangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun