Dari banyaknya jumlah kasus Tuberculosis (TBC) di dunia, Indonesia menempati urutan ketiga. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 500 ribu dari 824 ribu pasien TBC di Indonesia berpotensi menularkan penyakit tersebut karena baru 49% yang sudah teridentifikasi dan diobati.
Pemerintah Indonesia menempatkan prioritas tinggi pada masalah kesehatan, khususnya TBC. Selain itu, penyakit menular, fasilitas kesehatan, dan sumber daya manusia merupakan beberapa hal yang menjadi perhatian Indonesia terkait masalah kesehatan global. Alhasil, Indonesia bekerja sama dengan berbagai aktor, termasuk Global Fund, untuk melakukan berbagai inisiatif diplomasi kesehatan.
Global Fund merupakan kemitraan multilateral yang beroperasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berperan dalam mengelola dan mengawasi pendanaan global untuk memerangi penyakit menular. Global Fund juga turut berkontribusi dalam upaya Indonesia untuk mencegah dan mengendalikan penyakit, serta meningkatkan sistem kesehatan nasional.
Untuk mempromosikan masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih adil untuk semua, Global Fund mendanai dan mendukung upaya internasional untuk memerangi HIV, TBC, dan Malaria. Hal ini diwujudkan Global Fund dalam mengumpulkan dan menginvestasikan 4 miliar USD setiap tahun untuk memerangi penyakit menular paling mematikan, mengatasi ketidakadilan terkait kesehatan, dan meningkatkan sistem kesehatan di lebih dari 100 negara terdampak.
Pendanaan oleh Global Fund diimplementasikan secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang dengan menggalang dana dalam siklus tiga tahun. Setelah itu, Global Fund melakukan peninjauan ketat terkait permintaan pendanaan. Setelah permohonan disetujui, Penerima Utama dan Tim Negara Global Fund bekerja sama untuk membuat hibah yang selanjutnya dapat diajukan oleh negara tersebut.
Untuk memastikan pendanaan mencapai tujuan yang dimaksudkan, Global Fund bekerja sama dengan negara pelaksana dalam mengawasi dan mengevaluasi operasi melalui berbagai struktur dan mekanisme tinjauan. Hasil penilaian dan evaluasi ini nantinya juga akan dilaporkan kembali kepada para donator.
Global Fund juga bekerja sama dengan berbagai aktor dan organisasi di tingkat lokal, nasional, dan internasional, termasuk komunitas, masyarakat sipil, profesional kesehatan, dan sektor komersial untuk menentukan program atau kebijakan mana yang efektif dan dapat diadopsi oleh negara lain.
Program-program yang dikelola di Indonesia oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah dengan dukungan dari Global Fund mencakup berbagai skema dan terbagi menjadi berbagai sub program yang mencakup hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam menjalankan programnya, Global Fund melalukan assessment terkait dengan kebutuhan Indonesia.
Di Indonesia, Global Fund bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok kemanusiaan seperti Aisyiyah, Konsersium Penabulu dan STPI (Stop Tuberculosis Partnership Indonesia).
Dari tahun 2003 hingga 2008, yang disebut putaran pertama hingga kelima, Penerima Hibah Utama atau Principal Recipient (PR), yaitu Kementerian Kesehatan menunjuk Aisyiyah sebagai penerima dana sekunder atau Sub Recipient (SR).
Pada putaran kelima, Pimpinan Wilayah (PW) Aisyiyah juga menjadi pelaksana dari Implementing Unit Programme yang memuat anjuran pencegahan TBC dari tokoh agama. Tokoh agama ini merupakan perwakilan dari internal perserikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah dari seluruh Indonesia yang menjadi bagian dari pimpinan daerahnya.