Mohon tunggu...
Wanda Azzahra P. G
Wanda Azzahra P. G Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

hallo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Kesehatan Indonesia dalam Menangani Penyakit Tuberculosis (TBC) Melalui Global Fund

12 Juni 2023   22:24 Diperbarui: 12 Juni 2023   23:17 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari banyaknya jumlah kasus Tuberculosis (TBC) di dunia, Indonesia menempati urutan ketiga. Menurut data dari Kementerian Kesehatan, sekitar 500 ribu dari 824 ribu pasien TBC di Indonesia berpotensi menularkan penyakit tersebut karena baru 49% yang sudah teridentifikasi dan diobati.

Pemerintah Indonesia menempatkan prioritas tinggi pada masalah kesehatan, khususnya TBC. Selain itu, penyakit menular, fasilitas kesehatan, dan sumber daya manusia merupakan beberapa hal yang menjadi perhatian Indonesia terkait masalah kesehatan global. Alhasil, Indonesia bekerja sama dengan berbagai aktor, termasuk Global Fund, untuk melakukan berbagai inisiatif diplomasi kesehatan.

Global Fund merupakan kemitraan multilateral yang beroperasi di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berperan dalam mengelola dan mengawasi pendanaan global untuk memerangi penyakit menular. Global Fund juga turut berkontribusi dalam upaya Indonesia untuk mencegah dan mengendalikan penyakit, serta meningkatkan sistem kesehatan nasional.

Untuk mempromosikan masa depan yang lebih sehat, lebih aman, dan lebih adil untuk semua, Global Fund mendanai dan mendukung upaya internasional untuk memerangi HIV, TBC, dan Malaria. Hal ini diwujudkan Global Fund dalam mengumpulkan dan menginvestasikan 4 miliar USD setiap tahun untuk memerangi penyakit menular paling mematikan, mengatasi ketidakadilan terkait kesehatan, dan meningkatkan sistem kesehatan di lebih dari 100 negara terdampak.

Pendanaan oleh Global Fund diimplementasikan secara bertahap dalam jangka waktu yang panjang dengan menggalang dana dalam siklus tiga tahun. Setelah itu, Global Fund melakukan peninjauan ketat terkait permintaan pendanaan. Setelah permohonan disetujui, Penerima Utama dan Tim Negara Global Fund bekerja sama untuk membuat hibah yang selanjutnya dapat diajukan oleh negara tersebut.

Untuk memastikan pendanaan mencapai tujuan yang dimaksudkan, Global Fund bekerja sama dengan negara pelaksana dalam mengawasi dan mengevaluasi operasi melalui berbagai struktur dan mekanisme tinjauan. Hasil penilaian dan evaluasi ini nantinya juga akan dilaporkan kembali kepada para donator.

Global Fund juga bekerja sama dengan berbagai aktor dan organisasi di tingkat lokal, nasional, dan internasional, termasuk komunitas, masyarakat sipil, profesional kesehatan, dan sektor komersial untuk menentukan program atau kebijakan mana yang efektif dan dapat diadopsi oleh negara lain.

Program-program yang dikelola di Indonesia oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah dengan dukungan dari Global Fund mencakup berbagai skema dan terbagi menjadi berbagai sub program yang mencakup hampir ke seluruh wilayah Indonesia. Dalam menjalankan programnya, Global Fund melalukan assessment terkait dengan kebutuhan Indonesia.

Di Indonesia, Global Fund bekerja sama dengan lembaga pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok kemanusiaan seperti Aisyiyah, Konsersium Penabulu dan STPI (Stop Tuberculosis Partnership Indonesia).

Dari tahun 2003 hingga 2008, yang disebut putaran pertama hingga kelima, Penerima Hibah Utama atau Principal Recipient (PR), yaitu Kementerian Kesehatan menunjuk Aisyiyah sebagai penerima dana sekunder atau Sub Recipient (SR).

Pada putaran kelima, Pimpinan Wilayah (PW) Aisyiyah juga menjadi pelaksana dari Implementing Unit Programme yang memuat anjuran pencegahan TBC dari tokoh agama. Tokoh agama ini merupakan perwakilan dari internal perserikatan Muhammadiyah dan Aisyiyah dari seluruh Indonesia yang menjadi bagian dari pimpinan daerahnya.

Kemudian, dana dari Global Fund dikelola oleh Community TBC-HIV Care Aisyiyah antara tahun 2009 hingga 2013. Kali ini, Aisyiyah terpilih sebagai PR dan mitra Global Fund. Terdapat 23 SR yang  terkoordinir di bawah Aisyiyah di seluruh Indonesia.

Aisyiyah kembali diberi tanggung jawab untuk menerima hibah Global Fund dari tahun 2014 hingga 2016 dan menjadi PR dalam Single Stream Funding (SSF). Kali ini, Aisyiyah beroperasi bersama PKPU, TBC Care Yarsi, dan KMP Sidobinangun di 12 provinsi dan 48 kabupaten. Kementerian Kesehatan juga menjadi PR pada periode ini dan diberi wewenang untuk mengelola lebih dari 56,5 juta USD.

Global Fund melanjutkan programnya di bawah New Funding Mechanism (NFM) dari 2016 hingga 2018. Aisyiyah menunjuk 25 provinsi sebagai SR selama periode ini yang terbagi dalam 160 kota dan/atau kabupaten. Akibatnya, lingkup kerja Aisyiyah meluas agar dapat mencakup dan membantu orang dengan HIV TBC.

Bersamaan dengan hal itu, Global Fund menciptakan mekanisme baru yang disebut Health Strengthening System (HSS), yang berfokus pada peningkatan kapasitas kesehatan daerah melalui skema Country Coordinating Mechanism (CCM) Indonesia.

Menurut WHO, penguatan kapasitas kesehatan meliputi pemberian layanan, tenaga kesehatan, informasi, produk medis, vaksin, dan teknologi, pembiayaan, serta kepemimpinan dan data kelola.

Program Global Fund kemudian berlanjut dengan New Implementation Project (NIP) dari 2018 hingga 2020. Tujuan pendanaan pada periode ini adalah mengintensifkan program dan mengefisienkan dana bagi penanggulangan TBC melalui penemuan kasus secara efektif.

Isu kesehatan membutuhkan peran besar aktor internasional seperti Global Fund di tingkat global dan beberapa lembaga seperti Aisyiyah di tingkat nasional serta lembaga di tingkat lokal sejak 2003 dalam mencegah dan menanggulangi penyakit menular seperti TBC yang juga dialami oleh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

Kemudian, Konsersium Penabulu dan STPI mengambil alih peran Aisyiyah sebagai Principal Recipient (PR) Global Fund dari tahun 2020 hingga 2023 atas permintaan Expression of Interest (EOI) yang bertujuan untuk mendorong organisasi masyarakat sipil, TBC, dan komunitas TBC/HIV agar mampu dan berdaya untuk berkontribusi secara berkesinambungan dalam upaya pencegahan dan pengendalian TBC di Indonesia.

Kesimpulannya, upaya mencegah dan mengobati penyakit menular seperti Tuberculosis yang dialami oleh banyak negara di dunia termasuk Indonesia sudah dimulai sejak tahun 2003, sehingga diperlukan aktor internasional seperti Global Fund di tingkat global dan sejumlah lembaga seperti Aisyiyah di tingkat nasional serta lembaga di tingkat daerah yang telah memainkan peran penting.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun