Mohon tunggu...
Wanda Azzahra P. G
Wanda Azzahra P. G Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional UPN Veteran Yogyakarta

hallo!

Selanjutnya

Tutup

Politik

BioFarma sebagai Wujud Diplomasi Kesehatan RI di Kawasan Asia Afrika

3 April 2023   09:10 Diperbarui: 3 April 2023   09:17 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa dekade terakhir, diplomasi kesehatan menjadi hal yang penting karena banyak isu kesehatan global yang terjadi, dan puncaknya pada tahun 2019 lalu muncul wabah Covid-19 di seluruh dunia. Isu kesehatan global merupakan isu baru dan inovatif, sehingga diperlukan kerja sama melalui forum multilateral untuk menekan penyebaran penyakit virus, menyediakan alat kesehatan, dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dunia.

Salah satu tindakan pencegahan virus adalah melakukan vaksinasi. Produsen vaksin barat yang didominasi oleh Eropa dan Amerika tidak semuanya memiliki sertifikat halal untuk produknya. Sehingga, negara-negara di kawasan Asia Afrika yang mayoritas beragama Islam memiliki isu mengenai kehalalan vaksin.

Dalam menanggapi isu tersebut, negara anggota OKI harus bersatu, bekerjasama, dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama yaitu memproduksi vaksin sendiri dan bebas dari ketergantungan vaksin produksi barat. Indonesia menjadi negara terdepan di antara negara anggota OKI lain yang telah menerima status Pre-Qualification dari WHO, yaitu pemenuhan standar mutu, keamanan, dan penggunaan secara internasional untuk produksi vaksin.

Untuk mencapai tujuan tersebut, OKI menginisiasi terbentuknya Center of Excellence sebagai wadah kerja sama negara-negara anggota OKI di Kawasan Asia Afrika. Dengan adanya Center of Excellence ini, negara anggota OKI diharapkan dapat melakukan penelitian secara mandiri dan menghasilkan teknologi pengembangan vaksin.

Pengendalian penyebaran virus dan penyakit adalah tanggung jawab global. Indonesia memiliki tanggung jawab untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam pengendalian virus dengan negara-negara Islam lainnya karena menghasilkan vaksin berkualitas internasional.

Indonesia memiliki BUMN produsen vaksin berkelas dunia yaitu PT. BioFarma Persero, dengan kapasitas produksi lebih dari 3.2 miliar dosis pertahun. BioFarma telah memenuhi kebutuhan vaksin nasional dan dua pertiga kebutuhan vaksin dunia melalui WHO, PAHO dan UNICEF. Berbagai pencapaian Bio Farma mengantarkan Pemerintah RI untuk mengajukan BioFarma sebagai pusat pengembangan dan penelitian di tingkat OKI yang dikenal dengan Center of Excellence on Vaccine and Biotechnology. 

Indonesia adalah rumah bagi PT. BioFarma Persero, produsen vaksin kelas dunia milik BUMN dengan kemampuan produksi tahunan lebih dari 3,2 miliar dosis. Melalui WHO, PAHO, dan UNICEF, Bio Farma telah menyediakan dua pertiga kebutuhan vaksin dunia dan memenuhi kebutuhan vaksin nasional. Karena pencapaian tersebut, pemerintah Indonesia mengusulkan BioFarma sebagai pusat pengembangan dan penelitian di tingkat OKI yang dikenal dengan Center of Excellence on Vaccine and Biotechnology.

Sebagai OIC CoE, Indonesia telah melakukan beberapa kegiatan besar. Pertama, peluncuran OIC-CoE sekaligus workshop yang menampilkan proses produksi, distribusi, serta manajemen cold chain yang disampaikan oleh PT. BioFarma dan dihadiri oleh perwakilan dari 14 negara Islam.

Kedua, menyelenggarakan The First Meeting of the Heads of National Medicine Regulatory Authorities (NMRAs). Pertemuan ini dihadiri oleh kepala otoritas regulatori obat-obatan (BPOM) di negara-negara anggota OKI yang menghasilkan Jakarta Declaration dan OIC Action Plan berupa penegasan kembali komitmen dan dukungan para kepala otoritas regulasi pengawas obat di negara-negara OKI terkait aksesibilitas obat dan vaksin yang bermutu tinggi, aman, dan efektif serta dapat diproduksi secara mandiri.

Selanjutnya, selain memperkuat BioFarma, pemerintah Indonesia juag memperkuat laboratorium lain yang dapat dijadikan partner dalam penelitian vaksin, seperti laboratorium Puspitek Serpong. Selain menumbuhkan laboratorium penelitian dan pengembangan vaksin di Indonesia, terdapat permintaan kerjasama dari negara lain yaitu dari COMSTECH (Organisation of Islamic Cooperation Standing Committee on Scientific and Technological Cooperation) dengan pokok bahasan yaitu stocktaking dan showcasing perkembangan IPTEK serta penyelenggaraan workshop untuk berbagi best practices guna memperlihatkan kemajuan IPTEK dunia Islam, mengundang investor yang berpotensi, dan membuka peluang bagi penerapan IPTEK secara kongkrit.

Penunjukan OIC CoE on V&B kepada pemerintah Indonesia dikerangkai oleh rencana kerja yang terbagi ke dalam tiga tahap yaitu jangka pendek-menengah-panjang. Mulai tahun 2018, Indonesia mengajukan pertukaran pengetahuan dan pelatihan produksi vaksin, cold chain management, dan penyediaan barang jadi berupa vaksin jadi.

Indonesia juga menawarkan kerja sama penelitian atau kerja sama bersama di OIC CoE untuk meneliti vaksin penyakit, seperti malaria dan demam berdarah untuk barang-barang yang belum diproduksi oleh BioFarma. Namun, untuk barang-barang yang masih diproduksi secara teratur, negara-negara anggota membeli bulk dari BioFarma dan kemudian BioFarma mentransfer teknologi ke perusahaan vaksin lain.

Diplomasi kesehatan Indonesia di wilayah Asia Afrika melalui BioFarma sangat berkaitan dengan Network Diplomacy dan karakteristik 21st Diplomacy karena terjadi di tingkat global sehingga melibatkan banyak aktor negara dengan latar belakang yang sama, yaitu negara-negara Islam, didukung oleh IGO, seperti WHO, dan BioFarma sebagai MNC. Dalam studi kasus ini banyak ditemukan agenda workshop dan pelatihan, sehingga diplomasi disampaikan secara lisan namun ada juga agenda pertemuan yang menghasilkan piagam atau perjanjian. Hal ini juga dapat dimaknai bahwa network diplomacy yang dilakukan BioFarma Indonesia dengan negara-negara anggota OKI bertujuan meningkatkan hubungan bilateral dan multilateral.

Penunjukan CoE BioFarma kepada pemerintah Indonesia memberikan keuntungan ganda bagi Indonesia yang telah menjadi produsen vaksin utama OKI, yaitu mendorong ekspor produk bersertifikasi WHO ke seluruh negara anggota OKI sekaligus berkontribusi memajukan kesehatan OKI. Hal ini memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mempromosikan produk-produk farmasi, mendorong kemandirian produk-produk farmasi dalam kerangka OKI dan kolaborasi antara negara-negara OKI, serta menggalang dukungan dari negara-negara OKI bagi pencapaian kepentingan pemerintah yang sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia dan Piagam OKI.

Sebagai OIC-CoE, Indonesia diharapkan dapat mendukung penelitian dan pengembangan vaksin, serta persediaan biologis yang lebih efisien untuk mengantisipasi wabah penyakit yang tidak dapat diprediksi, serta berkembang menjadi pusat kegiatan yang terkait dengan pengembangan produk vaksin dan bioteknologi.

Kekuatan Indonesia dalam hal vaksin sangat diperhitungkan di masa pandemi Covid-19 ini. Kementerian Luar Negeri berperan dalam proses pembentukan norma internasional, misalnya vaksin sebagai global public goods sehingga pasokan dan distribusi vaksin COVID-19 yang adil dapat terwujud. Hal ini juga merupakan tanggung jawab besar Indonesia bagi terwujudnya kesetaraan akses vaksin bagi semua negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun