Mohon tunggu...
Wanda Ardika
Wanda Ardika Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - UIN Walisongo Semarang/pelajar

senang belajar dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Motivasi dan Kemandirian dalam Pembelajaran Orang Dewasa

14 Juni 2023   20:28 Diperbarui: 14 Juni 2023   20:30 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                             Motivasi dan Kemandirian dalam Pembelajaran Orang Dewasa

Orang dewasa adalah individu yang telah mengalami banyak pengalaman, memiliki pengetahuan yang luas, keterampilan, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup secara mandiri. Mereka terus berupaya meningkatkan pengalaman hidup mereka untuk mencapai kedewasaan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Sebagai orang dewasa, mereka tidak lagi menjadi objek sosialisasi yang dipengaruhi dan dibentuk oleh orang lain, serta tidak harus selalu menyesuaikan diri dengan keinginan pihak berwenang di atas mereka. Sebaliknya, dalam konteks pendidikan, orang dewasa lebih memfokuskan diri pada pencapaian tujuan pribadi, memperkuat identitas dan jati diri mereka agar dapat menjadi diri sendiri. Oleh karena itu, keterlibatan orang dewasa dalam proses pembelajaran memiliki dampak positif dalam menciptakan perubahan kehidupan yang lebih baik. Pendidikan bagi orang dewasa tidak hanya sebatas penambahan pengetahuan, tetapi juga harus dilengkapi dengan keyakinan yang kuat pada diri sendiri agar tindakan yang diambil dapat dilaksanakan dengan baik.

Pendidikan orang dewasa memiliki fokus yang berbeda dibandingkan dengan pendidikan tradisional. Bagi orang dewasa, belajar tidak hanya tentang meraih nilai yang baik, melainkan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Melalui proses belajar, orang dewasa dapat memperoleh pengalaman yang lebih luas, sehingga pembelajaran mereka lebih terfokus pada peningkatan pengalaman hidup, bukan sekadar meraih gelar akademik. Pengalaman merupakan sumber yang sangat berharga dalam pembelajaran, dan hal ini membuat orang dewasa semakin kaya akan pengalaman dan termotivasi untuk terus meningkatkan kehidupan mereka. Pendekatan belajar orang dewasa bersifat subyektif dan unik, sehingga mereka berusaha semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran. Hal ini memungkinkan mereka untuk mencapai harapan-harapan mereka dalam belajar.

Kesuksesan seseorang dalam suatu pembelajarn tergantung pada metode belajarnya, baik itu dalam bentuk belajar kelompok maupun belajar sendiri. Untuk mencapai pembelajaran yang efektif, penting bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan belajar (learning to learn), yang berarti mereka tidak hanya menghafal fakta-fakta, tetapi juga mampu memahami makna di balik fakta-fakta tersebut (Nurhayati, 2011). Keterampilan mengelola diri dan kemampuan berpikir kritis juga diperlukan agar hasil belajar yang memuaskan dapat dicapai, dan salah satu faktor penting adalah kemandirian dalam belajar.

Kemandirian dalam belajar memiliki makna yang berbeda dengan belajar sendiri. Jika seseorang telah aktif dan kreatif dalam proses belajarnya, maka dapat diartikan bahwa mereka memiliki keterampilan dan kemampuan mandiri. Nurhayati (2011) juga menekankan bahwa individu tersebut telah menjadi terampil dalam belajar tanpa bergantung pada bantuan orang lain, memiliki inisiatif sendiri, dan tidak bergantung pada dosen, pembimbing, teman, atau orang lain, sehingga dapat dikategorikan sebagai proses belajar mandiri. Hal utama yang diperlukan adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar agar dapat mandiri, proaktif, kritis, dan kreatif.

Istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan kemandirian belajar adalah self-regulated learning, yang merupakan proses perencanaan dan pemantauan diri yang cermat terhadap aspek kognitif dan emosional dalam menyelesaikan tugas akademik (Bandura, dalam Hidayati & Listyani, 2010). Pentingnya self-regulated learning telah terbukti melalui meta-analisis yang dilakukan oleh Latifah (2010), yang menunjukkan adanya korelasi positif antara strategi self-regulated learning dan prestasi belajar.

Pentingnya mengembangkan kemandirian belajar adalah untuk memungkinkan mahasiswa mengatur waktu mereka antara belajar, beristirahat, dan meluangkan waktu untuk keluarga dan teman. Bagi mahasiswa yang memahami nilai penting dari proses belajar, hal ini akan memiliki dampak positif dalam kehidupan mereka di masa depan, dan keberhasilan mereka dalam menjalani pendidikan di perguruan tinggi ditentukan oleh hal tersebut. Kemandirian belajar membantu mahasiswa menjadi individu yang aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah, mencari referensi melalui buku dan jurnal penelitian, serta merangkum materi yang telah dipelajari. Dalam sistem pendidikan, kemandirian belajar diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang menekankan keterlibatan aktif siswa dalam pengembangan potensi mereka (Pratiwi & Laksmiwati, 2016).

Namun hal yang tak kalah penting adalah memperoleh pemahaman terhadap kondisi psikologis peserta didik, yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan mereka di tahun-tahun mendatang. Faktor ini dapat mempengaruhi tingkat stres atau kebahagiaan mereka dalam proses belajar, sejauh mana mereka mandiri atau bergantung pada bantuan orang lain dalam menyelesaikan tugas, serta tingkat nilai yang mereka peroleh, apakah tinggi atau rendah. Dalam mengartikan kemandirian belajar peserta didik, terdapat dua faktor utama yang perlu diperhatikan, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal mencakup lingkungan, keluarga, dan fasilitas perkuliahan, sementara faktor internal meliputi kepribadian, kondisi fisik, kognitif, dan motivasi.

Motivasi merupakan faktor penting dalam menentukan sejauh mana seorang peserta didik aktif dan kreatif dalam proses belajar. Hal ini telah menjadi fokus penelitian yang banyak dilakukan sebelumnya. Mengapa motivasi menjadi hal yang penting dan banyak diteliti? Jawabannya adalah karena motivasi adalah dorongan atau keinginan yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan atau aktivitas tertentu. Pernyataan ini ditegaskan oleh Riyono (2012), yang mengungkapkan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu, menentukan seberapa kuat dorongan tersebut, dan mengarahkan tujuan dari perilaku tersebut. Keberhasilan seseorang dalam proses belajar dapat dilihat dari prestasi belajar mereka, dan prestasi belajar yang baik umumnya dipengaruhi oleh motivasi belajar yang kuat.

Motivasi belajar memiliki tujuan tidak hanya untuk mengarahkan mahasiswa, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas diri dan kualitas akademik. Lens, Lacante, Vansteenkiste, dan Herrera (2005, dalam Latipah, 2010) mengemukakan bahwa siswa yang memiliki prestasi akademik tinggi cenderung memiliki motivasi daya saing yang kuat dibandingkan dengan siswa yang memiliki prestasi rendah. Najati (2005) dalam bukunya "Al Quran dan Psikologi" juga menekankan pentingnya motivasi dalam membangkitkan semangat belajar. Hal ini dapat dicapai melalui stimulasi yang menggabungkan rasa takut dan harapan, artinya memberikan pujian, hadiah, atau penghargaan akan membangkitkan harapan dan impian dalam mewujudkan cita-cita yang diinginkan. Sebaliknya, jika seseorang selalu dihadapkan dengan ancaman, hal tersebut akan semakin lama menimbulkan rasa takut dalam dirinya, membuatnya merasa putus asa, tidak berdaya, dan akhirnya menurunnya motivasi.

Memahami motivasi dan tingkat kemandirian belajar mahasiswa sejak awal mereka memulai studi di perguruan tinggi merupakan salah satu langkah untuk membentuk lulusan yang profesional (Hidayati & Listyani, 2010). Motivasi yang tinggi atau rendah yang dimiliki oleh seorang mahasiswa akan mempengaruhi kemampuannya untuk belajar secara mandiri.

                                                                                                                                 DAFTAR PUSTAKA

Hidayati,   K.,   &   Listyani,   E.   (2010). Pengembangan  instrument  kemandirian belajar mahasiswa. Jurnal  Peneitian  dan Evaluasi Pendidikan. 14 (1), 84-99

Latipah,  E.  (2010).  Strategi self-regulated learning dan prestasi belajar: Kajian meta analisis. Jurnal Psikologi, 37 (1), 110-129

Nurhayati,  E.  (2011). Psikologi  Pendidikan Inovatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pratiwi,  I.D.,  &  Laksmiwati,  H.  (2016). Kepercayaan diri dan kemandirian belajar pada  siswaSMA  Negeri  X. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 7 (1), 43-49

Riyono, B. (2012). Motivasi dengan perspektif psikologi   Islam. Yogyakarta:  Quality Publishing

Sujarwo, S. (2007). Strategi Pembelajaran Partisipatif Bagi Belajar Orang Dewasa (Pendekatan Andragogi). Majalah Ilmiah Pembelajaran, 3(2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun