Mohon tunggu...
Wanda Alfita
Wanda Alfita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia

Book and technology enthusiast. love to eat and travel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Bukan Trauma Healing: Layanan Dukungan Psikososial Pasca Terjadinya Bencana

9 Januari 2023   09:00 Diperbarui: 9 Januari 2023   09:03 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Earthquake Photo by https://unsplash.com 

Dalam ilmu kesehatan jiwa dan psikologi, trauma merupakan penyingkatan dari istilah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stres pasca trauma. Untuk menegakkan diagnosa seseorang mengalami trauma, dalam DSM V, minimal ada enam kriteria yang harus terpenuhi. 

Salah satunya adalah bahwa gejala‐gejala tersebut terjadi minimal dalam satu bulan. Sementara, ketika dalam situasi bencana, apabila terdapat penyintas yang baru saja beberapa hari mengalami kejadian bencana sudah melaporkan bahwa dirinya trauma. Hal tersebut belum bias dikatakan penyintas mengalami trauma secara psikologis.

Untuk itu istilah “trauma healing” ini alangkah lebih baik diganti menjadi “dukungan psikososial”. Dukungan psikososial adalah semua bentuk kegiatan yang berfokus untuk menguatkan faktor resiliensi (aspek psikologis) dan relasi sosial individu dengan lingkungannya (aspek sosial). 

Dukungan psikososial pasca bencana merupakan dukungan yang diberikan untuk memulihkan kesejahteraan psikologis dan sosial dari komunitas yang terkena bencana. 

Tujuan dukungan psikososial adalah mengembalikan individu atau keluarga atau kelompok pasca kejadian tertentu (bencana alam maupun bencana sosial) sehingga menjadi kuat secara individu atau kolektif (berfungsi optimal, memiliki ketangguhan dalam menghadapi masalah), serta menjadi berdaya dan produktif dalam menjalani hidupnya.

Pada dasarnya, setiap individu membutuhkan dukungan, apalagi dalam situasi tidak normal dan tertekan seperti dalam situasi bencana. Ketika mereka merasa kehilangan, maka saat itulah mereka butuh perhatian mendengarkan keluh kesahnya. Kelompok yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam dukungan psikososial disebut dengan kelompok rentan. Kelompok ini adalah korban yang diprioritaskan untuk penanganan terlebih dahulu seperti lansia, anak-anak, dan ibu hamil.

Adapun bentuk-bentuk dukungan psikososial yang dapat diberikan kepada penyintas seperti Psychological First Aid (PFA), terapi ekspresif, dan konseling. Misalnya, anak-anak bisa diajak terapi ekspresif dengan menulis, bernyanyi, atau dengan cara play therapy. Layanan dukungan psikososial (LDP) yang diberikan tidak boleh lepas dari kearifan lokal setempat karena konsep LDP ini adalah memberikan simulasi atau motivasi-motivasi bagi para penyintas agar mereka segera pulih ke kehidupan secara normal serta juga harus memperhatikan usia penyintas karena dukungan sosial yang diberikan kepada anak-anak akan berbeda dengan remaja, begitu seterusnya.

Berikut prinsip dasar Psychological First Aid (PFA) yaitu, lihat (look), dengarkan (listen), beri rasa nyaman (comfort), hubungkan (link), lindungi (protection), beri harapan realistis (installing hope). PFA dapat diterapkan dan bisa diberikan oleh siapapun sesegera mungkin ketika pertama kali kontak dengan penyintas dalam keadaan tanggap darurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun