oleh: Kurniawan Basuki
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai wadah pendidikan dan pelatihan senantiasa dituntut melakukan peningkatan kualitas pembelajaran dari waktu ke waktu (Dit.PSMK, 2007). Tantangan pembelajaran hari ini dan esok tidak mungkin dapat direspon dan diselesaikan dengan strategi pembelajaran yang dimiliki hari kemarin. Pada satu sisi SMK harus bertanggung jawab membekali siswanya  dengan kompetensi-kompetensi  yang memadai untuk menghadapi tantangan pasar kerja. Di sisi lain  kebutuhan tenaga kerja terus bergerak menyesuaikan perubahan fenomena ketenagakerjaan pasar global, membutuhkan lulusan dengan kompetensi yang dinamis.
Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi  pada Sekolah Menengah Kejuruan menuntut adanya perubahan kegiatan pembelajaran, baik dalam persiapan, proses maupun evaluasi hasil pembelajaran. Guru mempunyai peran yang sangat penting, terkait tugasnya sebagai fasilitator untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi siswanya. Guru dituntut untuk menguasai materi dengan baik, mamahami karakteristik dan kebutuhan siswa secara profesional. Peran serta guru menjadi sangat kompleks, karena tidak hanya sebagai fasilitator diruang kelas saja namun juga dituntut sebagai perancang dari tahapan proses pembelajaran. Guru  dituntut mampu mendesain tahapan pembelajaran yang sistematis dan berkelanjutan.
Pengembangan kurikulum berkaitan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Teknologi meliputi perangkat keras (hardware) yang berkenaan dengan obyek fisik, material atau peralatan teknologi, dan perangkat lunak (software) atau teknologi sistem yang berkenaan dengan program-program atau informasi sebagai muatan atau bahan ajar dari hardware. Sesuai dengan landasan kurikulum yaitu teknologis (Munir, 2008:5), artinya kurikulum harus menyesuaikan dengan teknologi yang ada, mengadopsi dan menjadikannya isi kurikulum untuk dipelajari oleh siswa.Â
Terkait dengan proses, teknologi berfungsi untuk mempermudah proses implementasi kurikulum, baik untuk manajemen kurikulum, administrasi kurikulum maupun sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa, agar prestasinya lebih baik dan proses pembelajarannya lebih bermakna.
Guru dan siswa dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi informasi komunikasi (TIK) terkini secara terus menerus. Guru dituntut mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menyampaikan informasi yang mutakhir dan berguna bagi kehidupan siswa dimasa kini dan yang akan datang. Dengan kata lain pengembangan kurikulum yang berbasis TIK dan komunikasi sebagai produk dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam sistem pendidikan sudah tidak dapat dipisahkan (Beane, 1986:256). Hal ini sejalan dengan inovasi kurikulum yang seiring dengan kemajuam ilmu pengetahuan dan teknologi dalam hampir semua bidang kehidupan.
Tujuan pendidikan dapat dicapai salah satunya dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan tersebut akan terwujud melalui kurikulum yang dirancang dengan memperhatikan aspek-aspek kebutuhan siswa, perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat serta berdasarkan analisis situasi yang ada. Pada perkembangannya, kurikulum menjadikan TIK sebagai bagian dari kajian subject matter yang harus dipelajari oleh siswa dan TIK juga mempengaruhi sistem serta model pengembangan kurikulum. Dengan demikian lahirnya model-model pembelajaran yang berbasis TIK seperti e-learning, virtual learning, computer based training tidak terpisah dari desain sekaligus model implementasi dari bentuk-bentuk pembelajaran tersebut.
Disisi lain dalam proses pembelajaran, teknik penggunaan dan pemanfaatan TIK memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian siswa, karena pada dasarnya TIK merupakan media dengan dua fungsi utama, yaitu sebagai alat bantu dan sebagai sumber belajar bagi siswa (Djamarah, 2002 : 137). Menurut Nana (2001:2), media pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dalam belajar dan pembelajaran yang dapat mempertinggi proses belajar, sehingga pada akhirnya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar. Â Â Â Â Â
Lebih jauh menurut Nana, ada beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar. Alasan pertama adalah manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat menghasilkan metode mengajar yang lebih bervariasi, bahan pelajaran akan lebih jelas, dapat menarik perhatian siswa/siswa dan menimbulkan motivasi belajar. Alasan kedua adalah berkenaan dengan taraf berfikir dan kemampuan manusia dalam menyerap materi yang berbeda sesuai dengan taraf perkembangan masing-masing individu.
Melalui TIK hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan, sehingga pemahaman siswa untuk suatu materi dapat ditingkatkan. Dalam mengembangkan model pembelajaran, haruslah senantiasa mengacu kepada domain dari teknologi pembelajaran, melalui elaborasi masing-masing elemen didalamnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ely (1996:4)
"Instructional technology is the theory and practice of design, development, utilization, management and evaluation of processes and resources for learning".
Â
Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, TIK harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh TIK tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher: 1999).
Sementara sistem e-learning sebagai bagian dari pembelajaran dengan TIK yang ada sekarang ini, umumnya memberikan presentasi materi pembelajaran yang sama untuk setiap pengguna karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua pengguna adalah homogen. Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar, latar belakang atau yang lainnya. Oleh karena itu seorang pengguna e-learning ini belum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat dan akibatnya efektivitas pembelajaran tidak optimal (Surjono, 2009).
Pada umumnya guru belum memberikan tawaran-tawaran alternatif pendekatan belajar mengajar. Siswa belum mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan ide-idenya, baik yang terkait dengan kompetensi yang akan diperoleh maupun dalam hal pengembangan materi pembelajarannya. Penilaian hasil belajar yang dilakukan masih berdasarkan pada penyelesaian tugas dan tingkat pencapaian kompetensi dan belum dilakukan secara berkelanjutan. Kondisi ini diperkuat oleh penelitian Yaniawati (2006) menemukan bahwa dalam pembelajaran e-learning peran siswa dalam menuangkan gagasanya belum terlihat dan pengajar masih belum konsisten dalam pengelolaan pembelajaran serta pengorganisasian materi ajar.
Berdasarkan kajian dari beberapa model pembelajaran berbasis TIK khususnya e-learning yang dikembangkan terdahulu, mengindikasikan bahwa pada penyelenggaraan pembelajaran tersebut terdapat beberapa kekurangan, yakni: pertama, siswa belum mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan terkait jenis kompetensi yang akan didapatkan. Kedua, siswa belum mendapatkan kesempatan untuk lebih mengaktualisasikan kemampuannya secara maksimal dalam berkreasi dan berinovasi. Hal ini terjadi akibat kurangnya strategi pengembangan pembelajaran dan pengorganisasian materi yang diterapkan pada pembelajaran berbasis e-learning yang ada selama ini. Kondisi seperti ini belum sepenuhnya mendorong tumbuhnya kreativitas siswa, sehingga aktualisasi kemampuan siswa belum sepenuhnya didapatkan.
Guru sebagai fasilitator perlu memahami kondisi siswa sekaligus dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa. Guru harus dapat membantu mengembangkan potensi dan mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memenuhi ragam kebutuhan siswanya secara sinergis. Pembelajaran e-learning harus mampu memberikan kesempatan pada siswa dalam memberikan ide-ide alternatif pemecahan masalah dan pengembangan kompetensi.
Selanjutnya perlu adanya pengembangan model pembelajaran e-learning dimana guru memberikan materi dan tugasnya melalui web, namun ditambahkan dengan mengaplikasikan konsep Wiki.Â
Adapun software yang dipergunakan adalah Moodle. Melalui web yang dirancang menggunakan Moodle ini, guru akan menjaring informasi atau masukan terhadap pemecahan permasalahan, yang secara terbuka akan diketahui oleh publik. Perbedaan yang nyata dengan model pembelajaran e-learning sebelumnya adalah pada model pembelajaran berbasis Wiki, siswa diperkenankan memberikan saran/masukan terhadap kurikulum lokal sekolah dengan menggunakan fasilitas web sebagai sarananya.Â
Masukan/saran yang diberikan terkait dengan kurikulum lokal sekolah dan pengembangan materi. Dengan kata lain model pembelajaran berbasis Wiki yang akan dilakukan adalah melibatkan siswa dalam menyusun kurikulum lokal sekolah. Adapun bentuk kurikulum yang dihasilkan, selanjutnya akan dijadikan nama mata pelajaran yaitu "Muatan Lokal" dengan alokasi waktu 4 jam tatap muka setiap minggu.
Melalui metode ini diharapkan akan terjadi suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, bahkan siswa dengan lingkungan dimana dia berada. Apabila interaksi terjadi pada saat siswa magang di industri maka jenis kompetensi yang ada di industri bisa direkam dan disampaikan oleh siswa ke sekolah melalui situs yang sudah disediakan, hingga terbentuk sebuah kurikulum muatan lokal yang benar-benar sesuai dengan keinginan dunia Industri atau siswa, pada gilirannya siswa merasa lebih bertanggung jawab terhadap penguasaan materi, serta merasa tertantang untuk menggali dan mencari materi sekaligus mengembangkan kemampuannya lebih dalam.
Program Inovasi Pengembangan kurikulum dengan konsep Wiki di SMK diharapkan menghasilkan perubahan-perubahan realitas pembelajaran di SMK menjadi lebih baru, lebih baik, dan lebih efektif dan efisien, dengan indikasi sebagai berikut:
Pembelajaran di SMK telah menerapkan metode pendekatan pembelajaran PCL (Participant Centered Learning);
Pembelajaran di SMK telah mengkombinasikan secara proporsional pembelajaran klasikal dan Distance Learning.
Terjadi peningkatan daya serap siswa dan target pencapaian kompetensi.
Dengan demikian maka pengembangan kurikulum berbasis wiki diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa kalangan, yaitu :
Bagi Dunia Pendidikan :
Menambah jumlah model pembelajaran berbasis internet yang dapat diterapkan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan.
Sebagai salah satu model penyusunan kurikulum dengan menjaring muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan industri sekitar.
Memberikan motivasi belajar bagi siswa
Bagi Pembaca: Memberikan wacana baru tentang bagaimana mengembangkan kurikulum sekolah dengan melibatkan stakeholder.Â
Wiki adalah sebuah situs web (atau koleksi dokumen hiperteks lainnya) yang memperbolehkan pengguna untuk menambah isinya, seperti di forum (Internet), tetapi juga memperbolehkan isi tersebut disunting pengguna lain. Istilah ini juga dapat merujuk kepada software kolaboratif yang digunakan untuk menciptakan situs web semacam itu. Wiki-wiki berasal dari istilah bahasa Hawai untuk "cepat" atau "super-cepat". (http://id.wiktionary.org/w/index.php? title=wiki&action=edit, 2008).
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI