Â
Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, TIK harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh TIK tersebut terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam memeperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas-tugas tersebut (Boettcher: 1999).
Sementara sistem e-learning sebagai bagian dari pembelajaran dengan TIK yang ada sekarang ini, umumnya memberikan presentasi materi pembelajaran yang sama untuk setiap pengguna karena mengasumsikan bahwa karakteristik semua pengguna adalah homogen. Dalam kenyataannya, setiap pengguna mempunyai karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal tingkat kemampuan, gaya belajar, latar belakang atau yang lainnya. Oleh karena itu seorang pengguna e-learning ini belum tentu mendapatkan materi pembelajaran yang tepat dan akibatnya efektivitas pembelajaran tidak optimal (Surjono, 2009).
Pada umumnya guru belum memberikan tawaran-tawaran alternatif pendekatan belajar mengajar. Siswa belum mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan ide-idenya, baik yang terkait dengan kompetensi yang akan diperoleh maupun dalam hal pengembangan materi pembelajarannya. Penilaian hasil belajar yang dilakukan masih berdasarkan pada penyelesaian tugas dan tingkat pencapaian kompetensi dan belum dilakukan secara berkelanjutan. Kondisi ini diperkuat oleh penelitian Yaniawati (2006) menemukan bahwa dalam pembelajaran e-learning peran siswa dalam menuangkan gagasanya belum terlihat dan pengajar masih belum konsisten dalam pengelolaan pembelajaran serta pengorganisasian materi ajar.
Berdasarkan kajian dari beberapa model pembelajaran berbasis TIK khususnya e-learning yang dikembangkan terdahulu, mengindikasikan bahwa pada penyelenggaraan pembelajaran tersebut terdapat beberapa kekurangan, yakni: pertama, siswa belum mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide atau gagasan terkait jenis kompetensi yang akan didapatkan. Kedua, siswa belum mendapatkan kesempatan untuk lebih mengaktualisasikan kemampuannya secara maksimal dalam berkreasi dan berinovasi. Hal ini terjadi akibat kurangnya strategi pengembangan pembelajaran dan pengorganisasian materi yang diterapkan pada pembelajaran berbasis e-learning yang ada selama ini. Kondisi seperti ini belum sepenuhnya mendorong tumbuhnya kreativitas siswa, sehingga aktualisasi kemampuan siswa belum sepenuhnya didapatkan.
Guru sebagai fasilitator perlu memahami kondisi siswa sekaligus dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa. Guru harus dapat membantu mengembangkan potensi dan mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat memenuhi ragam kebutuhan siswanya secara sinergis. Pembelajaran e-learning harus mampu memberikan kesempatan pada siswa dalam memberikan ide-ide alternatif pemecahan masalah dan pengembangan kompetensi.
Selanjutnya perlu adanya pengembangan model pembelajaran e-learning dimana guru memberikan materi dan tugasnya melalui web, namun ditambahkan dengan mengaplikasikan konsep Wiki.Â
Adapun software yang dipergunakan adalah Moodle. Melalui web yang dirancang menggunakan Moodle ini, guru akan menjaring informasi atau masukan terhadap pemecahan permasalahan, yang secara terbuka akan diketahui oleh publik. Perbedaan yang nyata dengan model pembelajaran e-learning sebelumnya adalah pada model pembelajaran berbasis Wiki, siswa diperkenankan memberikan saran/masukan terhadap kurikulum lokal sekolah dengan menggunakan fasilitas web sebagai sarananya.Â
Masukan/saran yang diberikan terkait dengan kurikulum lokal sekolah dan pengembangan materi. Dengan kata lain model pembelajaran berbasis Wiki yang akan dilakukan adalah melibatkan siswa dalam menyusun kurikulum lokal sekolah. Adapun bentuk kurikulum yang dihasilkan, selanjutnya akan dijadikan nama mata pelajaran yaitu "Muatan Lokal" dengan alokasi waktu 4 jam tatap muka setiap minggu.
Melalui metode ini diharapkan akan terjadi suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, bahkan siswa dengan lingkungan dimana dia berada. Apabila interaksi terjadi pada saat siswa magang di industri maka jenis kompetensi yang ada di industri bisa direkam dan disampaikan oleh siswa ke sekolah melalui situs yang sudah disediakan, hingga terbentuk sebuah kurikulum muatan lokal yang benar-benar sesuai dengan keinginan dunia Industri atau siswa, pada gilirannya siswa merasa lebih bertanggung jawab terhadap penguasaan materi, serta merasa tertantang untuk menggali dan mencari materi sekaligus mengembangkan kemampuannya lebih dalam.
Program Inovasi Pengembangan kurikulum dengan konsep Wiki di SMK diharapkan menghasilkan perubahan-perubahan realitas pembelajaran di SMK menjadi lebih baru, lebih baik, dan lebih efektif dan efisien, dengan indikasi sebagai berikut: