Malam itu setelah mengantar ia keliling desa, aku coba memberhentikan sepeda motor di depan minimarket.
rasanya sedikit lelah, setelah empat puluh lima menit aku mengantarnya keliling melihat keindahan desa. aku coba menawarkan minum pada perempuan itu.
"hai mau minum apa ?" tawarku sambil menunjuk ke dalam minimarket
dengan semyum malu ia menjawab "terserah"
 kadang perempuan memang susah menjawab ketika diberikan sebuah penawaran, harus memiliki kepekaan  bagi seorang laki - laki yang mengajak perempuanya jalan.
"ah dasar perempuan memang sulit di mengerti, kan tidak ada minuman terserah" ucapku dalam hati. sambil melangkahkan kaki berjalan kedalam minimarket.
Senyum kasir terlihat menawan sambil menyapa "selamat malam, selamat datang di minimarket kita, selamat berbelanja" nada lirih ramah terdengar, menyapa setiap pelanggan yang masuk kedalam minimarket.
Sudah di dalam minimarket, aku merasa bingung, sebab ini baru pertama kalinya aku mengajak perempuan yang diam dan murah senyum itu.
tanganku memegang kepala menggaruk - garuk kebingungan. "mau minuman apa ?" coba menebak sambil melihat susunan minuman yang ada di lemari es.
tanganku mengambil sebotol minuman air mineral, berjalan mnuju kasir ku melihat frezerr ber isi es krim. ku coba berhenti di depan  melihat es krim yang teras nikmat.
inisitaif ku jalan perempuan biasanya suka es krim. ku ambil dua eskrim itu. bayar ke kasir, ku coba memandang ke luar. dari kejauhan senyum mengalahkan sinar lampu mobil yang berhalu lalang. Â ke anggunan mengalahkan keramaian dan kebisingan. kutatap semakin sunyi, mata tertuju pada perempuan yang sedang menunggu.
"mas totalnya dua pulih ribu" suara kasir itu menyadarkan memandang ciptaan tuhan.Â
"iya mba, ini uang nya" ku ambil eskrim itu dan berjalan menujunya
dia tersenyum melihat tanganku membawa es krim, dalam hati "kayaknya dia menyukai es krim" aku mendekati sambil tersenyum.
"ini es krimnya". dia mengulurkan tangan, menerimanya, perasaan gemetar saat ku coba duduk di dekatnya.
aku bingung mau apa yang di bicarakan.
bising kendaraan, celoteh tukang parkir tiba tiba terasa berhenti kucoba membuka mulut, mengajak bicara
"hai tadi enak yah keliling melihat keindahan desa" ucapku
mata nya melirik tajam ke arahku, pipinya terlihat merah menawan. ia menjawab "iya"
sederhana jawab dari perempuan yang baru kenal itu.
meski masih terasa canggung, aku terus berani mencairkan suasana, es krim ku nikmati, membicarakan semua yang terlintas dikepala.
di depan minimarket itu aku banyak bicara seperti, aku bicara tentang mobil yang terus lewat dan tidak ada habisnya, seperti detak jantung yang terus bergetar saat disampingnya.
Aku bicara tentang bulan yang tidak mau meninggalkan malam, seperti Aku yang tidak tega meninggalkanya sendirian.
Aku bicara tentang bintang yang selalu setia pada malam. seperti Aku yang selalu setia menantinya bicara.
Aku bicara tentang es krim yang meleleh, seperti hati yang meleleh saat pertama kali berjumpa dengannya.
Aku bicara tentang bis yang selalu berjalan membawa penumpang ke tujuan. seperti aku yang terus membawa melihat ke indahan.
dan Minimarket pun bicara "di depanku, aku menyaksikan kau akan terus bersama dengannya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H