Mohon tunggu...
Mas Waloeyo
Mas Waloeyo Mohon Tunggu... Montir - Masih Belajar Menulis I Pelayan Rohani

Seneng Berbagi karena berbagi itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyerah Demi Menang

15 Maret 2024   23:06 Diperbarui: 15 Maret 2024   23:27 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Matius 26:53-54
53 Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat membantu Aku?
54 Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan, bahwa harus terjadi demikian? "

Perkataan Yesus ini diucapkan-Nya sesaat sesudah Petrus, murid-Nya, menghunus pedang dan menetakkannya kepada Malkhus sehingga putus telinga kanannya (bdk. Yohanes 18:10). Jikalau saja Tuhan Yesus mau meloloskan diri dari penangkapan di taman itu, sebenarnya sangatlah mudah. Tuhan Yesus "tinggal" berseru kepada Bapa supaya segera mengirim lebih dari 12 pasukan malaikat membantu-Nya.

 Jikalau Dia mau melawan penangkapan itu, bisa saja memerintahkan murid-murid untuk menyerang. Jikalau Dia mau membuat mukjizat menghilang dari tempat itu, bisa saja dalam sekejap dan tentu tidaklah sulit melakukan. Sungguh mengagumkan karena semua peluang "kemampuan" itu tidak dilakukan. 

Dia memilih menetapkan menyerah kepada kehendak Bapa untuk melaksanakan apa yang tertulis dalam Kitab Suci. Kehendak-Nya ditundukkan, disesuaikan dengan kehendak Bapa, seperti apa yang telah diucapkan dalam tiga kali doa kepada Bapa (bdk. Matius 26:39,44; Yohanes 18:11). Itu adalah satu alasan yang pasti, demi mengikuti kehendak Bapa yaitu mati disalibkan untuk menghapus dosa manusia.

Dari bagian ini  Tuhan Yesus mengajarkan bahwa pilihan menempatkan kehendak Allah untuk diikuti adalah hal utama. Doa dan menundukkan kehendak diri, mengesampingkan "peluang kebisaan menghindari" adalah hal lanjut yang harus ditetapkan mendukung pilihan itu. Sedangkan kenyataan/penderitaan berat ibarat tempat dan waktu yang menguji pilihan, demi buktikan hidup berkemenangan.   Selamat berkarya, Tuhan Yesus memberkati. (Jumat, 15/3/24).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun