Mohon tunggu...
Waluya Waluya
Waluya Waluya Mohon Tunggu... -

Peminat bidang kehumasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengamanan Pemilu 2014 dalam Pesan Spanduk Bernilai Kedaerahan

26 Mei 2014   05:16 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:06 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia tahun 2014 ini lengkap dengan segala persoalannya. Aspek yang cukup menarik untuk dibahas yaitu menyangkut segi pengamanannya karena faktor ini cukup penting untuk menunjang pelaksanaan sehingga tercipta iklim politik yang kondusif.

Di wilayah provinsi DIY,khususnya di lingkungan Polres Bantul pihak kepolisian setempat sudah melakukan perencanaan cermat, mulai dari pemetaan daerah-daerah rawan terjadi bentrokan antarpendukung parpol sehingga pengamanannya lebih serius.

Demikian halnya, jadwal kampanye yang diperkirakan mengundang gesekan-gesekan telah diantisipasi sejak dini, segenap personel disiagakan selama pelaksnaan Pemilu 2014 berlangsung, ini terbukti pada pelaksanaan Pemilu Legislatif pada 9 April lalu dan menjelang Pemilu Presiden/Wakil Presiden yang saat ini sedang berlangsung tahapannya.

Hal yang cukup menarik sekaligus unik diamati berkait pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh pihak Humas Polres Bantul melalui penyebaran pesan persuasifnya, disajikan melalui spanduk yang terpasang di beberapa lokasi strategis di wilayah Kabupaten Bantul. Isi pesan tersebut bertuliskan: “YEN MENANG ORA UMUK, YEN KALAH OJO NGAMUK” (terjemahan bebasnya = kalau menang jangan sombong atau sok pamer, kalau kalah jangan marah).

[caption id="attachment_328508" align="aligncenter" width="300" caption="spanduk Humas Polres Bantul dalam pengamanan Pemilu 2014 (Waluya)"][/caption]

Pilihan kata yang tepat ternyata telah dilakukan oleh Polres Bantul, ini menunjukkan bahwa Humas Polres Bantul telah melakukan fungsinya sejalan dengan proses kehumasan yaitu (1) fact finding, yaitu pengumpulan data dan fakta, (2) planning, yaitu setelah data dan fakta terkumpul kemudian disusul perencanaan tentang apa saja kegiatan yang harus dilaksanakan, (3) communicating, yaitu dari rencana yang telah ditetapkan, petugas Humas kemudian melakukan operasional dengan tujuan melakukan komunikasi, memperoleh penilaian yang baik, dan menghindari kemungkinan terjadinya hambatan-hambatan. (Gunadi, 1998:98).

Pesan yang tertulis pada spanduk tersebut layak untuk dicermati dan dipahami. Ada sesuatunya yang perlu mendapat perhatian sekaligus menjadi pemahaman bersama. Setidaknya, pesan berbahasa daerah/lokal (bahasa Jawa) itu mempunyai maksud dan bermakna yang cukup mendalam. Apalagi ditempatkan di pinggir-pinggir jalan strategis, mudah ditatap oleh setiap pengguna transportasi darat.

Spanduk sebagai sarana komunikasi ternyata bisa mendukung penyebaran informasi. Spanduk menurut Soehoet (2003:36) merupakanmedia yang dapat dipakai sebagai promosi suatu barang atau jasa, berbentuk selebaran kain panjang dengan dicetak sablon. Biasanya dipasang di jalan-jalan di mana masyarakat dapat melihat.

Betapa tidak, tulisan yang dilatarbelakangi kain putih dengan huruf hitam tebal dan diposisikan tidak terlalu tinggi dari permukaan tanah itu secara langsung maupun tidak langsung sengaja disuguhkan kepada setiap pengendara yang lewat. Kalimat pendek dan pada intinya berisikan himbauan tersebut tentunya diharapkantertanam dalam benak setiap pembacanya.

Penggunaan bahasa daerah (Jawa) tentunya memiliki makna, bahwa pesan moral yang terkandung dalam kalimat singkat, padat dan persuasif itu cukup menggugah khalayak untuk ikut serta membangun persaingan politik yang sehat dan santun.

Menampilkan pesan-pesan yang bernilai budaya kedaerahan/lokal sebagaimana menggunakan bahasa Jawa untuk sebuah tujuan tertentu semisal spanduk pengamanan Pemilu 2014 yang telah digagas dan dilakukan Humas Polres Bantul ini sesungguhnya dapat dikategorikan sebagai pilihan berupa tindakan nyata yang bersifat empatik.

Dalam aktivitas komunikasi yang empatik, selanjutnya dapat diharapkan terbangunnya mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

Di samping itu, melalui langkah komunikasi dengan menggunakan bahasa yang “membumi” dan bernilai kedaerahan atau kearifan lokal (local wisdom) barang tentu mempunyai pengaruh karena unsur kedekatan jiwa/mental dan lebih mengena/menyentuh, untuk tujuan pengamanan bersama sehingga akan mencegah terjadinya konflik horizontal antarpendukung kandidat calon legislatif yang telah diusung oleh masing-masing parpol atau antarpendukung kandidat calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilu 2014. (Waluya).

Referensi:

Gunadi, YS, Himpunan Istilah Komunikasi, Penerbit Grasindo, Jakarta, 1998.

Soehoet, AM Hoeta, Media Komunikasi, Yayasan Kampus Tercinta, IISIP Jakarta, 2003.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun