Pada akhirnya, kepemimpinan sejati bukan hanya soal popularitas, tetapi juga visi jangka panjang dan kapabilitas. Pramono mungkin tidak memiliki elektabilitas tertinggi di awal, namun kemampuannya menjaga stabilitas politik dan menjembatani perbedaan menjadikannya kandidat yang tepat untuk Jakarta. Seperti tembok laut Wamura yang dibangun untuk menghadapi bencana tak terduga, langkah antisipatif Megawati dalam memilih pemimpin berdasarkan prinsip meritokrasi, bukan sekadar popularitas, bisa menjadi kunci, tidak hanya untuk secara cerdik bermanuver meredam gejolak politik dan menghadapi tantangan besar yang tersembunyi di bawah permukaan, tetapi juga untuk meraih kemenangan.
Apakah Pramono dan Rano mampu mempertahankan momentum ini dan memenangkan kontestasi pada Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 2024? Hanya waktu dan efektivitas strategi mereka yang akan menjawabnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H