Ku KenangÂ
Ku mengenal dia penulis senja
Sosok penulis penuh ceria
Wajah penuh pesonaÂ
Kala dia duduk mengajar calon cendekia muda
Penulis senja menyapaÂ
Dalam ruang 212 sejuk suasana
Dalam tatanan bahasaÂ
Ada di-, -kan
Juga ada imbuhan dan sisipan
Ku mengernyitkan dahi saat penulis senja memaparkan materi
Pelajaran saat ku duduk dibangku sekolah dasar
Kenapa diulang disaat aku menjadi calon cendekiawan?
Dalam penulisan imbuhan harus hati-hati diletakkan
Ku kenang kembali saat ini
Dia penulis senja sudah tutup usiaÂ
Di usia delapan satu tahun, lima bulan, 14 hari
Memang hidup dan mati merupakan misteri
Penulis senja meninggalkan coretan penaÂ
Coretan itu tak akan lekangÂ
Coretan itu terus dikenangÂ
Karena pertanyaan itu belum ada jawabannya
Penulis Senja itu ternama
Dicinta digemari tulisannya
Dalam rumah tangga bahagia
Kompas menyimpan, IPH sisipkan dalam data
Tidurlah dalam dekapan kasih Allah
Kuat dan teguhkan iman percayaÂ
generasi penerus pelukis senja
Ubah dukamu dengan sukacita karena Yesus sayang kita semua
Hening di ujung senja itu nyata
Ratap tangis itu membahana
Seolah tak percaya bahwa Yang Kuasa sayang penulis senja
Sayangmu adalah senyumnya
Tawamu merupakan kebanggaannya
Tangismu tak diimpikannya
Tuhan tuntun kami agar tetap setiaÂ
Mengikuti jejak penulis senja
Menetapkan diri karena iman percayaÂ
Mengikuti Yesus penebus manusia
Ungkapan Pena Walkhot Silalahi Ku Kenang Penulis Senja  (Sir. Wilson Nadeak) dikala duduk di lantai 2 di ruang 212 kelas Bahasa Indonesia di kampus UNAI tahun 2001.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H