Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Berkunjung ke Rumah Gembong Komunisme di Jerman

12 Januari 2022   10:56 Diperbarui: 12 Januari 2022   20:01 2150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Fragmen kisah tembok Berlin di museum.

"Kaum buruh sedunia, bersatulah!" Slogan sangat terkenal ini ditemukan dalam buku "Manifesto Komunis" yang ditulis oleh Karl Marx dan Friedrich Engels.

Slogan yang juga tertulis di batu nisan Karl Marx ini, banyak digunakan oleh partai komunis di berbagai negara. Tak pelak, Karl Marx sering disebut sebagai Bapak Komunisme, selain Bapak Marxisme. Nama Karl Marx memang identik dengan komunisme dan sosialisme.

Dalam suatu kunjungan ke Jerman, saya singgah ke kota Trier. Dan kota Trier terkenal sebagai kota kelahiran Karl Marx.

Ini adalah kunjungan kedua saya ke rumah Karl Marx di Trier, Jerman. Rumah kelahiran Karl Marx yang saya kunjungi ini, sekarang berfungsi sebagai museum untuk mengenang karya dan jejak hidup Karl Marx.

Dibandingkan dengan kunjungan saya yang pertama, ternyata ada yang berubah dari koleksi pameran di museum ini. Pada tahun 2015, saya masih melihat display yang lebih bervariasi, koleksi dan foto yang dipamerkan ketika itu, jumlahnya lebih banyak.

Ada koleksi yang dulu saya lihat, sekarang sudah tidak ada. Misalnya 7 tahun lalu saya masih melihat pameran aneka buku "Manifesto Komunis" versi jadul dalam berbagai bahasa, sekarang sudah tidak ada. Hanya ada satu dua buku jadul Manifesto Komunis yang dipamerkan.

Kendati begitu, ada juga sudut lain di rumah Karl Marx yang baru dibuka. Misalnya kebun belakang rumah yang dulu tertutup karena sedang direnovasi, sekarang boleh dimasuki pengunjung.

Foto: Kebun belakang rumah Karl Marx.
Foto: Kebun belakang rumah Karl Marx.

Di rumah Karl Marx ini pengunjung bisa membaca dan memperoleh banyak informasi terkait Karl Marx, seorang filsuf asal Jerman. Marx juga dikenal sebagai kritikus ekonomi politik, ahli ekonomi, sosiolog, sejarawan, teorikus politik, jurnalis dan revolusioner sosial.

Dalam periode corona, seperti aturan yang berlaku di seluruh Eropa, pengunjung harus menunjukkan tanda bukti sudah divaksin untuk memasuki tempat-tempat publik. Ini juga berlaku bagi pengunjung yang ingin memasuki Museum Rumah Karl Marx.

Setelah membayar tiket masuk dan menunjukkan tanda bukti sudah divaksin, dan tentu saja memakai masker, petugas mempersilakan saya masuk.

Rumah Kelahiran Karl Marx

Kota tertua di Jerman. Inilah sebutan bagi kota Trier, kota tempat berdirinya Museum Rumah Karl Marx. Kota Trier, didirikan lebih dari 2000 tahun lalu, berpenduduk 110.674 jiwa. 

Kota Trier terkenal dengan monumennya yang tekenal, yaitu Porta Nigra, gerbang kota peninggalan zaman Romawi kuno. Gerbang Romawi kuno ini adalah yang terbesar dan tertua di Jerman, diperkirakan dibangun pada tahun 170.

Foto: Gerbang kota peninggalan zaman Romawi kuno di kota Trier, Jerman. 
Foto: Gerbang kota peninggalan zaman Romawi kuno di kota Trier, Jerman. 

Kota Trier terletak di Rheinland-Pfalz, negara bagian federal di Jerman. Kota Trier adalah kota terbesar keempat di Rheinland-Pfalz, sesudah Mainz, Ludwigshafen, dan Koblenz.

Museum Rumah Karl Marx adalah rumah tempat kelahiran Karl Marx (5 Mei 1818), dibangun pada tahun 1727. Sebetulnya Marx hanya tinggal setahun di rumah ini. Orangtua Karl Marx menempati rumah ini pada tahun 1818, tahun kelahiran Karl Marx. .

Hanya setahun tinggal di rumah ini, orangtua Karl Marx kemudian pindah ke rumah lain, juga di kota Trier. Rumah kelahiran Karl Marx kemudian berganti pemilik dan sempat terlupakan. Seiring perkembangan waktu, nama Karl Marx kian mendunia.

Pada tahun 1928, rumah ini kemudian dijual oleh pemiliknya kepada Partai Sosial Demokrat Jerman (SDP). Setelah dibeli, SDP menunjuk arsitek Gustav Kasel untuk merenovasi rumah ini.

Foto: Rumah kelahiran Karl Marx di kota Trier, Jerman.
Foto: Rumah kelahiran Karl Marx di kota Trier, Jerman.

Awalnya rumah Karl Marx ini dijadikan tempat kegiatan Partai Sosial Demokrat Jerman. Pada masa perang, rumah ini sempat disita oleh Pasukan Nazi, dan dijadikan percetakan, kemudian dirusak menjelang akhir perang.

Dua tahun setelah Perang Dunia II, rumah ini selesai direnovasi. Pada 5 Mei 1947, rumah ini pertama kali dibuka sebagai museum yang menyimpan jejak sejarah kehidupan dan karya-karya Karl Marx.

Rumah ini sempat ditutup lagi karena kembali direnovasi, diperluas menjadi 3 lantai. Pada tahun 1983 dibuka, saat peringatan 100 tahun kematian Karl Marx.

Ketika komunisme di Uni Soviet runtuh, berakibat museum juga harus melakukan revisi informasi. Museum lalu ditutup kembali untuk melakukan revisi dan pembaharuan informasi. Setelah pembenahan, pada tahun 2005 museum dibuka kembali, dengan koleksi pameran yang lebih komprehensif.

Di Museum Rumah Karl Marx, dipamerkan antara lain karya-karya Karl Marx. Juga sepak terjangnya, kehidupannya, termasuk silsilah dan kehidupan keluarganya.

Di pintu masuk museum, ada toko yang menjual buku-buku karya Karl Marx, buku bertema sosialisme lainnya, bahkan juga komik tentang Karl Marx. Dijual juga aneka souvenir terkait Karl Marx, seperti poster, baju kaos, topi, miniatur figur Karl Marx, gelas, dll.

Foto: Toko di museum menjual karya Karl Marx dan buku-buku sosialisme lainnya, juga aneka souvenir terkait Karl Marx.
Foto: Toko di museum menjual karya Karl Marx dan buku-buku sosialisme lainnya, juga aneka souvenir terkait Karl Marx.

Di museum, selain informasi tertulis, juga ada sejumlah informasi audio visual. Ada sejumlah patung dan foto-foto Karl Marx dan keluarga. Banyak juga cuplikan dan foto-foto dari berita dunia terkait konflik negara-negara kapitalis dan negara-negara sosialis.

Pengakuan UNESCO atas Buku Karl Marx

Sekarang komunisme dianggap sudah mati. Museum menampilkan headline The Sunday Times Magazine pada akhir Oktober 1989, yang mengangkat berita tentang berakhirnya komunisme.

Judul berita itu "Communism R.I.P.", dengan menampilkan monumen Karl Marx di makamnya, di pemakaman Highgate Cemetery London. Ini adalah pemakaman tempat Marx, istrinya dan anggota keluarga lainnya dikebumikan.

Museum menulis, tampilan gambar monumen Karl Marx di makamnya, pada headline berita The Sunday Times Magazine, menempatkan Karl Marx sebagai kambing hitam atas kejatuhan komunisme.

Foto: Matinya komunisme di berita The Sunday Times Magazine 1989. 
Foto: Matinya komunisme di berita The Sunday Times Magazine 1989. 

Sebetulnya Karl Marx bukanlah orang pertama yang membahas masalah sosialisme dan komunisme. Sebelumnya, para ahli telah mengemukakan adanya bentuk-bentuk sosialisme dan komunisme purba.

Dan teori Marxisme dari Karl Marx, dianggap memengaruhi lahirnya sosialisme dan komunisme modern. Mulai abad ke-19, ide-ide Karl Marx kemudian tersebar ke seluruh dunia.

Paham Marxisme sering diasosiasikan dengan paham komunisme, tampak dalam buku "Communist Manifesto" (Manifesto Komunis). Dalam perkembangannya kemudian, komunisme ala Karl Marx melahirkan penafsiran-penafsiran oleh berbagai pihak untuk berbagai kepentingan, terutama kepentingan politik.

Museum menginformasikan bahwa buku Manifesto Komunis terdaftar pada tahun 2013 sebagai UNESCO's Memory of The World Programme. Buku Manifesto Komunis diakui sebagai salah satu dari teks paling penting dalam era modern.

Selama tahun 1840-an, Marx membuat analisis tentang susunan masyarakat. Di dalam buku Manifesto Komunis, Marx mengkritik kapitalisme yang menciptakan kesenjangan antara si kaya dan si miskin.

Kesenjangan antara yang kaya dan miskin menurut Karl Marx, memunculkan perjuangan kelas. Perjuangan kelas adalah konflik antar kelas di dalam masyarakat, terutama kelas pekerja dan kelas borjuis (kaum pemilik modal) yang memiliki alat produksi.

Menurut Marx, kapitalisme harus dihentikan, karena sistem ini ingin mencapai kemajuan dengan cara mengekploitasi satu kelas (kelas pekerja).

Sistem kapitalisme hanya menguntungkan kaum pemilik modal. Sementara kelas pekerja atau kaum buruh tetap sengsara, hanya menjadi kelas yang "dihisap".

Tembok Berlin

Museum Rumah Karl Marx menampilkan display fragmen kisah dan sejarah tembok Berlin. Tembok Berlin merupakan simbol paling terkenal tentang perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur (1947-1991). 

Blok Barat adalah negara-negara kapitalis dan non-komunis. Blok Timur adalah negara-negara yang dikuasai oleh Partai Komunis.

Foto: Fragmen kisah tembok Berlin di museum.
Foto: Fragmen kisah tembok Berlin di museum.

Tembok Berlin dibangun oleh pemerintahan Jerman Timur yang komunis pada tahun 1961, untuk memisahkan Jerman Barat dan Jeman Timur. Juga untuk memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur.

Jerman Barat ketika itu dikuasai Amerika, Inggris dan Perancis (negara-negara kapitalis). Sedangkan Jerman Timur dikuasai oleh Uni Soviet yang dikuasai partai komunis.

Di bawah pemerintahan komunis yang represif, banyak warga Jerman Timur yang berusaha lari ke Jerman Barat yang lebih makmur. Tapi upaya mereka untuk menyeberang ke Jerman Barat, terhalang oleh tembok Berlin.

Tembok Berlin akhirnya mulai dihancurkan tahun 1989, resmi dihancurkan tahun 1990, dan selesai dihancurkan tahun 1991.

Paham Marxisme dari Karl Marx memang membawa pengaruh yang sangat besar di negara-negara di seluruh dunia. Bahkan gemanya masih terasa hingga kini.

Kursi Karl Marx

Yang menarik perhatian di museum ini adalah sebuah kursi butut, yang digunakan oleh Karl Marx hingga akhir hayatnya. Kursi ini tadinya disimpan oleh keluarga Marx di London. Tapi kemudian diserahkan ke museum. Kursi kesayangan Karl Marx ini sudah beberapa kali direstorasi.

Foto: Kursi kesayangan Karl Marx.
Foto: Kursi kesayangan Karl Marx.

Museum menjelaskan, kursi ini sering digunakan oleh Marx untuk membaca dan merenung. Menurut keluarganya, hingga menjelang tutup usia di London pada 14 Maret 1883, Marx masih sempat duduk di kursi kesayangannya itu. ***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun