Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gebrakan Duta Besar Mayerfas di Belanda

5 November 2021   12:46 Diperbarui: 9 November 2021   14:45 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi/Walentina Waluyanti

Penulis: Walentina Waluyanti

Cekatan, ramah, rendah hati, pembawaannya ini tidak mengurangi kewibawaannya. Ini kesan pertama yang segera tertangkap saat bertemu Mayerfas, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Jabatannya tidak menjadi tembok pemisah yang membuat orang menjadi kaku berbincang dengannya.

Dengan mudah Mayerfas dapat membuat suasana menjadi cair. Wawancara dengan Mayerfas berjalan serius tapi santai. Dari wawancara dengan pria yang berasal dari Padang Panjang Sumatera Barat ini, ternyata ada beberapa gebrakan yang telah dilakukannya. Berikut ini beberapa gebrakan Duta Besar Mayerfas sejak bertugas di Belanda.

Pertemuan Online dengan Warga

Mayerfas mengadakan pertemuan online dengan warga Indonesia di Belanda. Pertemuan ini disebut "Ngobras", singkatan dari Ngobrol Bersama Mayerfas. Dalam acara "Ngobras" ini, warga menyampaikan permasalahannya. Jika ada yang bermasalah dengan paspor misalnya, bisa langsung menyampaikannya kepada atase imigrasi yang juga hadir pada acara itu. 

Memang semua atase dan staf KBRI bagian pelayanan wajib hadir dan mencatat keluhan warga. Warga yang punya masalah-masalah tertentu yang membutuhkan layanan konsuler, bisa langsung mengirim email atau kontak whatsapp dengan staf KBRI bidang konsuler.

Pada awal tugasnya, Mayerfas juga mengadakan webinar tentang masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menimpa WNI di Belanda. Ini untuk pertama kalinya KBRI mengadakan diskusi dengan bahasan topik sensitif. 

Pesertanya termasuk orang-orang yang menjadi korban KDRT itu sendiri. Webinar ini menarik banyak peminat, jumlahnya lebih dari 200 orang. 

Melalui webinar ini, warga dan korban KDRT  bisa mendapatkan bantuan, mencari solusi apa yang sebaiknya dilakukan. Sering terjadi ada warga yang ingin membantu temannya, tapi tak bisa menolong, karena keterbatasan pengetahuan tentang aturan hukum di Belanda.

Kebanyakan para korban KDRT ini tidak mau pulang ke Indonesia dengan berbagai alasan. Di tengah situasi ini, suami atau pasangannya mengancam akan memulangkan mereka ke Indonesia. Ini adalah contoh masalah yang dibahas dalam webinar tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun