Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Tips Memilih Buku Bacaan yang Tepat untuk Anak

16 Mei 2021   22:42 Diperbarui: 18 Mei 2021   13:00 1179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tips memilih bacaan anak (Sumber: pexels.com)

Selera, minat, kepribadian seseorang bisa ditentukan oleh bacaan yang dijejalkan pada seorang anak sejak dini. Di samping pola pendidikan dan pengasuhan, bacaan yang dikonsumsi anak akan sangat mempengaruhi pertumbuhan anak. 

Ini karena kisah yang dibaca anak itu, bisa saja melekat dalam ingatan sampai dibawa tidur. Bahkan kisah yang dibaca anak bisa mengobsesi perjalanan hidup seseorang di kemudian hari.

Ketika kecil, saya sudah hafal kapan datangnya majalah Bobo atau majalah Kuncung. Saya duduk menunggu di depan pintu dan berebut dengan saudara yang lain ingin membacanya. 

Selain berlanggganan majalah tadi, ayah sering membawa saya ke toko yang menjual buku anak-anak terbitan Balai Pustaka. 

Pada masa itu, buku-buku terbitan Balai Pustaka terkenal dengan kualitas bacaannya, termasuk bacaan untuk anak-anak.

Komik juga populer pada masa kanak-kanak saya. Yang paling saya gemari adalah komik HC Andersen dan komik Tintin. 

Foto: Komik Lucky Luke
Foto: Komik Lucky Luke
Khususnya komik Tintin, ini bisa saya baca berulang-ulang tanpa bosan. Apalagi kalau ada detektif kembar yang konyol dan profesor berjubah hijau yang linglung. Sampai setua ini, kadang saya masih suka mengulang membaca komik Tintin dalam versi bahasa Belanda.

Suatu ketika saya membaca kisah tentang seorang anak yang hidup pada zaman perang revolusi di Indonesia. Saya sudah lupa judul ceritanya dan penulisnya. Tapi kisah itu menceritakan dengan begitu hidup ketika harus mengungsi dan makan seadanya.

Kisah itu tetap melekat di ingatan. Rasanya keindahan kisah tadi menjadi tonggak yang mengawali kesukaan saya pada karya-karya sastra selain kisah-kisah kepahlawanan dan perang revolusi. Kemudian ketertarikan itu berkembang. Memasuki SMP, saya mulai gemar membaca biografi para tokoh kebangsaan, selain buku-buku sastra.

Foto: Buku tentang kisah tokoh-tokoh kebangsaan.
Foto: Buku tentang kisah tokoh-tokoh kebangsaan.
Setelah melahap buku-buku tentang tokoh kebangsaan dan buku sastra, kemudian berkembang menjadi tertarik pada sejarah. 

Ketertarikan pada sejarah tak pernah pudar. Hingga kini saya suka membaca dan mengoleksi buku-buku sejarah, di samping buku-buku sastra.

Pengalaman saya di atas adalah contoh bahwa bacaan anak bisa sangat menentukan minat seseorang di kemudian hari.

Tak jarang anak-anak itu tidur bersama buku bacaannya. Mengulang-ulang membaca buku favoritnya sampai tertidur, tanpa disadari ini merupakan proses "indoktrinasi" yang  bisa membentuk kepribadian anak. 

Maka pemilihan buku bacaan anak merupakan proses krusial, yang bukan tak mungkin akan membentuk cara berpikir anak, yang terbawa hingga dewasa.

Oleh karena itu, para orangtua jangan meremehkan pemilihan kualitas bacaan untuk anak-anak.

Saya adalah anak yang melewati masa kanak-kanak pada awal tahun 1970-an. Dari pengalaman saya, pemilihan kualitas bacaan untuk anak, bisa mempertimbangkan tips-tips berikut ini:

1. Jika bacaan anak itu adalah majalah, maka yang dilihat adalah siapa para redaktur di balik majalah tersebut. 

Pada tahun 1970-an, para redaktur majalah Bobo adalah juga jurnalis atau penulis dari Harian Kompas. 

Mereka adalah orang-orang yang tidak diragukan kualitasnya dalam dunia kepenulisan. Kualitas redaktur biasanya juga menentukan kualitas majalah anak tersebut. Demikian juga para redaktur majalah Kuncung pada masa kanak-kanak saya, mereka adalah penulis-penulis senior.

2. Memilih bacaan yang memiliki plot dan alur cerita yang terbangun runtut, tidak bertele-tele, agar anak mudah mencernanya.

Jika akhirnya anak gemar membaca, biasanya akan diikuti dengan minat di kemudian hari, yaitu gemar menulis.

Dan jika sejak dini anak dibekali bacaan dengan plot dan alur yang baik, ini akan memberi dasar yang baik bagi minat si anak, jika kelak mereka menjadi penulis. Jika tidak menjadi penulis pun, plot cerita yang baik bisa melatih berkembangnya logika anak sejak dini.

Kisah anak-anak dengan plot cerita yang baik pada masa kanak-kanak saya, umumnya adalah buku-buku terbitan Balai Pustaka.

Ada karya terjemahan yang pernah saya baca waktu anak-anak yang berjudul "Oliver Twist" yang ditulis oleh Charles Dickens. 

Buku tersebut berkisah tentang seorang anak yang melewati kerasnya hidup yang penuh kemiskinan. Kisahnya merangsang bertumbuhnya rasa kemanusiaan bagi anak. 

Juga buku tentang kehidupan Galileo Galilei yang ditulis dengan bahasa sederhana untuk anak-anak. Kisah ini meletakkan dasar bagi anak untuk mencintai dunia ilmu pengetahuan.

Waktu kecil, tentu saja saya tidak tahu apa itu plot dan alur cerita. Tetapi setelah dewasa dan mengenang kedua buku tadi, rasanya itulah contoh buku yang dibuat dengan plot menarik.

3. Bacaan anak yang disampaikan dengan menggunakan unsur-unsur sastra bisa merangsang bertumbuhnya selera artistik anak. Misalnya penulis yang melukiskan keindahan alam dengan begitu rinci, membuat anak bisa membayangkan jernihnya riak air sungai, padi yang menguning keemasan, gembala yang meniup seruling dengan merdu dilukiskan dengan begitu indah. Ini akan memupuk dan mengasah cita rasa keindahan pada anak. Pada masa kanak-kanak saya, jenis buku ini biasanya diterbitkan oleh Balai Pustaka.

Bukan hanya keindahan alam, bacaan anak yang menggunakan unsur sastra juga bisa dengan indah melukiskan kehangatan kehidupan sebuah keluarga.

Salah satu buku yang saya sukai dalam menggambarkan kehangatan keluarga adalah buku "Rumah Kecil di Padang Rumput" karya Laura Ingalls Wilder. Serial film dari buku ini pernah ditayangkan setiap minggu di TVRI pada masa kanak-kanak saya, berjudul "Little House on The Prairie".

4. Dialog di dalam cerita anak-anak, tidak kalah penting. Dialog-dialog menarik bisa merangsang keingintahuan anak untuk terus membaca. Tidak kaku tapi mendidik agar gampang dicerna. 

Menurut saya, salah satu contoh dialog-dialog sederhana yang menarik dengan sentuhan humor, di antaranya bacaan anak yang ditulis oleh Arswendo Atmowiloto. Komik pun bisa berisi dialog-dialog menarik, contohnya komik Tintin.

Foto: Komik Tintin karya Herge
Foto: Komik Tintin karya Herge
5. Bacaan anak juga bisa menarik jika ada tokoh hero atau pahlawan yang ucapan dan perilakunya bisa menjadi teladan. Misalnya seseorang yang memperjuangkan kebaikan dan akhirnya bisa mengalahkan yang batil.

6. Kisah dan bacaan anak yang baik tentunya mengandung pesan moral yang bisa memotivasi si anak untuk menghindari hal-hal buruk dan melakukan hal-hal baik.

7. Kualitas ilustrasi bacaan anak turut memegang peranan penting. Gambar dan pemilihan warna yang menarik, cocok untuk anak-anak. Jika ada ilustrasi tentang manusia, flora, fauna, biasanya kualitasnya bisa terlihat dengan penggambaran anatomi yang tepat. Bahkan meskipun itu digambarkan dengan gaya gambar kartun sekalipun. Memilih bacaan anak dengan ilustrasi yang berkualitas, adalah pilihan bijak. Ini dari pengalaman saya sendiri. 

Ketika di bangku SD, selesai membaca, biasanya saya mengambil potlot dan meniru ilustrasi dari majalah Bobo, majalah Kuncung, atau komik. 

Anak belajar dari meniru, ilustrasi yang berkualitas dari buku bacaan bisa merangsang terbentuknya selera seni.

Saya hanya belajar sendiri dari ilustrasi bacaan anak-anak yang saya punyai di rumah ketika kecil, kemudian dikembangkan setelah dewasa dengan belajar secara otodidak. 

Dan kebiasaan sejak kecil akhirnya melekat menjadi hobi melukis. Di sini terlihat, anak tidak hanya memanfaatkan buku/majalah hanya sebagai bacaan semata-mata. 

Foto: Lukisan
Foto: Lukisan
Dari semua tips di atas, tentunya bacaan itu disesuaikan dengan usia anak. Semakin muda usia anak, semakin ringan isinya, semakin tebal jenis kertasnya dengan warna-warna ilustrasi yang cerah. Mungkin masih ada tips tambahan dari Anda?

Anak-anak belum bisa memilih sendiri buku apa yang terbaik untuknya. Untuk itu, orangtua harus memilih buku yang tepat. Pemilihan buku yang tepat, bisa menentukan perkembangan minat baca anak selanjutnya. Dan jika minat baca anak sudah bertumbuh, anak akan bisa memilih sendiri jenis bacaan yang diminatinya. ***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun