Mohon tunggu...
Walentina Waluyanti
Walentina Waluyanti Mohon Tunggu... Penulis - Menulis dan berani mempertanggungjawabkan tulisan adalah kehormatan.

Penulis. Bermukim di Belanda. Website: Walentina Waluyanti ~~~~ Email: walentina.waluyanti@upcmail.nl ~~~ Youtube channel: Kiki's Mom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bajak Laut Pendiri Benteng di Banda Neira

27 November 2020   13:36 Diperbarui: 28 November 2020   12:28 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Fort Belgica, benteng di Banda Neira, Kepulauan Banda. Sumber: Wikipedia

Bagaimana jika seorang penyamun diberi panggung? Itulah yang terjadi pada Piet Hein. Belanda menganggapnya sebagai pahlawan legendaris. Meski begitu, tetap saja sampai sekarang masih ada perdebatan pro kontra di Belanda tentang Piet Hein.

Apakah ia seorang pahlawan atau bajak laut? Perdebatan tentang kepahlawanannya masih ditambah lagi dengan rekam jejaknya di Kepulauan Banda di provinsi Maluku, Indonesia.

Ia diduga terlibat dalam pembantaian penduduk di Kepulauan Banda, dalam ekspedisi bersama Jan Pieterszoon Coen, yang ketika itu belum menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda.

Di tengah pro kontra, sampai sekarang sosok Piet Hein tetap dipuja sebagai pahlawan rakyat. Ada lagu rakyat yang dibuat khusus untuk mengenang kepahlawanannya, yang diciptakan sejak abad ke-19.

Lagu "Zilvervloot" adalah lagu pujian terhadap Piet Hein. Hampir setiap orang Belanda mengenal lagu rakyat ini, masih terkenal hingga sekarang. Lagu berirama mars ini menyiratkan kebanggaan dan kejayaan.

Foto: Piet Hein -- Sumber: Wikipedia
Foto: Piet Hein -- Sumber: Wikipedia
Bajak laut kok jadi pahlawan? Sudah umum disebut di Belanda bahwa aksi Piet Hein sebagai bajak laut adalah sesuatu yang wajar pada masanya. Aksinya yang gagah berani itu justru aksinya sebagai perompak. Perompak adalah penyamun di lautan.

Penyamun, jika dilihat dengan ukuran moralitas masa kini adalah kejahatan. Tapi lain ceritanya pada aksi bajak laut Piet Hein.

Pada masa Piet Hein hidup (1577-1629), menjadi penyamun di lautan yang dilakukan atas nama negara adalah sesuatu yang legal pada masa itu. Terlebih harta rampasan yang diraup Piet Hein, sangat diperlukan oleh negara dalam masa perang dengan Spanyol. Ketika itu Belanda belum berbentuk monarki seperti sekarang, masih disebut Republik Tujuh Belanda Bersatu.

Pada tahun 1628, Belanda sedang terlibat perang untuk pembebasan Belanda, melawan Spanyol. Perang ini sering disebut dengan istilah Perang Delapan Puluh Tahun. Piet Hein berlayar dengan rencana mencegat konvoi kapal Spanyol. Diketahui, konvoi kapal Spanyol itu mengangkut harta karun milik Spanyol yang diangkut dari tanah koloninya di Amerika dan Filipina.

Piet Hein berhasil mencegat 16 kapal Spanyol. Harta karun yang dirampasnya adalah emas, perak, barang-barang niaga yang mahal lainnya seperti indigo dan cochineal.

Nilai barang yang dirampasnya terhitung nilainya luar biasa besar. Nilai harta itu begitu besar, sehingga cukup melemahkan Spanyol dalam masa perang.

Harta karun itu sangat dibutuhkan Spanyol untuk membiayai perang. Tapi, seketika harta itu lenyap dirampas pasukan Piet Hein. Harta rampasan yang lalu diserahkan oleh Piet Hein kepada negara, senilai 11 juta gulden.

"Sekarang setara dengan setengah milyard euro," kata penulis biografi Piet Hein (2019), Simon Rozendaal.

Dengan barang rampasan itu, pembebasan wilayah 's-Hertogenbosch di Belanda bisa terjadi. Harta rampasan dari Piet Hein itu sangat menentukan perkembangan Belanda kemudian. Belanda bisa kembali tegak akibat kesulitan ekonomi pada masa perang.

dokpri
dokpri
Ketika saya menyusuri Delfshaven, tempat kelahiran Piet Hein, wilayah ini tampak dikelilingi sungai. Kapal-kapal terlihat di sepanjang sungai. Di taman kota, tampak berdiri tegak patung Piet Hein, pahlawan pujaan rakyat Belanda.

Patung Piet Hein ini tidak terlalu jauh dari pelabuhan terbesar di Eropa, Pelabuhan Rotterdam. Di pelabuhan di kota Rotterdam ini, masih terlihat jejak saat Belanda masih bercokol di Nusantara. Tampak ada gudang-gudang penyimpanan di pelabuhan yang namanya masih menggunakan nama-nama tempo dulu dari pulau-pulau di Indonesia. Misalnya ada gudang Borneo (Kalimantan), gudang bongkar muat barang-barang dari Kalimatan. Ada gudang Celebes (Sulawesi), gudang Java dan gudang Sumatera.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Gudang-gudang ini sudah berubah menjadi hotel, dengan tetap mempertahankan disain aslinya. Melihat gudang-gudang tua itu, seakan melihat kilas balik eksploitasi yang dilakukan oleh si penjajah terhadap wilayah yang dijajah. Eksploitasi itu berlangsung selama 350 tahun.

Bagaimana mungkin sebuah negara kecil, bisa memiliki supremasi begitu besar di lautan, mengangkut harta dari wilayah luas di Nusantara selama ratusan tahun? Kejayaan Belanda berabad-abad lalu antara lain karena sumber daya manusianya, yaitu pelaut-pelaut tangguh yang menguasai teknologi pada masanya. Piet Hein adalah salah satu di antara pelaut-pelaut ulung itu.

Sebelum dikenal sebagai hero dalam aksinya merampas harta karun Spanyol, bertahun-tahun sebelumnya Piet Hein mengawali karirnya sebagai pegawai VOC. Pada usia 30 tahun, tahun 1607, Piet Hein yang masih bekerja untuk VOC, berlayar ke Kepulauan Banda di Maluku.

Pada tahun 1611 Piet Hein mendirikan Fort Belgica di Banda Neira. Tadinya lokasi benteng ini adalah lokasi benteng Portugis. Tapi kemudian di lokasi benteng Portugis tersebut, Belanda membangun kembali benteng yang sekarang dikenal dengan nama Fort Belgica.

Benteng ini masih berdiri hingga kini di Banda Neira. Pernah direstorasi pada tahun 1991 atas perintah Menteri Benny Moerdani, mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan.

Foto: Fort Belgica di Banda Neira, Provinsi Maluku - Sumber: sworld.co.uk
Foto: Fort Belgica di Banda Neira, Provinsi Maluku - Sumber: sworld.co.uk
Fort Belgica, benteng VOC di Banda Neira ini didirikan oleh Piet Hein atas perintah Pieter Both, penguasa VOC pertama di Hindia Belanda. Berawal dari VOC, karir Piet Hein berlanjut menjadi kapten kapal. Akhirnya Piet Hein keluar dari VOC dan bekerja di WIC (Perusahaan Hindia Barat Belanda).

Pada abad ke-16 itu, ada praktek-praktek perompak yang memang berkolaborasi dengan pemerintah. Pemerintah sengaja memobilisasi kapal dan pelaut bersenjata dalam perang maritim, sebagai bagian dari sistem pertahanan negara. Di dalam surat kontrak, ada sistem bagi hasil yang sudah diatur antara pemilik kapal, kapten, awak kapal dan sponsor.

Aksi Piet Hein sebagai perompak, berdasarkan surat dari negara sehingga aksi perampasan kapal-kapal musuh yang dilakukannya dianggap legal. Ia menerima surat yang disebut "Letter of Marque" dari pemerintah yang memberinya kewenangan untuk merebut dan merompak kapal musuh, meskipun itu bukan kapal perang.

Ini artinya Piet Hein mendapat izin dari pemerintah Belanda untuk melakukan aksi bajak laut terhadap semua kapal-kapal Spanyol dan Portugis. Dan untuk itu negara mengganjarnya dengan gelar pahlawan.

Praktek bajak laut yang direstui pemerintah yang terjadi pada abad ke-16 ini, pada masa kini ibarat isu praktek premanisme yang kongkalikong dengan penguasa. Dan isu ini merupakan isu yang tetap aktual hingga kini. ***

(Penulis: Walentina Waluyanti)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun