Era atau zaman telah berubah sedemikian cepat. Â Siapa yang tidak ikut "arus perubahan" maka ia bagai seseorang yang telah ketinggalan kereta yang jadwalnya hanya ada 1 kali keberangkatan. Memang, jika dilihat lebih terperinci, masih ada jalan yang lain untuk mengatasinya, namun tentulah itu jalan yang lama dan sulit.
Seiring perubahan zaman, teknologi berjalan beriringan dengan canggihnya. Ada beberapa manfaat dan ada juga beberapa mudharat. Karena canggihnya, orang orang bisa saling bertatap muka dan berbicara tanpa harus bertemu secara nyata. Hal yang tidak pernah terbayangkan di abad abad sebelumnya.
Anak anakpun mulai terbiasa dengan berbagai macam aneka permainan online. Ada yang jenisnya peperangan, taktikal permainan, dan lain sebagainya.
Mereka bahkan seperti tidak kenal waktu lagi untuk belajar dan hal yang berhubungan dengan dunia sekolah mereka (mungkin ini hanya asumsi penulis pribadi ya), lihatlah dan perhatikan, berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk bermain game online dibandingkan dengan waktu belajarnya?
Namun, itu jika kita lihat dari sisi "game-online", lalu bagaimana jika kita lihat dari sisi yang lebih dalam lagi?
Mari kita simak yang berikut ini.,
Penulis sempat menulis sebuah status di akun FB penulis yang berbunyi sebagai berikut:
"Jika rindu, era sudah canggih, ya video call ae sudah cukup..bukankah begitu? ..:) ‪#‎tetepkalem‬
Maksud dari penulis menulis status tersebut adalah dalam persepsi positif, untuk laki laki yang bekerja jauh dari keluarganya dan jika ada rasa rindu maka sang lelaki bisa untuk saling lihat wajah sang istri berikut dengan anak anaknya.
Loh, lalu apa kaitanya dengan judul yang penulis ambil di atas dalam keikutsertaannya di event RTC ini?
Untuk menjawabnya, maka penulis akan bertutur seperti yang berikut ini:
Di situs layanan online yang sempat penulis amati beberapa waktu lalu, ternyata ada layanan online yang bisa membuat para kaum adam bisa memuaskan hasrat "mata" terhadap "aurat tubuh kaum hawa"
Di sana, kita bisa melihat beberapa adegan yang bisa buat jantung berdebar lebih cepat dan adrenalin yang naik secara drastis. Dengan mengirimkan beberapa hadiah (bisa melalui pulsa, ataupun debit rekening) , para kaum adam bisa meminta kepada si pemeran untuk "membuka" beberapa helai benang di tubuhnya sebagai imbalan atas pemberian hadiahnya tersebut.
Sebagai pemeran di situs tersebut, si wanita secara berterus terang mengakui bahwa ia mencari nafkah, dan itu sudah ia ketahui segala resiko yang berdampak atas dirinya akibat dari tayangan terebut.
Namun yang jadi perhatian penulis adalah tidak adanya batasan umur bagi si pengguna jasa teknologi untuk mengakses layanan terebut.  Penulis bukan orang yang munafik ataupun apalah namanya, penulis juga "cukup menikmati" tayangan tersebut sesekali.  Sayangnya, penulis juga agak sedikit khawatir, karena tidak adanya batasan umur, bisa jadi layanan tersebut akan diakses oleh anak anak usia sekolah dan bisa berdampak sangat luas baik dari sisi psikis ataupun fisik anak anak usia sekolah. Tentu yang akan dirugikan adalah orang tua, peserta didik dan tentu bangsa dan negara  ini.
Akhirnya, mungkin kalian tidaklah salah dengan mencari nafkah lewat "pamer aurat" di depan layar kaca, karena kalian tau segala resikonya, namun kalian tidak akan pernah menduga tentang apa yang terjadi jika tayangan tersebut disaksikan oleh anak anak kalian yang sempat menyaksikannya.
SalamÂ
Author
Agus Walliet
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H