Dear Kompasianers,
Sudah banyak artikel yang membahas tentang kekosongoan kompetisi sepakbola di Indonesia meskipun telah diselenggarakan 2 turnamen piala kemerdekaan dan piala presiden sebagai pengisi kekosongan tersebut.
Sudah banyak pula artikel artikel kompasianers sejak dibekukannya PSSI oleh MENPORA, meneriakkan bahwa ada ribuan pemain dan ratusan klub klub sepakbola yang juga terhenti "penghasilannya",.. dan sudah banyak media media online yang memberitakan betapa menderitanya semua hal yang berhubungan secara langsung dengan sepakbola kita seperti pedagang asongan, merchandise klub, dan lain lain.
PSSI tetap keukeuh dengan prinsipnya bahwa mereka adalah pihak yang benar, bahkan setelah membaca artikel dari Mas Hery Dakhrisman, beliau menyatakan atau mengutip bahwa Presdien PSSI La Nyala mengatakan ditodong pistol pun, saya tidak akan Mundur tetap mempertahankan jabatannya sebagai Presiden PSSI dan akan terus berjuang sampai titik darah penghabisan.
“Saya akan tetap berjuang sampai titik darah penghabisan,” ujar La Nyalla dan menambahakan “Sekalipun ada pistol menodong saya, saya tak akan mundur, sekalipun saya disuruh mundur,” sambungnya dan mengatakan hal ini dilakukan sebagai upayanya menjaga kedaulatan sepakbola. (SUMBER)
Pemerintah cq. Menpora pun tetap keukeuh dengan Ide Utama mereka yaitu pembenahan Tata Kelola Sepakbola yang lebih baik, dan tidak tanggung tanggung, mereka menggelar berbagai macam workshop, yang intinya PEMBENAHAN..
Bahkan menurut berita terbaru yang penulis baca, Kementerian Pemuda dan Olahraga akan menggelar semacam grassroots untuk pembinaan usia dini bagi guru guru olahraga yang akan digelar di 5 provinsi.
Berikut kutipannya:
Grassroots akan diikuti oleh sekitar 2.500 anak usia dini mulai usia 12 tahun ke bawah. Nantinya proses program tersebut ditangani langsung oleh pelatih Maman Suryaman.
Sementara itu Asisten Deputi Bidang Olahraga Kemenpora, Dr Sukarno MM, mengaku program ini adalah sebagai bentuk perhatian terhadap aset-aset calon pemain muda di masa depan.