Mohon tunggu...
agus walliet
agus walliet Mohon Tunggu... karyawan swasta -

aku laki laki sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Iran dalam Kecaman

3 September 2015   16:22 Diperbarui: 3 September 2015   16:22 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUMBER FOTO :http://internasional.metrotvnews.com

Dear Kompasianers,

 

Sekali lagi umat Islam dibuat terperangah dan gelisah oleh seorang warga negara berkebangsaan Iran yang mungkin karena menurutnya ada hak untuk kebebasan berpikir, berbicara dan menciptakan seni,  membuat sesuatu yang bisa menimbulkan konflik.  Sekaligus menjadikannya sebuah ironi, dimana dahulu Iran mengecam habis habisan pembuatan kartun Nabi Muhammad, namun kemudian kini membuat film tentang apa yang dikecamnya saat itu.

Dunia memang sudah bolak balik, individu individu sudah lebih mengutamakan apa yang mereka pikir baik untuk mereka, tidak peduli terkadang hal itu secara tidak langsung "telah mengusik" orang lain.

Begitu juga dengan hal hal yang demikian prinsip di dalam ajaran Islam yang penulis ketahui, karena sejak kecil penulis diajarkan untuk tidak menggambarkan bagaimana rupa sang nabi akhir zaman yaitu Muhammad Shalallahu' Alaihi Wasalam.

Apa yang dikeluhkan penulis, diyakini akan dirasakan sama dengan saudara atau saudari muslim lainnya..

Entah apa yang terjadi di Iran sehingga membuat sesuatu yang bisa membuat suatu Distorsi dalam agama Islam. Sedangkan agama agama lain yang berbeda saja, masih ada rasa saling menghormati, menghargai satu sama lain kecuali hanya oknum oknum saja yang lepas kendali entah karena dendam ataupun karena kebencian. Namun apa yang dilakukan sutradara asal Iran ini, jauh dari apa yang telah ditanamkan oleh Islam.

Berikut penulis tampilkan kutipannya:

Ulama ternama Arab Saudi mengecam film asal Iran yang mengisahkan tentang Nabi Muhammad. Menurutnya film itu tidak sesuai.

Film berjudul "Muhammad" ini menggambarkan sosok Nabi pada masa kecil. Bagi ulama Arab Saudi, film itu dianggap sebuah tindakan tidak bersahabat dan menunjukkan distorsi Islam.

Film yang dianggap termahal pernah dibuat dalam industri Iran, dirilis pekan lalu di seluruh bioskop negeri para mullah tersebut. Tindakan Iran ini dianggap melanggar ajaran Muslim bahwa sosok Nabi Muhammad dilarang untuk digambarkan.

"Ini adalah tindakan penuh pelanggaran dan membentuk distorsi dalam Islam," usai Mufti Agung Arab Saudi Abdulaziz al-Sheikh, kepada surat kabar Al-Hayat, seperti dikutip AFP, Kamis (3/9/2015).

"Film tersebut adalah sebuah penghinaan bagi Nabi dan merendahkan statusnya," tegas Abdulaziz.

Liga Muslim Dunia yang berbasis di Makkah juga mengecam rilisnya film tersebut. Mereka menekankan bahwa menggambarkan sosok Nabi Muhammad merupakan sebuah pelanggaran.

"Cegah dan batalkan pemutaran film tersebut dan warga Muslim harus melakukan boikot," tegas Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Abdullah al-Turki.

Iran dan Arab Saudi dikenal sebagai saingan. Mereka kerap saling tuduh satu sama lain bermaksud untuk menciptakan instabilitas di Timur Tengah.

Namun rilisnya film ini menunjukkan ironi bagaimana Iran mengecam pembuatan kartun Nabi Muhammad oleh tabloid Prancis Charlie Hebdo. Sementara mereka merilis film mengenai Nabi.

Disutradarai oleh Majid Majidi, film berdurasi 171 menit ini menghabiskan dana sebesar USD40 juta atau sekitar Rp566,6 miliar. Film ini membutuhkan waktu tujuh tahun untuk merampungkannya.

Menurut Majidi dia ingin membuat filim ini untuk menunjukkan citra yang sebenar-benarnya baik dari Islam, yang selama ini sudah dirusak oleh kalangan ekstrimis. Film ini pun rencananya dibuat trilogi.

SUMBER :http://internasional.metrotvnews.com/read/2015/09/03/427361/iran-buat-film-nabi-muhammad-ulama-saudi-lontar-kecaman

Jika memang harus ada semacam saingan didalam dunia bisnis ataupun perminyakan, penulis pikir tidak perlulah untuk mengusik keyakinan dari umat yang lain, justru dengan memunculkan suatu hal prinsip yang mendasar seperti ini malah akan membuat persaingan ini menjadi runcing, dan  hal hal seperti ini tidak menutup kemungkinan  akan "disusupi" oleh pihak pihak lain yang bisa  saja memanfaatkan situasi seperti ini.

 Sebagai muslim di tanah air, ada baiknya kita mencoba bersikap arif dan bijaksana,.. apa apa yang terjadi diluaran sana tidak harus direspon dengan cara cara yang negatif pula. Mari kita sama sama lihat, bagaimana akhir dari orang orang yang berpikir bahwa apa yang dilakukannya baik namun "hal baik" itu hanya berdasarkan nafsu duniawinya saja..

Sedih memang, ketika kita menghadapi "gempuran-gempuran" berita semacam ini, namun apa boleh buat, kayaknya kita memang "terpilih" untuk menghadapinya...nampaknya kita sengaja "dihidupkan" untuk melihat seberapa banyak orang yang bertahan di garis yang ditetapkan dan seberapa banyak pula orang yang "mencoba" membuat garis garis baru yang mereka pandang baik...

 

Salam

Author

 

Agus Walliet

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun