Film yang dianggap termahal pernah dibuat dalam industri Iran, dirilis pekan lalu di seluruh bioskop negeri para mullah tersebut. Tindakan Iran ini dianggap melanggar ajaran Muslim bahwa sosok Nabi Muhammad dilarang untuk digambarkan.
"Ini adalah tindakan penuh pelanggaran dan membentuk distorsi dalam Islam," usai Mufti Agung Arab Saudi Abdulaziz al-Sheikh, kepada surat kabar Al-Hayat, seperti dikutip AFP, Kamis (3/9/2015).
"Film tersebut adalah sebuah penghinaan bagi Nabi dan merendahkan statusnya," tegas Abdulaziz.
Liga Muslim Dunia yang berbasis di Makkah juga mengecam rilisnya film tersebut. Mereka menekankan bahwa menggambarkan sosok Nabi Muhammad merupakan sebuah pelanggaran.
"Cegah dan batalkan pemutaran film tersebut dan warga Muslim harus melakukan boikot," tegas Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia Abdullah al-Turki.
Iran dan Arab Saudi dikenal sebagai saingan. Mereka kerap saling tuduh satu sama lain bermaksud untuk menciptakan instabilitas di Timur Tengah.
Namun rilisnya film ini menunjukkan ironi bagaimana Iran mengecam pembuatan kartun Nabi Muhammad oleh tabloid Prancis Charlie Hebdo. Sementara mereka merilis film mengenai Nabi.
Disutradarai oleh Majid Majidi, film berdurasi 171 menit ini menghabiskan dana sebesar USD40 juta atau sekitar Rp566,6 miliar. Film ini membutuhkan waktu tujuh tahun untuk merampungkannya.
Menurut Majidi dia ingin membuat filim ini untuk menunjukkan citra yang sebenar-benarnya baik dari Islam, yang selama ini sudah dirusak oleh kalangan ekstrimis. Film ini pun rencananya dibuat trilogi.
Jika memang harus ada semacam saingan didalam dunia bisnis ataupun perminyakan, penulis pikir tidak perlulah untuk mengusik keyakinan dari umat yang lain, justru dengan memunculkan suatu hal prinsip yang mendasar seperti ini malah akan membuat persaingan ini menjadi runcing, dan hal hal seperti ini tidak menutup kemungkinan akan "disusupi" oleh pihak pihak lain yang bisa saja memanfaatkan situasi seperti ini.