Mohon tunggu...
Sosbud

Dokter Gigi Berjualan Ketan Susu

23 Januari 2017   17:00 Diperbarui: 23 Januari 2017   17:08 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbok Ne An Cuk, ketan susu yang diproduksi okeh seorang dokter gigi.

Tentu sudah pada tidak asing lagi dengan makanan dan minuman ini. Makanan dan minuman khas Indonesia tersebut tentunya sudah banyak dijumpai. Ya, ketan susu dan wedang ronde. Kuliner tradisional ini sekarang sedang marak beredar di Jakarta. Belakangan ini ketan susu sudah melegenda dan banyak disajikan di warung-warung pinggir jalan.

Biasanya mereka baru buka malam hari dan tutup menjelang pagi. Banyak orang yang menjadikan kedua jenis kuliner ini sebagai peluang usaha. Salah satunya adalah Resti Purwita Putri atau yang biasa dipanggil Wita. Seorang ibu rumah tangga berusia 31 tahun yang memiliki dua orang anak. Mantan dokter gigi yang beralih profesi sebagai pengusaha kuliner. Dengan segala ide, konsep dan kreativitasnya ia menciptakan peluang ekonomi kreatif di Jakarta.

Bisnis makanan ringan dengan menggunakan modal kecil yang awalnya dijalankan dengan keraguan. Namun, dengan seiringnya waktu, ternyata usaha yang awalnya menggunakan modal kecil tersebut kini beromset 300 juta per bulan. Wow, angka yang besar untuk ukuran usaha makanan ringan. Tentunya semua itu tidak didapat dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Semua itu hasil kreativitas dan jerih parah Wita.

Sejak berhenti dari dokter gigi dan beralih menjadi pengusaha kuliner, Wita menilai bahwa makanan ringan ketan susu dan wedang ronde ini memiliki prospek yang menjanjikan, dimana ketan susu dan wedang ronde sudah dikenal dari jaman dulu. Maka, ketan bisa dijadikan sebagai menu utama pada bisnis kulinernya tersebut. Ditambah ketan merupakan makanan favorit keluarganya dan sangat mudah untuk membuatnya.

Ibu rumah tangga yang lahir di Surabaya pada tanggal 23 April 1983 tersebut memutuskan untuk memberi nama usaha nya tersebut Mbok’ne An Cuk. Nama yang sangat unik dan tak lazim. Nama Mbok’ne An cuk, maaf kata, kalau menurut kebiasaan orang Surabaya bisa diartikan sebagai umpatan ketika seseorang sedang emosi (misuh - dalam bahasa jawa). Namun, menurut ibunda Wita, Mbok’ne An Cuk merupakan singkatan dari Mbok’ne Anak Cucu, dengan arti bahwa bisnis makanan ringan dengan modal kecilnya itu digeluti bersama-sama mulai dari nenek, anak-anak sampai cucu-cucu pun ikut menjadi inspirasi bisnis kuliner tersebut.

Mbok’ne An Cuk resmi mulai berjualan pada awal Ramadhan tahun 2013 di jalan Raden Inten 2, seberang Plaza Buaran atau Electronic City Buaran Jakarta Timur. Pada awalnya hanya menggunakan booth kecil. Bulan ramadhan dipilih karena ketan susu dan wedang ronde sangat cocok di santap pada saat sore sampai malam hari. Seperti usaha pada umumnya.

Ketan susu dan wedang ronde milik istri dari Alpha Rama Putra ini tidak langsung laris, dua minggu awal buka masih sepi oleh pengunjung. Barulah pada minggu ketiga pengunjung ramai mengunjungi Mbok’ne An Cuk. Wita gencar melakukan promosi dari mulut ke mulut, melalui media sosial seperti facebook, blog dan twitter sampai akhirnya usahanya tersebut kebanjiran pengunjung. Sampai-sampai karyawan dari tempat usaha miliknya yang lain dialihkan tenaganya untuk membantu Mbok’ne An Cuk.

Menu yang disajikan di kedai Mbok’ne An Cuk sangat variatif. Adapun beberapa menunya yaitu, ketan keju kuah susu, ketan cokelat kuah susu, ketan bakar, ketan burger, ketan susu durian, ketan ice cream bahkan ada juga ronde cokelat dan masih banyyak varian lainnya. Kuah susu di sini menjadikan hidangan ini lebih nikmat. Susu menambah rasa creamy dan gurih. Cara penyajiannya pun cukup unik, pada umumnya menggunakan mangkuk, di kedai Mbok’ne An Cuk ini menggunakan wajan kecil yang sangat unik. 

Selain itu kita juga bisa nongkrong-nongkrong santai sambil mengobrol bersama keluarga, pacar ataupun teman. Alunan live akustik menemani saat kita menyantap hidangan. Salah satu menu favorit disini adalah ketan susu durian. Menu ini memakai buah durian asli. Kedai Mbok’ne An Cuk mempunyai konsep outdoor dengan lesehan dan meja makan sederhana. Terletak di bagian luar sebuah gedung di pinggir jalan.

Suasana berisik dan lalu lalang kendaraan jadi pemandangan lumrah kedai ini. Kedai ini beroperasi dari pukul 18.00 – 24.00 WIB di hari Senin – Jumat, dan pukul 18.00 – 01.00 WIB di hari Sabtu – Minggu. Kuliner yang satu ini memang mengundang selera, nikmat, lezat dan yang terpenting bersahabat dengan dompet. Harga yang di tawarkan kedai Mbok’ne An Cuk bisa terbilang sangat ekonomis yaitu berkisar dari 5 ribu sampai 13 ribu rupiah saja. Untuk ukuran Jakarta, harga menu-menunya cukup terjangkau dan cocok di kantong anak muda.

Karena menggunakan bahan baku yang berkualitas, rasa makanan di kedai Mbok’ne An Cuk gak perlu diragukan lagi. Ketannya gurih dan pulen banget karena menggunakan beras ketan pilihan.

Wita mendirikan usaha ini ingin merubah bahwa ketan itu bukan makanan orang-orang tua atau makanan jadul, ia membuat aneka macam topping untuk ketan susu biar bisa diterima sama lidah para ABG dan remaja jaman sekarang. Alhasil, kedai buatan Wita memiliki pengunjung dari anak kecil sampai yang sudah tua sekalipun. Semua resep yang ada di kedai ini adalah buatan keluarga Wita sendiri, sesuai dengan namanya Mbok’ne An Cuk, kedainya Mbok’ne anak dan cucu.

Setelah enam bulan kedai ini berjalan, salah satu teman Wita mengajukan diri untuk coba berbisnis dengan menjul makanan ringan seperti Wita dengan sistem waralaba. Namun karena tidak ada sistem franchise dalam usaha tersebut karena si empu nya belum memahami konsep kewaralabaan, maka disepakati untuk bekerja sama dengan cara kemitraan dimana untuk bahan makanan dipasok oleh Wita sedangkan temannya diberi kebebasan untuuk mengatur sendiri bisnis tersebut dengan keuntungan bagi hasil.

Pada saat bersamaan, Wita membuka cabang baru di daerah Kalimalang Jakarta Timur. Untuk cabang yang ini, Wita ingin konsumennya dari kalangan menengah keatas. Sehingga Wita menggunakan konsep cafe untuk cabang yang satu ini. Wita memiliki visi untuk mengangkat makanan tradisional ini agar bisa dijangkau oleh kalangan menengah keatas.

Dengan berjalannya 3 gerai makanan kecil yang kini telah beroperasi dengan menggunakan karyawan mencapai 35 orang, diperkirakan omset kotor yang didapat addalah sekitar 300 juta tiap bulannya. Setelah dipotong untuk biaya operasional dan lain-lain, maka pendapatan bersih yang didapat Wita mencapai 80 juta perbulan.

Yang unik dari Wita adalah, kesuksesan Wita berjalan secara alami, ia sama sekali tidak memiliki latar belakang dibidang tata boga atau kuliner. Namun karena modal tekad, kerja keras dan mau belajar dari nol plus keberkahan dari Allah maka akhirnya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.

Ini merupakan kisah sukses seorang pebisnis dengan bermodalkan tekad dan kreativitas yang mampu memberikan ide peluang usaha modal kecil. Salah satu contoh ekonomi kreatif ini merupakan cara menghasilkan uang yang menguntungkan buat siapa saja. Sebuah kisah inspiratif yang semoga bisa bermanfaat buat pembaca.

SUMBER
http://bisnisankecil.blogspot.co.id
www.okezone.com
https://witaputri.wordpress.com

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun