Mohon tunggu...
Wakil Aliyazid
Wakil Aliyazid Mohon Tunggu... Atlet - jawa timur,guru

pengusaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agen Sosialisasi dalam Jiwa Sosial

18 Desember 2023   00:00 Diperbarui: 18 Desember 2023   00:30 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
agen sosialisasi dalam jiwa sosial

Nama  :moh wakil aliyazid

nim      :2021096011949

 Sosialisasi

Sosialisasi tidak akan berjalan jika tidak ada peran media sosialisasi. Adapun media sosialisasi yang otomatis memiliki peran tersebut adalah lembaga sosial, lembaga sosial adalah alat yang berguna untuk melakukan serangkaian peran menanamkan nilai-nilai dan norma-norma sosial. Lembaga sosial tersebut adalah keluarga, lembaga pendidikan, lembaga politik, media massa, lembaga keagamaan, lingkungan sosial. Antara lembaga satu dan lembaga sosial lainnya dalam kehidupan sosial tidaklah berdiri sendiri, melainkan saling terkait dalam jaringan sistem yang sering disebut dengan istilah sistem sosial. Lembaga-lembaga yang saling berhubungan tersebut memerankan sebagai agen sosialisasi atau media sosialisasi. Beberapa agen sosialisasi dalam sosiologi yaitu:

1.Keluarga

 Keluarga merupakan institusi yang paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialisasi manusia. Hal ini dimungkinkan karena berbagai kondisi yang dimiliki oleh keluarga. Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu tatap muka di antara anggotanya, Kedua, orang tua mempunyai kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional di mana hubungan ini sangat diperlukan dalam proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak.

 Segi penting dari proses sosialisasi dalam keluarga adalah bagaimana orang tua dapat memberikan motivasi kepada anak agar mau mempelajari pola perilaku yang diajarkan kepadanya. Motivasi bisa berupa positif atau partisapatif apabila sosialisasi lebih berdasarkan diri pada penggunaan ganjaran. Sebaliknya motivasi dapat berupa negatif atau represif apabila sosialisasi lebih mendasarkan diri pada penggunaan hukuman. Perlu diingat, dalam memberikan motivasi harus melihat kondisi anak, pada masa kecil lebih baik digunakan motivasi positif yang mengarahkan pada ganjaran, sedangkan semakin dewasa lebih baik digunakan motivasi negatif yang mengarah pada hukuman. Cara motivasi ini penting dalam proses sosialisasi karena tidak hanya mempengaruhi tingkah laku anak melainkan juga perkembangan intelektualnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dibedakan tiga pola corak hubungan orang tua dan anak, yaitu: 

a.Pola menerima-menolak. Pola ini didasarkan atas taraf kemesraan orang tua terhadap anak. 

 b.Pola memiliki-melepaskan. Pola ini bergerak dari sikap protektif orang tua terhadap anak. Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang over protective dan memiliki anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali.

 c.Pola demokrasi-otokrasi. Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan-kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak sebagai diktator terhadap anak, sedangkan dalam pola demokrasi, sampai batas-batas tertentu, anak dapat berpartisipasi dalam keputusan-keputusan keluarga,

Dalam keluarga yang bersuasana demokratis, anak akan berkembang luwes dan dapat menerima kekuasaan secara rasional, sebaliknya dalam keluarga otokrasi memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang harus diikuti sehingga anak akan tunduk secara membabi buta atau bahkan mempunyai sikap yang menentang.

 Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menganut pola memiliki cenderung berwatak tidak patuh, tidak dapat menahan emosi dan menuntut orang lain secara berlebihan atau berwatak pemalu, cemas, dan ragu-ragu. 

Anak yang dibesarkan dalam pola menolak, maka akan bersikap menentang kekuasaan. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa anak-anak nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan suka menentang kekuasaan. S Anak sudah tidak takut lagi akan hukuman sudah terlalu banyak mendapatkan hukuman yang dijatuhkan oleh orang tuanya .

2.Kelompok bermain

Di dalam kelompok bermain individu mempelajari norma, nilai, kultural, peran, dan semua persyaratan lainnya yang dibutuhkan individu untuk memungkinkan partisipasinya yang efektif di dalam kelompok permainannya. Berbeda dengan pola sosialisasi dalam keluarga yang umumnya bersifat otoriter karena melibatkan hubungan yang tidak sederajat, di dalam kelompok bermain pola sosialisasinya bersifat ekualitas karena kedudukan para pelakunya relatif sederajat. 

3.Sekolah

Sekolah merupakan media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan peranan-peranan baru dikemudian hari. Berbeda dengan sosialisasi dalam keluarga, dimana anak masih dapat mengharap bantuan dari orang tua dan acapkali memperoleh perlakuan khusus. Di sekolah anak dituntut untuk bisa bersikap mandiri dan senatiasa memperoleh perlakuan yang tidak berbeda dari teman-temannya. 

Di sekolah reward akan diberikan kepada anak yang terbukti mampu bersaing dan menunjukkan prestasi akademik yang baik. Di sekolah anak juga akan banyak belajar bahwa untuk mencapai prestasi baik, maka yang diperlukan adalah kerja keras. Kurikulum pelajaran di sekolah yang relatif beragam, semuanya menuntut kegigihan sendiri-sendiri. Seorang siswa yang berhasil memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran sosiologi, misalnya, ia belum tentu memperoleh pujian yang sama dalam mata pelajaran lain.

 4.Lingkungan kerja

Di dalam lingkungan kerja individu saling berinteraksi dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan nilai dan norma yang berlaku di dalamnya. Seseorang yang bekerja di lingkungan birokrasi biasanya akan memiliki gaya hidup dan perilaku yang berbeda dengan orang lain yang bekerja di perusahaan swasta. Seseorang yang bekerja dan bergaul dengan teman-temannya di tempat kerja sseperti dunia pendidikan tinggi, besar kemungkinan juga akan berbeda perilaku dan gaya hidupnya dengan orang lain yang berprofesi di dunia kemiliteran .

5.Media Massa 

Media massa merupakan media sosialisasi yang kuat dalam membentuk keyakinan-keyakinan baru atau mempertahankan keyakinan yang ada. Bahkan proses sosialisasi melalui media massa ruang lingkupnya lebih luas dari media sosialisasi yang lainnya. Iklan-iklan yang ditayangkan media massa, misalnya, disinyalir telah menyebabkan terjadinya perubahan pola konsumsi, bahkan gaya hidup masyarakat .

di susun oleh:

moh wakil aliyazid

2021096011949

pendidikan  : institut agama islam  al -qodiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun