Mohon tunggu...
Wakijo Salim
Wakijo Salim Mohon Tunggu... -

Sastra, Budaya, dan Kadang Politik

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Petaka Menimpa Koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin

17 Maret 2019   03:32 Diperbarui: 17 Maret 2019   03:51 3074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koalisi pendukung dan pengusung dan pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin saat ini sedang dalam keadaan kacau balau. Hal ini diakibatkan oleh beberapa persoalan yang terjadi di internal TKN.

Persoalan tersebut di antaranya adalah konflik antara PSI dan PDIP. Konflik ini jujur saja sangat berdampak pada melemahkan TKN dalam memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019. Selain itu terjadi konflik juga antara Partai Golkar dengan Partai Nasional Demokrat (NasDem).

Peranan partai sangat penting dalam pemenangan Pilpres, kalau mesin partai mati maka kemenangan di pilpres akan mustahil dicapai. Sehingga, mesin partai di koallisi Jokowi-Ma'ruf masih menjadi tanda tanya dan masih setengah hati.

Ketika sesama partai pendukung petahana sudah berkonflik, tentu tidak baik dari segi soliditas dukungan. Sepertinya PSI tidak lagi memikirkan soliditas dukungan, dia hanya ingin terkenal karena elektabilitasnya di bawah elektoral untuk itulah mereka menyerang PDIP dengan harapan mereka ikut numpang tenar menaikkan elektabilitas, karena PDIP itu adalah mesin utama bersama beberapa partai yang lain. Mestinya solid dan fokus pada pilpres, tapi sesama mereka malah berantem demi kepentingan sesaat.

Selain kedua permasalahan di atas, ternyata di kubu Jokowi-Ma'ruf masih terjadi kegaduhan, yakni partai NasDem sedang terjadi konflik internal, yakni digugatnya Surya paloh oleh Kader NasDem, Kisman Latumakulita. Ia menggugat keabsahan Surya Paloh sebagai Ketum Nasdem. Kisman menyebut masa jabatan Surya Paloh seharusnya berakhir pada 6 Maret 2018.

Jika konflik antar parpol pendukung Jokowi ini terus dibangun dan tidak dihentikan, maka akan mengganggu mesin-mesin partai untuk pemenangan pilpres dan berujung kekalahan.

Kemudian, tertangkapnya Ketua Umum PPP, Romahurmuziy alias Romy oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di daerah Sidoarjo, Jawa Timur turut memperparah Koalisi Indonesia Kerja ini. Pastinya, karena kasus ini Koalisi Jokowi-Ma'ruf akan kehilangan fokus dan melemah. TKN akan dibuat sibuk dan fokus pada kasus hukum yang dialami Romy, karena mereka harus bekerja keras untuk menjaga dan mempertahankan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf karena kasus ini dengan mengelola emosi publik.

Harus kita akui bahwa ini akan berimbas pada figur Jokowi sendiri atau personal brendingnya. pasca kejadian ini internal PPP akan sibuk pada pemulihan nama baik partai, dan yang lebih urgen lagi adalah bakal ada perebutan kekuasaan atau pemilihan ketua umum baru pengganti Romy, tidak mustahil konflik berkepanjangan akan terjadi lagi. Sehingga berpengaruh pada mesin partai dan pemenangan Jokowi-Ma'ruf.

Sementara kubu Prabowo-Sandi sangat diuntungkan dengan kegaduhan dan kekacauan di internal kubu Jokowi-Ma'ruf tersebut. Tim BPN Prabowo-Sandi akan dengan leluasa memanfaatkan kondisi ini untuk meraih simpati dan merebut suara rakyat untuk kemenangan capres dan cawapresnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun