Mohon tunggu...
Wakidi Kirjo Karsinadi
Wakidi Kirjo Karsinadi Mohon Tunggu... Editor - Aktivis Credit Union dan pegiat literasi

Lahir di sebuah dusun kecil di pegunungan Menoreh di sebuah keluarga petani kecil. Dibesarkan melalui keberuntungan yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan selayaknya. Kini bergelut di dunia Credit Union dan Komunitas Guru Menulis, keduanya bergerak di level perubahan pola pikir.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tom Middendorp: Memimpin dalam Krisis

4 April 2020   19:12 Diperbarui: 4 April 2020   19:40 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesudah opsi dipilih dan rencana operasi detail ditetapkan, tugas selanjutnya Anda sebagai pemimpin adalah mengomunikasikan opsi tersebut. Anda perlu memastikan bahwa setiap orang memahami apa yang Anda maksudkan dan kehendaki, apa yang ingin Anda capai, dan kapan Anda ingin mencapainya. Dengan demikian, dalam langkah selanjutnya, Anda juga memastikan bahwa semua orang ada dalam irama yang sama.

Tantangan komunikasi di masa krisis

Menurut evaluasinya terhadap kebanyakan krisis, Middendorp berpendapat bahwa komunikasi krisis merupakan titik lemah dari para pemimpin. Para pemimpin sering kurang berkomunikasi karena sangat sering para pemimpin hanya berkomunikasi ketika sesuatunya sudah menjadi jelas. 

Namun, ia menegaskan bahwa pemimpin tetap harus berkomunikasi di dalam ketidakpastian. Pesan kuncinya adalah: lebih baik terlalu banyak berkomunikasi daripada terlalu sedikit. Karena kalau Anda tidak berkomunikasi secara cukup, orang-orang akan mulai membangun asumsi-asumsi mereka sendiri. 

Mereka akan membangun gambaran-gambaran mereka sendiri. Gambaran-gambaran ini akan selalu kurang bermanfaat daripada ketika Anda sudah memberikan gambaran yang sebenarnya. 

Dalam berkomunikasi di masa krisis, pertama, penting bagi Anda untuk membuat daftar pesan-pesan kunci apa yang ingin Anda sampaikan. Dan pesan-pesan kunci ini harus didistribusikan kepada semua pemimpin di bawah Anda, juga kepada para pemimpin di level menengah dan bawah, sehingga mereka semua membicarakan hal yang sama. 

Kedua, juga penting dilakukan dalam berkomunikasi di masa krisis adalah: Anda membuat daftar pertanyaan. Di ruang crisis center Anda mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul terkait krisis. Semua pertanyaan didata dan dikumpulkan kemudian Anda membuat daftar pertanyaan dan jawaban (Q&A list).

Daftar pertanyaan dan jawaban ini juga bisa digunakan dalam komunikasi internal sehingga semua mengerti jawabannya ketika timbul pertanyaan yang relevan dan Anda tidak selalu harus mencari jawaban berulang-ulang. Daftar ini juga akan membantu para pemimpin level bawah untuk memberikan jawaban juga ketika mendapatkan pertanyaan dari orang-orang di bawahnya. 

Bagaimana pemimpin mengatasi kecemasannya sendiri?

Tom Middendorp menekankan bahwa merasa cemas adalah normal ketika kita berada dalam situasi krisis. Anda berada dalam kondisi yang luar biasa tidak normal dan Anda memikul semua tanggung jawab di pundak Anda. Semua mata terarah kepada Anda dan mengamati bagaimana Anda mengambil tindakan.

Di satu sisi, Anda harus menunjukkan jalan keluar, tetapi di sisi lain Anda harus mendasarkan keputusan Anda pada informasi yang masih sangat terbatas. Ada banyak keraguan, ada banyak yang dipertaruhkan. Jadi wajar jika pemimpin merasa cemas. 

Yang harus Anda lakukan adalah Anda membuat cermin di sekitar Anda. Maksudnya adalah: pilihlah beberapa orang yang benar-benar bisa Anda percayai yang kepada mereka Anda bisa berbagi perasaan, kecemasan, dan ketidakpastian Anda.

Sering-seringlah berkomunikasi dengan mereka sehingga mereka dapat mendukung dan menguatkan Anda di masa yang sangat sulit ini. Namun, tentu saja Anda tidak boleh menunjukkan kecemasan Anda ini di dalam komunikasi Anda. Anda harus menunjukkan jalan keluar dan tidak boleh memperlihatkan keraguan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun