Mohon tunggu...
Wakidi Kirjo Karsinadi
Wakidi Kirjo Karsinadi Mohon Tunggu... Editor - Aktivis Credit Union dan pegiat literasi

Lahir di sebuah dusun kecil di pegunungan Menoreh di sebuah keluarga petani kecil. Dibesarkan melalui keberuntungan yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan selayaknya. Kini bergelut di dunia Credit Union dan Komunitas Guru Menulis, keduanya bergerak di level perubahan pola pikir.

Selanjutnya

Tutup

Money

Gerakan Credit Union: Batu Ajaib dan Sup Paling Enak di Dunia

18 Juli 2019   11:22 Diperbarui: 18 Juli 2019   15:52 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yosef Rande, salah satu petani kopi di Sesean yang sangat terbantu oleh hadirnya Credit Union Sauan Sibarrung di Toraja

Di sebuah desa, seorang ibu rumah tangga terkejut mendengar ada orang di depan pintu. Ketika membuka pintu ia mendapati seorang asing berdiri dengan pakaian rapi dengan tas di tangan. 

Orang asing itu meminta diberi makan karena sudah berhari-hari ia tidak makan. 

Ibu itu gelagapan karena memang tidak memiliki apa-apa untuk disuguhkan. Maka terpaksa ia memohon maaf karena tidak bisa menyuguhkan apa-apa.

"Tidak apa-apa, Bu. Saya punya batu ajaib dan dengan batu ajaib ini saya bisa membuat sup paling enak di dunia," kata orang asing itu. "Tolong Ibu siapkan api dan taruh di atasnya panci yang terbesar yang Ibu punya dengan air penuh di dalamnya." Ibu itu melakukan apa yang diminta oleh orang asing itu.

Sementara itu, ibu itu pergi ke para tetangga dan mengabarkan bahwa di rumahnya ada orang asing yang dapat membuat sup paling enak di dunia dengan sebuah batu ajaib. Dalam waktu seketika berdatanganlah para tetangganya ke rumahnya untuk menyaksikan bagaimana orang asing itu membuat sub paling enak di dunia.

Ketika orang-orang itu sudah berkerumun, orang asing itu mengambil batu dari tasnya dan memasukkannya ke panci dengan air yang sudah mendidih. Ia aduk-aduk sebentar dan kemudian menciduk sedikit dan mencicipinya, katanya, "Hmmm, mulai enak. Tetapi akan lebih enak lagi kalau ada daging sapi yang bisa ditambahkan ke dalamnya."

Lalu ada seorang ibu di antara kerumunan itu yang mengatakan, "O, saya ada daging sapi di rumah." Lalu ibu itu pulang ke rumah untuk mengambil daging sapi.

Sesudah daging itu dimasukkan, orang asing itu mengaduk-aduk sebentar dan kemudian mencicipinya, katanya, "Sudah tambah enak, tetapi akan lebih enak lagi kalau ada kentang yang bisa dimasukkan di dalamnya."

Seorang ibu lain mengatakan, "O saya ada kentang di rumah. Saya akan mengambilnya."

Ketika kentang sudah ditambahkan dan orang itu mengaduk-aduk sup itu lagi beberapa saat, ia mencicipinya kembali, "Semakin enak tetapi akan lebih enak lagi kalau ada kacang merah yang bisa ditambahkan ke dalamnya."

Orang lain lagi pulang ke rumahnya untuk mengambil kacang merah. Kacang merah itu dimasukkan dan sesudah beberapa saat, orang asing itu mencicipi lagi, katanya, "Sudah tambah enak lagi, tetapi akan lebih enak kalau ada wortel ditambahkan di dalamnya."

Orang lain lagi pulang ke rumahnya untuk mengambil wortel. Wortel ditambahkan dan sesudah beberapa saat orang asing itu mencicipinya lagi, "Semakin enak, tetapi akan lebih enak lagi kalau ada sayur mayur hijau dimasukkan ke dalamnya."

Orang lain lagi pulang untuk mengambil sayur mayur hijau. Ketika sudah dimasukkan ke dalamnya dan ditunggu beberapa saat, dicicipinya kembali sup itu, katanya, "Tambah enak, sekarang garam dan bumbu-bumbu akan membuat sup ini sempurna."

Ibu tuan rumah itu mengatakan, "O saya ada."

Ketika garam dan bumbu sudah ditambahkan dan membiarkannya beberapa saat, orang asing itu mengatakan, "Sekarang piring-piring silakan ditata. Sup paling enak siap disajikan." Masing-masing pulang ke rumah untuk mengambil piring. Piring-piring ditata dan orang asing itu menuangkan ke dalam piring-piring itu sup yang sudah dibuatnya. Mereka semua dengan bersuka cita menikmati sup yang paling enak yang pernah mereka rasakan.

Sesudah orang-orang itu puas menikmati sup dan pulang kembali ke rumahnya, ibu itu bertanya kepada orang asing itu, "Batu ajaib itu apa?"

Orang asing itu menjawab, "O itu batu yang saya ambil di jalan dan saya bersihkan."

Seperginya orang asing itu, penduduk desa itu tahu apa yang harus dilakukan ketika mereka ingin menikmati sup yang paling enak di dunia.

***

Cerita ini disampaikan kembali oleh Mgr. John Liku Ada', Pr. saat memberikan homili misa pembukaan Pekan Studi PSE KWI di Toraja, 9 Juli 2019 yang lalu. Cerita ini sangat pas menggambarkan apa yang terjadi di Credit Union. Gerakan Credit Union adalah gerakan pemberdayaan atau gerakan transformasi sosial yang dimulai dari transformasi pola pikir, dari pola pikir ketergantungan menuju pola pikir kemandirian, dari pola pikir konsumtif menuju pola pikir kreatif dan produktif. 

Sisi depan samping kiri kantor pusat Credit Union Sauan Sibarrung.
Sisi depan samping kiri kantor pusat Credit Union Sauan Sibarrung.

Tiga Credit Union di bawah Keuskupan Agung Makassar yakni Credit Union Sauan Sibarrung di Toraja, Credit Union Mekar Kasih di Makassar, dan Credit Union Mentari Kasih di Sulawesi Tenggara dalam waktu relatif singkat telah berhasil membawa perubahan sosial melalui perubahan pola pikir para anggotanya. Ketika dorongan-dorongan menuju transformasi sosial melalui mimbar-mimbar kotbah belum berhasil membawa perubahan yang berarti, Credit Union melalui pendidikan dan pemberdayaannya telah berhasil membawa transformasi sosial karena anggota telah dibantu mengubah pola pikirnya dari konsumtif ke produktif-kreatif, dari tergantung menuju mandiri.

Martinus Pasa'ti, salah satu penggerak pertanian organik dan pegiat kopi dari Komunitas Padang, Mengkendek
Martinus Pasa'ti, salah satu penggerak pertanian organik dan pegiat kopi dari Komunitas Padang, Mengkendek

Seperti kisah batu ajaib dan sup paling enak di atas, sebenarnya Credit Union tidak memberikan apa-apa kepada para anggotanya, selain ajakan kepada semua anggotanya untuk menyadari pentingnya saling memberi, saling mendukung, saling berkontribusi bagi kemajuan bersama. Hal ini hamya mungkin terjadi ketika sudah terjadi perubahan pola pikir di dalam diri para anggotanya. Perubahan pola pikir hanya mungkin terjadi melalui gerakan penyadaran terus-menerus melalui pendidikan yang berkelanjutan.

Business Center untuk pemberdayaan anggota Credit Union Sauan Sibarrung
Business Center untuk pemberdayaan anggota Credit Union Sauan Sibarrung

Credit Union sangat sesuai dengan seruan revolusi mentalnya Presiden Joko Widodo. Ada enam nilai yang akan didorong di dalam revolusi mental, yakni kesadaran sebagai warga masyarakat yang bertanggung jawab yang tahu akan kewajiban dan haknya, dapat dipercaya (kredibilitas), kemandirian, kreativitas, bekerja sama, dan saling menghargai. Keenam nilai ini dirangkum menjadi 3 nilai dasar: integritas yang menggabungkan nilai dasar sadar sebagai warga yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya; etos kerja yang menggabungkan nilai kemandirian dan kreativitas; dan gotong royong yang menggabungkan nilai bekerja sama dan saling menghargai.  Dengan demikian, Credit Union bisa menjadi ujung tombak revolusi mental yang diserukan oleh Presiden Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun