Orang lain lagi pulang ke rumahnya untuk mengambil wortel. Wortel ditambahkan dan sesudah beberapa saat orang asing itu mencicipinya lagi, "Semakin enak, tetapi akan lebih enak lagi kalau ada sayur mayur hijau dimasukkan ke dalamnya."
Orang lain lagi pulang untuk mengambil sayur mayur hijau. Ketika sudah dimasukkan ke dalamnya dan ditunggu beberapa saat, dicicipinya kembali sup itu, katanya, "Tambah enak, sekarang garam dan bumbu-bumbu akan membuat sup ini sempurna."
Ibu tuan rumah itu mengatakan, "O saya ada."
Ketika garam dan bumbu sudah ditambahkan dan membiarkannya beberapa saat, orang asing itu mengatakan, "Sekarang piring-piring silakan ditata. Sup paling enak siap disajikan." Masing-masing pulang ke rumah untuk mengambil piring. Piring-piring ditata dan orang asing itu menuangkan ke dalam piring-piring itu sup yang sudah dibuatnya. Mereka semua dengan bersuka cita menikmati sup yang paling enak yang pernah mereka rasakan.
Sesudah orang-orang itu puas menikmati sup dan pulang kembali ke rumahnya, ibu itu bertanya kepada orang asing itu, "Batu ajaib itu apa?"
Orang asing itu menjawab, "O itu batu yang saya ambil di jalan dan saya bersihkan."
Seperginya orang asing itu, penduduk desa itu tahu apa yang harus dilakukan ketika mereka ingin menikmati sup yang paling enak di dunia.
***
Cerita ini disampaikan kembali oleh Mgr. John Liku Ada', Pr. saat memberikan homili misa pembukaan Pekan Studi PSE KWI di Toraja, 9 Juli 2019 yang lalu. Cerita ini sangat pas menggambarkan apa yang terjadi di Credit Union. Gerakan Credit Union adalah gerakan pemberdayaan atau gerakan transformasi sosial yang dimulai dari transformasi pola pikir, dari pola pikir ketergantungan menuju pola pikir kemandirian, dari pola pikir konsumtif menuju pola pikir kreatif dan produktif.Â