Aku, ingin hidup abadi, selamanya, ada bersama kalian terutama dirimu.
Aku ingin hidup abadi, sehingga aku, bisa menenangkan gundah dan resahmu.
Aku ingin hidup abadi, sehingga, aku bisa menceritakan banyak hal saat kita berbincang-bincang berdua sambil menikmati secangkir teh hangat dikala senja.
Aku ingin hidup abadi, menemani malam-malammu yang sunyi, sambil mengingat-ingat kembali smua yang telah kita rencanakan untuk anak-anak kita nanti.
Aku ingin hidup abadi, sehingga kemanapun kamu pergi berkelana, aku selalu bisa mengikutimu tanpa ingin membebani langkahmu.
Ikut merayakan pencapaian demi pencapaian besarmu yang selalu kau ceritakan padaku waktu itu.
Aku, ingin hidup abadi untukmu, melihat ubanmu bermunculan penuh sesak di kepalamu yang sedikit benjol itu.Â
Ya, bahkan aku ingin selamanya melihat betapa benjolnya kepalamu.
Jika, waktu telah diatur oleh semesta, keabadian adalah hal terkonyol yang pernah aku minta pada Tuhanku.Â
Namun, sekarang keabadian bukan lagi kemustahilan bagiku.
Inilah keabadianku,
 Mewujud dalam setiap tulisan yang aku tujukan untukmu.
Aku bisa memberimu semangat,Â
Aku bisa bercerita tentang smua yang pernah aku lalui saat tak bersamamu,
Dan semua kerinduanku yang tak pernah kau ketahui,
Kepasrahanku, dan smua harap dalam setiap doaku untukmu.
Bahkan para malaikat mengamini banyak pintaku untukmu.
Sekarang, aku bisa menemanimu kemanapun kamu melangkah.
Bawalah aku yang abadi ini, hingga kita bisa saling sapa lagi, dibawah dinginnya tanah basah pemakaman.
Disitulah nanti aku memunggumu untuk bercerita kembali, tentang smua hal yang telah engkau lewati bersama keabadian yang aku tinggalkan.
Dan,
Inilah keabadianku, mewujud dalam setiap tulisanku untukmu.
Aku nyata abadi untukmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H