Mohon tunggu...
Memories
Memories Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Hanya orang biasa yang tidak berarti apa apa

Mengagumi perjalanan hidup seseorang memberikanku banyak inspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjalani Kenyataan

19 Oktober 2019   09:13 Diperbarui: 19 Oktober 2019   10:01 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayang, kenapa kau sangat pelupa, apakah memori di dalam kepalamu itu sudah sangat penuh dengan sampah, sehingga kau sangat mudah melupakan sesuatu, hanya dalam hitungan jam, tidak juga sampai setengah hari kau sudah melupakan semuanya.

Sayang, apakah kau sudah mulai pikun, kenapa sikap mu biasa-biasa saja, seperti tidak pernah terjadi sesuatu, kau masih saja ceria, masih mesra, masih perhatian, bahkan kebiasaanmu mencium keningku dengan hangat masih juga kau lakulan.

Sayang, didalam hati dan pikiranku terus bertanya-tanya, sebenarnya siapakah wanita yang sekarang berada di hadapanku, malaikatkah?, Bidadari kah?, Atau hanya sebuah kepura-puraan untuk menutupi semuanya, agar smua terlihat baik-baik saja?.

Sayang, bukankah baru beberapa jam saja kau mengalami kejadian buruk karena ulahku, karena kelemahanku yang tidak bisa menahan amarah dan emosiku, karena sifat kekanak-kanakanku. 

Ya, kutumpahkan smua kesalku padamu, hampir aku tak pernah bisa mengingat siapa dirimu saat aku sedang kalap.

Aku tak ingat, betapa kau sudah berjuang sejak hari pertama aku berjanji untuk menjadikanmu belahan hatiku. Kau telah berjuang untuk tetap bersamaaku meski disaat terakhir sebelum akad nikah kau hampir menyerah, ya, kau hampir menyerah karena merasa tak sanggup jika harus menghadapi sikapku yang kekanak-kanakan. 

Sudah tergambar jelas dalam benakmu waktu itu, jika sebenarnya kamu akan menjalani hari-hari bersamaku dengan sangat berat. Sudah jelas tergambar bahwa kau akan lebih banyak menderita dari pada bahagia. 

Tapi, kau memutuskan untuk terus maju, saat kau lihat ayah dan ibuku disana, bahkan hatimu pun tak sanggup melihat mereka terluka. Lebih baik kau yang berkorban menenggelamkan dirimu di alur kehidupan bersamaku yang egois dan tidak mau perduli dengan perasaanmu.

Sayang, Aku tak bisa lagi mengingat perjuanganmu melahirkan zuriatku, menahan sakit berhari-hari, bahkan sampai hampir kehilangan nyawamu. 

Sayang, bukankah sembam di matamu belum juga hilang?, Mengapa kau sudah bisa memperlakukan aku dengan baik, seolah-olah akulah satu-satunya manusia yang paling berharga bagimu, padahal aku tau, aku bisa merasakan, bahwa ada orang lain yang diam-diam mencintaimu, diam-diam dia juga terluka melihatmu menangis hanya karena orang seperti aku.

Sayang, Sudah hilangkah ingatanmu atas kejadian beberpa jam yang lalu?, Begitu hina aku mencacimu, aku pun masih mengingat dengan baik, aku meneriakimu  sebagai PELACUR, bahkan nama-nama binatangpun ku sematkan kepadamu.  Hanya karena aku marah padamu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun