Mohon tunggu...
Waki Ats Tsaqofi
Waki Ats Tsaqofi Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Mahasiswa S2 di Chongqing University, Tiongkok. Aktif sebagai Wakil Ketua PCINU Tiongkok

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Benarkah Pemindahan Ibu Kota sebagai Pemerataan Ekonomi?

28 Agustus 2019   05:42 Diperbarui: 28 Agustus 2019   06:06 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak Presiden yang terhormat, Presiden Joko Widodo di mana pun bapak berada.

Alasan Bapak Presiden untuk memindahkan Ibukota salah satunya adalah pemerataan ekonomi. Lalu Bapak memilih Kalimantan Timur tempatnya sudah Bapak sebutkan kemarin setidaknya ada lima alasan yang Bapak utarakan.

Pertama, risiko bencana minimal baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor. Kedua, lokasinya yang strategis berada di tengah-tengah Indonesia. Ketiga, berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah berkembang, yaitu Balikpapan dan Samarinda. Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap. Dan kelima, telah tersedia lahan yang dikuasai pemerintah seluas 180 ribu hektare.

Dari lima alasan itu Bapak tidak menyinggung soal pemerataan ekonomi. Bapak hanya bilang strategis karena berada di tengah-tengah.

Bapak Jokowi, sebenarnya tujuan utama Bapak apa sih? Pemerataan ekonomi?

Bapak sudah 5 tahun tinggal di Istana Negara bukan? Ketika Bapak berada di Istana Negara baik di Jalan Merdeka (Jakarta), Bogor, dan Cipanas. Apakah sudah melihat warga sekeliling Istana tersebut? Bagaimana ekonomi mereka?

Tidak usah jauh-jauh, Bapak atau staf Bapak survei deh 50-100 KM dari Istana Bogor atau Istana Cipanas. Bagaimana pendidikan masyarakat sekitar dan bagaimana ekonomi mereka?

Atau bisa juga melihat warga sekitaran Bandara Soekarno-Hatta. Bagaimana pendidikan dan ekonomi mereka. Di sekat Bandara ada yang namanya daerah Teluk Naga, teman saya ada di sana Zein Djunaedi, dia mungkin bisa menjelaskan masyarakat sekitar sana. Dia lagi berjuang untuk dunia pendidikan. Membuka pesantren bagi warga sekitar atau kurang mampu bisa dia gratiskan.

Bapak juga bisa lihat Provinsi Banten sebagai provinsi yang berdekatan dengan DKI Jakarta. Saya lahir dan besar di Banten. Bagaimana masyatakat Kab. Lebak, Kab. Pandeglang dan juga Kab. Serang. Apakah perekonomian di Provinsi Banten sudah merata?

Jalan menuju kampung halaman saya masih dibilang belum layak. Mungkin kalau Bapak ke sana, Bapak bisa langsung membangun jalan itu. Saya juga ingin bercerita, di kampung saya air dijual dengan harga Rp5000 per meter. Banyangin Pak. Kami air aja harus bayar. Sungguh sedih rasanya Pak. Ini bukan hanya untuk kemarau saja Pak. Tapi pihak aparat desa menyalurkan air ke rumah-rumah warga, setiap pemasangan dikenakan biaya Rp300. 000,- padahal ini bantuan dari Kementrian PUPR.

Itu baru di kampung saya Pak belum lagi di banyak kampung di Banten. Dengan uang yang sangat fantastis itu, Bapak bisa membangun kota-kota baru di banyak tempat di Indonesia tanpa harus memindahkan Ibukota.

Beberapa hari yang lalu, saya sudah menulis juga untuk tidak pindah ibu kota. Cukup membangun kota-kota baru. Bapak bisa baca di link ini Soal Pindah Ibukota.

Rakyat hanya bisa melihat tidak bisa merubah keinginan Bapak. Karena Bapak tidak bisa mendengar suara-suara jeritan rakyat jelata di pelosok-pelosok Banten yang nobenenya dekat dengan DKI Jakarta. Silakan pindahkan Ibukota ke Kalimantan Timur.

Selamat Pagi Bapak Jokowi. semoga Bapak dan keluarga, serta para pejabat pusat dan daerah, menteri, angota dewan baik di pusat ataupun daerah sehat terus, menjalankan tugas dengan amanah. Serta terus mengamalkan Pancasila.

Salam
Waki Ats Tsaqofi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun