Tadi malam..
Bumi kelahiranku diterpa hujan angin
Dalam dinginnya malam
Aku berdialog dengan tuhan
Meski sebetulnya hanya satu arah
Tetap ku curahkan keluh kesahku
Dipagi hari..
Ku pejamkan mata
Ku rentankan kedua tanganku sejenak
Ku rasakan sejuk, tenang, dan damai dalam jiwa
Membuatku seakan merasakan indahnya melayang kegiranganÂ
Desiran angin yang beriringan kala itu
Sentuhan angin menyentuh kulit menusuk tulang
Tumbuhan yang menari seakan menyambut datangnya pagi
Didampingi oleh oleh merdu kicau burung
Membuatku terlena dan terpesona akan indahnya tahan kelahirankuÂ
Membuatku betah.!
Seakan tak ingin berpaling dari rasa nyamanmu
Disaat tubuh ini lelah dengan pahitnya realitaÂ
Ku rebahkan raga ini diatas tanah yang sering ku pijaki
Seketika..
Lembut sang awan menyambutku
Seakan berbicara.!
"Istirahatlah sejenak, nikmati keindahanku, sembari mengisi daya tempurmu"
Bermimpi aku berada di tempat indah tak terlupakanÂ
Hanya ada aku dan suara alam menenangkanÂ
Kebahagiaanku mungkin sederhana
Tapi tak bisa ditebus oleh harta ataupun tahtaÂ
Ya, tak bisa terbayarkan
Sederhana, tapi sudah didapatkanÂ
Mungkin..
Kata orang tanah kelahiranku biasa saja
Kata orang banyak yang lebih indah
Yaa, itu benarÂ
Tapi ingatlah persepsi orang tidaklah samaÂ
Indahnya tanah kelahiranku tak terganti
Indahnya akan terlukis, terukir, dan terpampang dalam ingatanÂ
Wahai sang pencipta alam..
Kekagumanku sulit untuk ku pendam
Namun sulit untuk luapkanÂ
Dari pagi, siang, hingga malam
Pesonanya tak pernah padam
Saat ku nikmati indahnya
Senyumku merekah
Janjiku dalam hati..
Akan ku jaga keindahan ini
Tak akan ku biarkan orang lain masukÂ
Jika hanya ingin merusak tahan kelahiranku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H