“Mamaku.”
Nasi goreng milik Rara dihias menyerupai wajah. Mie keriting-keriting sebagai rambut di kepala. Hidungnya sosis merah. Mulutnya telur dadar dipotong memanjang.
“Ribet gak sih, Ra?”
Belum dijawab Rara, sudah dihujani pertanyaan Lolie. “Mamamu bangun subuh-subuh dong?”
“Gak. Mamaku ada beli cetakan. Tapi kalau bangun awal, iya.” Nasi goreng yang sudah terbentuk rapi. Dihiasi makanan lain untuk mempercantik sekaligus mengugah selera makan. Membuat hati Rara terharu dan memahami arti pergorbanan ibunya yang memasakkan untuk dia dan Jika. Hingga nangkring semacam pikiran akan selalu menghabiskan makanan. Karena ibu Rara selalu menanyakan, “Ra, kenapa gak habis makan?” Membuat Rara tersadar. Dia tidak akan melukai lagi perasaan ibunya. Dengan rajin membawa bekal. Membuang rasa malu dan menghabiskannya. “Jadi tinggal taruh di cetakan jadi deh bentuk muka…”
“Mirip kamu, kan,” sela Revi tiba-tiba, matanya jatuh ke atas bekal makanan Rara.
“Kutu rambutmu jatuh ke sini, Revi, minggir!” Niat Rara hendak mendorong lengan Revi. Tapi Revi dengan gesit bisa menjepit hidung Rara, ehh.. mencuil sosis milik Rara.
Lolie cuman tercengang. Dia sedari tadi mengawasi tingkah Revi. Kalau Miranda lagi asyik menyantap bekal.
Rara kaget masakan buatan ibu dibajak Revi lalu dia memasang muka cemberut. Melihat Revi memasukkan 'hidung sosis' ke dalam mulut, “Iih.... minta buatin sama ibumu. Cuman kau aja gak ikut Babe.”
Sukses bikin perhatian Miranda beralih ke Revi.
Revi berubah dingin. Raut mukanya terselimuti amarah. Sebelum memisahkan diri dari mereka, Revi menendang kaki meja Rara. “Pelit!!” Sontak Miranda dan Lolie kaget. Apalagi Rara.