Mohon tunggu...
Wahyu Wicaksono
Wahyu Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Kemesraan antara Agama dan Politik

22 September 2018   05:11 Diperbarui: 22 September 2018   05:42 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kontestasi politik dalam Pemilihan Presiden Tahun 2019 mulai menjadi konsumsi publik yang tidak asing untuk di diperbincangkan. 

Dua tokoh terbaik Indonesia Ir. Jokowidodo dan H.Prabowo kembali bertarung untuk tujuan kemajuan Negara Indonesia. Kedua tokoh tersebut telah sama sama berikthiar dengan jalannya masing masing. 

Presiden Jokowi dengan keputusannya mengandeng salah satu ulama besar di Indonesia yang sekaligus Ketua MUI yaitu KH. Mahruf Amin sebagai pendamping calon wakil presiden. Sedangkan Prabowo mengandeng salah satu putra terbaik bangsa yaitu Sandiaga Salahudin Uno sebagai calon wakil presiden. 

Menarik apabila membahas latar belakang dan strategi apa yang diusung kedua tokoh tersebut dalam penunjukan calon wakil presiden.

Isu agama sebagai manuver alat politik dalam penunjukan KH.Mahruf Amin ? dalam hidup bermasyarakat semua orang berhak menilai itu benar dan salah. 

Bagi sebagian masyrakat penunjukan KH. Mahruf Amin adalah upaya agama sebagai alat atau senjata utama dalam politik sehingga akan menimbulkan konflik yang besar dan berkelanjutan. Bagi sebagian masyarakat yang lain hal tersebut upaya untuk perdamaian dan menyatukan atas nama agama, hal tersebut ibarat dua mata pisau yang sama sama tajam. 

Apa yang melatar belakangi Presiden Jokowi dalam keputusannya tersebut ? asumsi akan bertebaran bergantung dari mana sudut pandang nya masing -- masing. Tidak semua Politikus adalah orang -- orang yang buruk. Sebelum dan sampai sekarang pun mereka merupakan individu yang taat dengan agama nya masing -- masing. 

Beribadah, menjauhi segala larangan-Nya dan melaksanakan perintah-Nya. Dalam hal ini ketika masuk dalam dunia perpolitikan tidak bisa dikatakan bahwa individu tersebut menggunakan agama nya sebagai alat politik berdasarkan kebiasaan ketaatan mereka selama ini, tentu tidak. 

Namun dalam hal ketika mereka sudah memakai dalil-dalil agama yang dipergunakan untuk memperkuat propaganda dan partai politiknya bisa dikatakan saat itulah mereka menggunakan agama sebagai alat politik. 

Tentu hal tersebut hanya diketahui maksud dan tujuannya oleh individu tersebut dalam hal ini Presiden Jokowi, yang jelas keputusan yang diambil adalah bentuk ikthiar dari Presiden Jokowi untuk demi kepentingan bangsa Indonesia.

Bagaimana dengan penunjukan Sandiaga Salahudin Uno ?apakah isu agama kembali jadi manuver alat politik ? keputusan Prabowo menunjuk Sandiaga Salahudin Uno sebagai calon wakil presiden merupakan bentuk ikhtiar darinya untuk kepentingan bangsa Indonesia. 

Seperti apa yang sudah disampaikan penulis diatas ibarat kata agama dalam politik ibarat dua mata pisau yang sama sama tajam, bisa mencapai perdamaian dan bisa menimbulkan perpecahan. 

Isu supaya masyarakat Indonesia tidak terpecah belah adalah bukan secara mutlak benar dan tidak juga salah untuk latar belakang penunjukan Sandiaga Salahudin Uno. Lantas apa yang melatar belakangi?

Tentu yang paham adalah individu yang membuat keputusan tersebut. Lagi lagi , ketika hal tersebut diperkuat dengan dalil -- dalil agama yang digunakan untuk propaganda maka bukan tidak mungkin bisa dikatakan agama sebagai alat untuk berpolitik.

 Bagaimana kemudian hakikat nya agama dalam politik ? agama dalam politik bukanlah alat untuk mendapatkan kekuasaan tertentu yang bersifat politis, namun agama haruslah dimiliki oleh setiap individu yang berpolitik untuk berakhlak baik

. Bisa dibayangkan apabila agama tidak dimilik oleh individu tersebut dalam berakhalak akan melahirkan sebuah tirani yang sangat kejam. Karena agama selalu mengajarkan cinta kasih, keadilan dan kebaikan bagi sesama manusia. 

Apakah agama harus dipisahkan dari politik ?menurut sebagian orang harus dan tidak, lagi semua orang berhak menilai itu benar dan salah. Haruslah agama dan politik saling berdampingan, tidak ada yang saling mendominasi satu sama lain. 

Mengutip perkataan dari salah satu perkataan ulama besar pada zamannya yaitu Imam Syafi'i " Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki sebuah jabatan, karena ketika engkau telah menduduki jabatan tersebut, engkau tidak akan punya kesempatan untuk mengkaji dan mendalami" (Imam Syafi'i).

Wahyu Tri Wicaksono Akademisi, Penulis dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun